Selasa, 05 Maret 2013

Teori Biaya Produksi


Analisis mengenai biaya produksi perusahaan perlu dibedakan kepada dua waktu, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek adalah jangka waktu dimana perusahaan tidak dapat menambah salah satu faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain, dalam analisis dimisalkan bahwa sebagian dari faktor-faktor produksi yang digunakan dianggap tetap jumlahnya. Sedangkan jangka panjang adalah jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan, yaitu jumlahnya dapat ditambah apabila pertambahan itu memang diperlukan.
Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi  dan bahan-bahan mentah yang digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan tersebut. Biaya produksi yang dikeluarkan setiap perusahaan dapat dibedakan kepada dua jenis : biaya eksplisit dan biaya tersembunyi (imputed cost). Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan. Sedangkan biaya tersembunyi adalah taksiran pengeluaran terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri.
Pengeluaran yang tergolong sebagai biaya tersembunyi antara lain adalah pembayaran untuk keahlian keusahawanan produsen tersebut, modalnya sendiri yang digunakan dalam perusahaan, dan bangunan perusahaan yang dimilikinya. Cara menaksir pengeluaran seperti itu, adalah dengan melihat pendapatan yang paling tinggi diperoleh apabila produsen itu bekerja diperusahaan lain, modalnya dipinjamkan atau diinvestasikan dalam kegiatan lain, dan bangunan yang dimilikinya disewakan kepada orang lain.

A.     BIAYA PRODUKSI DALAM JANGKA PENDEK
Didalam menganalisis biaya produksi perlu dibedakan dua jangka waktu : (i) jangka pendek, yaitu jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya, dan (ii) jangka panjang, yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi mengalami perubahan. Dalam bagian ini akan dibuat analisis mengenai biaya produksi dalam jangka pendek. Sedangkan biaya produksi dalam jangka panjang akan diuraikan dalam bagian pembahasan selanjutnya.

BERBAGAI PENGERTIAN BIAYA PRODUKSI JANGKA PENDEK
Tabel 10.1 menunjukkan nilai-nilai berbagai pengertian biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang. Dalam membuat contoh yang terdapat dalam Tabel 10.1 tersebut dimisalkan tenaga kerja adalah faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya, sedangkan faktor-faktor produksi lain jumlahnya tetap. Apabila jumlah sesuatu faktor produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, maka biaya produksi yang dikeluarkan juga berubah-ubah nilainya. Dan apabila jumlah sesuatu faktor produksi yang digunakan adalah tetap, maka biaya produksi yang dikeluarkan untuk memeprolehnya adalah tetap nilainya. Dengan demikian keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan produsen dapat dibedakan menjadi dua jenis pembiayaan yaitu biaya yang selalu berubah dan biaya tetap.
Analisis mengenai biaya produksi akan memperhatikan juga tentang (i) biaya produksi rata-rata yang meliputi biaya produksi total rata-rata, biaya produksi tetap rata-rata, dan biaya produksi berubah rata-rata, dan (ii) biaya produksi marjinal, yaitu tambahan biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk menambah satu unit produksi. Berikut ini secara lebih terperinci diterangkan arti dari berbagai jenis pengertian biaya produksi diatas, dan selanjutnya dijelaskan pula cara menghitung nilainya.

BIAYA TOTAL DAN JENIS BIAYA-BIAYA TOTAL
Biaya total adalah keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Konsep Biaya Total dibedakan kepada tiga pengertian : Biaya Total (Total Costs), Biaya Tetap Total (Total Fixed Costs), dan Biaya Berubah Total (Total Variable Costs). Berikut ini diterangkan arti dari ketiga konsep tersebut.
1.      Biaya Total (TC)
Keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan dinamakan biaya total. Kolom (5) dalam Tabel 10.1 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh produsen pada berbagai jumlah tenaga kerja yang digunakan. Biaya produksi total atau biaya total (Total Costs) didapat dari menjumlahkan biaya tetap total (TFC dari perkataan Total Fixed Costs) dan biaya berubah total (TVC dari perkataan Total Variable Costs). Dengan demikian, biaya total dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
TC = TFC + TVC


Tabel 10.1
Biaya Produksi dalam Jangka Pendek (Ribu Rupiah)

Jumlah pekerja
Jumlah produksi
Biaya tetap total
Biaya berubah total
Biaya total
Biaya marjinal
Biaya tetap rata-rata
Biaya berubah rata-rata
Biaya total rata-rata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
0
0
50
0
50
-
-
-
-
1
2
50
50
100
25   
25
25
50
2
6
50
100
150
12.5
12.5
16.7
25
3
12
50
150
200
8.3
8.3
12.5
16.7
4
20
50
200
250
 6.25
6.25
10
12.5
5
27
50
250
300
7.1
7.1
9.3
11.1
6
33
50
300
350
8.3
8.3
9.1
10.6
7
38
50
350
400
10.0
10.0
9.2
10.5
8
42
50
400
450
12.5
12.5
9.5
10.7
9
45
50
450
500
16.7
16.7
10
11.1
10
47
50
500
550
25
25
10.6
11.7
11
48
50
550
600
50
50
11.5
12.5

Dalam Tabel 10.1 biaya total ditunjukkan dalam kolom (5). Biaya ini dapat dihitung dari menjumlahkan angka-angka dalam kolom (3) dan (4), yang secara berturut-turut mengemukakan data tentang biaya tetap total dan biaya berubah total.
2.      Biaya Tetap Total (TFC)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi (input) yang tidak dapat diubah jumlahnya dinamakan biaya tetap total. Membeli  mesin, mendirikan bangunan pabrik adalah contoh dari faktor produksi yang dianggap tidak mengalami perubahan dalam jangka pendek. Dalam Tabel 10.1 besarnya biaya tetap total, yang ditunjukkan dalam kolom (3) adalah Rp. 50.000,-
3.      Biaya Berubah Total (TVC)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya dinamakan biaya berubah total. Dimisalkan bahwa faktor produksi yang dapat berubah jumlahnya adalah tenaga kerja. Setiap tenaga kerja yang digunakan memperoleh pendapatan sebersar Rp. 50.000,-. Bahan-bahan mentah merupakan variabel yang berubah jumlah dan nilainya dalam proses produksi. Semakin tinggi produksi, semakin banyak bahan mentah yang diperlukan. Oleh sebab itu perbelanjaan diatas bahan mentah semakin bertambah. Dalam analisis biasanya biaya untuk memperoleh bahan mentah diabaikan. Oleh sebab itu biaya berubah biasanya merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga kerja yang digunakan. Berdasarkan kepada permisalan ini, biaya berubah total ditunjukkan dalam kolom (4).

BIAYA RATA-RATA DAN MARJINAL
Dalam analisis mengenai biaya, konsep-konsep yang lebih diutamakan adalah biaya rata-rata dan marjinal. Biaya rata-rata dapat dibedakan kepada tiga pengertian : Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Costs), Biaya Berubah Rata-rata (Average Variable Costs) dan Biaya Total Rata-rata (Average Total Costs). Konsep biaya lain yang perlu dipahami adalah : Biaya Marjinal atau Marginal Cost. Definisi dan arti setiap konsep tersebut dan contoh perhitungannya diterangkan dalam uraian dibawah ini.
1.      Biaya Tetap Rata-rata (AFC)
Apabila biaya tetap total (TFC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yanh diperoleh adalah biaya tetap rata-rata. Denga demikian rumus untuk menghitung biaya tetap rata-rata (AFC) adalah :
               TFC
AFC =
                  Q

 




Dalam Tabel 10.1, biaya tetap rata-rata ditunjukkan dalam kolom (7), dan angka-angka tersebut didapat dengan membagi nilai biaya tetap total (yang terdapat dalam kolom 3) dengan jumlah produksi (yang ditunjukkan dalam kolom 2) pada setiap jumlah tenaga kerja yang digunakan.
2.      Biaya Berubah Rata-rata (AVC)
Apabila biaya berubah total (TVC) untuk memperoduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya berubah rata-rata. Biaya berubah rata-rata dihitung dengan rumus :

               TVC
AVC =
                  Q

 




Dalam Tabel 10.1, biaya berubah rata-rata ditunjukkan dalam kolom (8) dan angka-angka tersebut diperoleh dengan membagi nilai biaya berubah total (dalam kolom 4) dengan jumlah produksi (data dalam kolom 2).
3.      Biaya Total Rata-rata (AC)
Apabila biaya total (TC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya total rata-rata. Nilainya dihitung menggunakan rumus dibawah ini :

                  TC
AC =
                 Q

AC = AFC + AVC
                                                         atau





Dalam Tabel 10.1 biaya total rata-rata ditunjukkan dalam kolom (9). Untuk mendapatkan angka-angka tersebut, sesuai dengan yang baru dinyatakan diatas, dua cara dapat digunakan. Yang petama adalah dengan membagi nilai-nilai dalam kolom (5) dengan jumlah produksi yang dinyatakan dalam kolom (2). Cara kedua adalah dengan menambah biaya tetap rata-rata yang terdapat dalam kolom (7) dan (8).
4.      Biaya Marjinal (MC)
Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit dinamakan biaya marjinal. Dengan demikian, berdasarkan pada definisi ini, biaya marjinal dapat dicari dengan menggunakan rumus :
MCn = TCn - TCn-1
               ΔTC
MCn  = 
                ΔQ



Dimana :
MCn adalah biaya marjinal produksi ke-n,
TCn adalah biaya total pada waktu jumlah produksi adalah n dan
TCn-1 adalah biaya total pada waktu jumlah produksi adalah n-1.

Akan tetapi pada umumnya prtambahan satu unit faktor produksi akan menambah beberapa unit produksi. Sebagai contoh, perhatikan Tabel 10.1. Misalkan jumlah tenaga kerja bertambah dari 2 menjadi 3. Dapat dilihat bahwa produksi bertambah dari 6 menjadi 12 unit (jadi bertambah 6 unit) dan biaya produksi bertambah sebanyak Rp. 50.000,-, yaitu dari sebanyak Rp. 150.000,- menjadi Rp. 200.000,-. Dengan biaya marjinal adalah Rp. 50.000,- / 6 = Rp. 8.333,-.
Contoh ini menunjukkan bahwa adakalanya persamaan diatas adalah kurang praktis untuk menghitung biaya marjinal. Persamaan yang baru saja diterangkan diatas hanya digunakan apabila tabel/data yang diberi menunjukkan perubahan berbagai biaya apabila produksi tetap mengalami pertambahan sebanyak satu unit. Catatan : Contoh seperti ini akan diterangkan dalam pembahasan Pasar Persaingan Sempurna.
Apabila rumus seperti ini yang telah diterangkan sebelum ini tidak dapat digunakan, rumus yang digunakan untuk menghitung biaya marjinal adalah :




Dimana :
MCn adalah biaya marjinal produksi ke-n,
ΔTC adalah pertambahan jumlah biaya total, dan
ΔQ adalah pertambahan jumlah produksi

Berikut ini ditunjukkan satu contoh lain untuk menghitung biaya marjinal. Perhatikan kenaikan produksi dan biaya produksi pada waktu tenaga kerja ditambah dari 5 menjadi 6. Ternyata produksi naik sebanyak 6 unit, yaitu dari 27 menjadi 33 unit, dan biaya produksi naik sebanyak Rp. 50.000,-, yaitu dari Rp. 300.000,- menjadi Rp. 350.000,-. Dengan demikian, besarnya biaya marjinal adalah :

                  350.000 – 300.000
MC =
                           33 – 27

                  50.000
        =
                       6

        =    Rp. 8.333,-

B.     BENTUK KURVA BIAYA JANGKA PENDEK











Berdasarkan data biaya produksi yang terdapat dalam Tabel 10.1 sekarang dapat digambarkan berbagai kurva biaya produksi yang telah diterangkan. Mula-mula akan ditunjukkan kurva-kurva biaya total. Sesudah itu ditunjukkan pada kurva-kurva biaya rata-rata dan marjinal.

KURVA BIAYA-BIAYA TOTAL
Grafik yang menggambarkan kurva-kurva tersebut akan dibedakan kepada dua bagian, yaitu yang menggambarkan (i) kurva-kurva biaya total, dan (ii) kurva-kurva biaya rata-rata  dan biaya marjinal. Dalam Gambar 10.1 dilukiskan tiga jenis kurva yang termasuk dalam golongan (i), yaitu :
·         Kurva TFC, yang menggambarkan biaya tetap total.
·         Kurva TVC, yang menggambarkan biaya berubah total.
·         Kurva TC, yang menggambarkan biaya total.
Kurva TFC bentuknya adalah horizontal karena nilainya tidak berubah walau berapapun banyaknya barang yang diproduksikan. Sedangkan kurva TVC bermula dari titik O dan semakin lama semakin bertambah tinggi. Ini menggambarkan bahwa (i) pada ketika tidak ada produksi TVC = 0, dan (ii) semakin besar produksi semakin besar nilai biaya berubah total (TVC). Bentuk kurva TVC yang pada akhirnya semakin tegak menggambarkan bahwa produksi dipengaruhi oleh hukum hasil lebih yang semakin berkurang.
Hukum tersebut menimbulkan efek berikut keatas kurva TVC : (i) pada permulaannya, apabila jumlah faktor berubah adalah sedikit, produksi marjinal meningkat dan menyebabkan TVC berbentuk agak landai (lihat bagian ab) tetapi, (ii) apabila produksi sudah semakin banyak, produksi marjinal semakin berkurang dan menyebabkan kurva TVC semakin tegak (lihat bagian bc).
Kurva TC adalah hasil dari penjumlahan kurva TFC dan TVC. Oleh sebab itu kurva TC bermula dari pangkal TFC, dan kalau ditarik garis tegak diantara TVC dan TC (misalnya garis d e) panjang garis itu adalah sama dengan jarak diantara TFC dengan sumbu datar. Disamping dengan menjumlahkan TFC dan TVC, kurva TC dapat juga dibuat berdasarkan angka-angka biaya total dalam kolom (5) dalam Tabel 10.1.


KURVA BIAYA RATA-RATA
Kurva-kurva biaya tetap rata-rata (AFC), biaya berubah rata-rata (AVC), dan biaya total rata-rata (ATC atau AC), dan biaya marjinal (MC) dapat dilihat dalam gambar 10.2, 10.3, dan 10.4. Kurva-kurva dalam gambar 10.2 dilukis bedasarkan kepada angka-angka yang terdapat dalam Tabel 10.1. Kurva biaya tetap rata-rata berbentuk menurun dari kiri atas kekanan bawah. Bentuk yang demikian disebabkan karena ia menggambar bahwa semakin besar jumlah produksi, semakin kecil biaya tetap rata-rata.
Kurva-kurva AVC, AC, dan MC mendekati bentuk huruf U. Bentuk kurva yang seperti itu mencerminkan bahwa kegiatan produksi dipengaruhi oleh hukum hasil lebih yang semakin berkurang, yaitu pada waktu produksi masih sangat rendah pertambahan sejumlah tertentu biaya produksi akan menyebabkan pertambahan yang besar terhadap jumlah produksi, tetapi apabila produksi telah menjadi semakin banyak, sejumlah tertentu biaya produksi akan menimbulkan pertambahan produksi yang semakin sedikit. Sebagai akibat dari keadaan ini, pada waktu jumlah produksi sedikit, kurva-kurva AVC, AC, dan MC menurun, dan pada waktu jumlah produksi sudah semakin meningkat kurva AVC, AC dan MC arahnya menaik.














HUBUNGAN KURVA MC DENGAN AVC DAN AC
Dalam menggambarkan kurva-kurva biaya rata-rata perlulah disadari dan diingat bahwa kurva AVC dan AC dipotong oleh kurva MC pada titik terendah dari masing-masing kurva tersebut. Hal ini harus dibuat agar tidak menyalahi hukum matematik.
Contoh yang berikut dapat memberikan penerangan mengapa sifat perpotongan yang baru dijelaskan ini harus wujud. Misalnya pada waktu produksi sebesar 10, nilai AVC adalah Rp. 100,-. Dengan permisalan ini maka TVC adalah 10 x Rp. 100,- = Rp. 1000,-. Misalkan untuk menambah 1 unit lagi biaya marjinalnya adalah Rp. 56. Dengan demikian TVC adalah Rp. 1000 + Rp. 56 = Rp. 1056,- dan oleh karenanya AVC adalah Rp. 1056 / 11 = Rp. 96. Sekarang kita misalkan pula bahwa biaya marjinal adalah Rp. 155. Maka sekarang TVC adalah Rp. 1000 + Rp. 155 = Rp. 1155,-, dan oleh sebab itu AVC adalah Rp. 1155 / 11 = Rp. 105,-. Contoh ini pada hakikatnya menunjukkan bahwa :
1.      Apabila MC < AVC, maka nilai AVC menurun (berarti kalau kurva MC dibawah kurva AVC, maka kurva AVC sedang menurun).
2.      Apabila MC > AVC, maka nilai AVC akan semakin besar (berarti kalau kurva MC diatas AVC maka kurva AVC sedang menaik).












Sebagai akibat dari keadaan yang dinyatakan dalam (1) dan (2) maka kurva AVC dipotong oleh kurva MC dititik terendah dari kurva AVC. Dengan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa kurva AC dipotong oleh kurva MC pada titik terendah kurva AC. Secara grafik hubungan antara MC dengan AVC dan AC adalah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 10.3.

MENGGAMBARKAN KURVA MC
Kurva MC menimbulkan sedikit masalah dalam menggambar, karena ia menunjukkan pertambahan biaya kalau produksi naik satu unit. Dengan demikian ada dua tingkat produksi yang berkaitan dengan nilai tersebut, tingkat produksi sebelum dan sesudah kenaikan produksi. Oleh sebab hal ini, titik-titik yang menggambarkan biaya marjinal harus digambarkan diantara kedua-dua tingkat produksi tersebut. Ini berarti, sebagai contoh, titik yang menggambarkan biaya marjinal naik dari 0 unit menjadi 1 unit harus dibuat ditengah-tengah unit produksi 0 dan 1. Contoh lain, untuk menggambarkan biaya marjinal pada waktu produksi naik dari 6 menjadi 12 unit, harus dibuat diatas tingkat produksi sebanyak 9 unit (karena unit produksi ke-9 adalah ditengah-tengah 6 unit dan 12 unit).













Keadaan ini digambarkan oleh titik A. Mengambil contoh lain, perhatikan cara menentukan titik pada MC pada ketika jumlah produksi bertambah dari 33 unit menjadi 38 unit. Untuk kenaikan produksi ini MC = Rp. 10 ribu. Keadaan ini digambarkan oleh titik B. Gambar 10.4 secara khusus menunjukkan kurva MC yang dilukis berdasarkan data biaya marjinal pada Tabel 10.1.

C.     BIAYA PRODUKSI DALAM JANGKA PANJANG
Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi atau input yang akan digunakannya. Oleh karena itu, biaya produksi tidak perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya berubah. Di dalam jangka panjang tidak ada biaya tetap, semua jenis biaya yang dikeluarkan merupakan biaya berubah. Ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan bukan saja dapat menambah tenaga kerja tetapi juga dapat menambah jumlah mesin dan peralatan produksi lainnya, luas tanah yang digunakan (terutama dalam kegiatan pertanian) dan luasnya bangunan/pabrik yang digunakan. Sebagai akibatnya, dalam jangka panjang terdapat banyak kurva jangka pendek yang dapat dilukiskan.

CARA MEMINIMUMKAN BIAYA DALAM JANGKA PANJANG
Karena dalam jangka panjang perusahaan dapat memperluas kapasitas produksinya, ia harus menentukan besarnya kapasitas pabrik (plant size) yang akan meminimumkan biaya produksi. Dalam analisis ekonomi kapasitas pabrik digambarkan oleh kurva biaya total rata-rata (AC). Dengan demikan analisis mengenai bagaimana produsen menganalisis kegiatan produksinya dalam usahanya meminimumkan biaya dapat dilakukan dengan memperhatikan kurva AC untuk kapasitas yang berbeda-beda.
Contoh yang menggambarkan bagaimana analisis tersebut dibuat ditunjukkan dalam Gambar 10.5. Dimisalkan terdapat tiga kapasitas yang dapat digunakan oleh pengusaha. Kapasitas 1 ditunjukkan oleh AC1 , Kapasitas 2 ditunjukkan oleh AC2 dan Kapasitas 3 ditunjukkan oleh AC3 . Dalam contoh ini pada hakikatnya pengusaha mempunyai tiga pilihan dalam menggunakan alat-alat produksi : Kapasitas 1, Kapasitas 2 dan Kapasitas 3.
Berturut-turut biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk menggunakan masing-masing kapasitas tersebut adalah seperti ditunjukkan oleh AC1 , AC2 , dan AC3 . Yang manakah kapasitas yang akan diperoleh produsen ? Faktor apakah yang menentukan pilihan tersebut?












Faktor yang akan menentukan kapasitas produksi yang digumakan adalah tingkat produksi yang ingin dicapai. Apabila perusahaan tersebut ingin mencapai produksi sebanyak 100 unit, adalah lebih baik untuk menggunakan Kapasitas 1 (lihat titik A). Kalau yang digunakan adalah Kapasitas 2, seperti dapat dilihat dalam Gambar 10.5, biaya produksinya adalah lebih tinggi (lihat titik B). Kapasitas 1 adalah kapasitas yang paling efisien, dan akan meminimumkan biaya produksi, untuk produksi dibawah 130 unit. Untuk produksi di antara 130 dan 240 unit, Kapasitas 2 adalah yang paling efisien, karena biaya produksi adalah paling minimum dengan menggunakan kapasitas tersebut. Ini dapat dilihat misalnya untuk produksi sebanyak 160 unit. Seperti dapat dilihat dalam Gambar 10.5, AC1 berada diatas AC2 , yang berarti dengan menggunakan Kapasitas 1 biaya akan lebih tinggi daripada menggunakan Kapasitas 2. Untuk produksi melebihi 240 unit, misalnya 275 unit, Kapasitas 3 adalah yang harus digunakan produsen. Penggunaan ini akan meminimumkan biaya. Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa peminimumam biaya jangka panjang tergantung kepada dua faktor berikut :
·                     Tingkat produksi yang ingin dicapai
·                     Sifat dari pilihan kapasitas pabrik yang tersedia

KURVA BIAYA TOTAL RATA-RATA JANGKA PANJANG
Uraian yang baru saja dilakukan mengenai caranya seorang produsen menentukan kapasitas produksi yang akan digunakannya akan memberikan petunjuk tentang bentuk kurva biaya total rata-rata jangka panjang atau kurva LRAC (Long Run Average Cost). Kurva LRAC dapat didefinisikan sebagai kurva yang menunjukkan biaya rata-rata yang paling minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila perusahaan dapat selalu mengubah kapasitas memproduksinya. Dalam Gambar 10.5 dan bagian dari AC3 dimulai dari titik b.
Kurva LRAC bukanlah dibentuk berdasarkan kepada beberapa kurva AC saja , tetapi berdasarkan kepada kurva AC yang tidak terhingga banyaknya. Yaitu ia tidak dibentuk oleh tiga kurva AC seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 10.5, akan tetapi oleh kurva AC yang sangat banyak, yaitu seperti yang terdapat dalam Gambar 10.6. Oleh karena kurva AC banyak jumlahnya maka kurva LRAC adalah suatu kurva yang berupa garis lengkung yang berbentuk U. Kurva LRAC tersebut merupakan kurva yang menyinggung berbagai kurva AC jangka pendek. Titik-titik persinggungan tersebut merupakan biaya produksi yang paling optimum/minimum untuk berbagai tingkat produksi yang akan dicapai pengusaha di dalam jangka panjang.
Satu hal yang harus diingat dalam menggambarkan kurva LRAC adalah bahwa kurva itu tidak menyinggung kurva-kurva AC pada bagian (di titik) yang terendah dari kurva AC. Dalam Gambar 10.6 hanya kurva ACx yang disinggung oleh kurva LRAC pada bagian kurva ACx yang paling rendah, yaitu di titik B. Kurva AC yang terletak disebelah kiri dari ACx disinggung oleh kurva LRAC di bagian yang lebih tinggi dan disebelah kiri dari titik terendah. Perhatikanlah misalnya AC2. Jelas kelihatan bahwa titik A bukanlah titik terendah pada kurva AC2. Titik tersebut terletak disebelah kiri dari titik terendah pada kurva AC2. Kurva AC yang terletak di sebelah kanan dari kurva ACx disinggung oleh kurva LRAC juga di bagian yang terletak lebih tinggi dari titik minimum pada AC yang bersangkutan, dan titik singgung tersebut terletak di sebelah kanan dari titik yang terendah. Titik C pada kurva AC3 jelas menggambarkan keadaan tersebut.
Adakah kenyataan bahwa kurva biaya rata-rata jangka panjang atau LRAC pada umumnya tidak menyinggung kurva-kurva AC pada bagian AC yang terendah bertentangan dengan pernyataan yang dibuat terlebih dahulu yang menyatakan: titik persinggungan diantara kurva LRAC dan kurva AC menunjukkan biaya produksi yang paling minimum untuk memproduksikan sejumlah produksi tertentu? Sama sekali tidak.











Di dalam jangka panjang titik terendah dari suatu AC tidak menggambarkan biaya yang paling minimum untuk memproduksikan satu tingkat produksi. Terdapat kapasitas produksi lain (AC lain) yang dapat meminimumkan biaya. Sebagai buktinya perhatikanlah AC1 dan AC2 . Titik A1 adalah titik terendah pada AC1 .  Dengan demikian dalam jangka pendek, produksi sebesar QA dapat diproduksikan dengan biaya yang lebih rendah dari titik mana pun pada AC1. Tetapi dalam jangka panjang biaya itu belum merupakan biaya yang paling minimum, karena apabila kapasitas produksi yang berikut digunakan (AC2), produksi sebesar QA akan mengeluarkan biaya sebanyak seperti ditunjukkan oleh titik A pada AC2. Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa kurva LRAC, walaupun tidak menghubungkan setiap titik terendah dari AC, menggambarkan biaya minimum perusahaan dalam jangka panjang.

D.    SKALA EKONOMI DAN TIDAK EKONOMI
Kurva LRAC dan AC hampir bersamaan bentuknya, yaitu sama-sama berbentuk huruf U. Bedanya hanya: bentuk AC jauh lebih mirip U, sedangkan LRAC lebih berbentuk kuali. Telah diterangkan sebabnya AC berbentuk huruf U, yaitu sebagai akibat pengaruh hukum hasil lebih yang semakin berkuran. Kurva LRAC mempunyai bentuk seperti yang digambarkan dalam Gambar 10.6 bukanlah disebabkan oleh hukum tersebut tetapi disebabkan oleh faktor lain. Kurva LRAC juga berbentuk huruf U, atau lebih tepat berbentuk kuali, disebabkan oleh faktor-faktor yang dinamakan oleh ahli-ahli ekonomi sebagai skala ekonomi (economic of scale) dan skala tidak ekonomi (diseconomies of scale).
SKALA EKONOMI
Skala kegiatan produksi jangka panjang dikatakan bersifat mencapai skala ekonomi (economics of scale) apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin rendah. Produksi yang semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah kapasitas produksi, dan pertambahan kapasitas ini menyebabkan kegiatan memproduksi bertambah efisien. Ini dicerminkan oleh biaya produksi yang bertambah rendah. Pada kurva LRAC keadaan ini ditunjukkan oleh bagian kurva LRAC yang semakin menurun apabila produksi bertambah. Dalam Gambar 10.6 kedaan ini berlaku diantara produksi sebesar 0 sampai sebesar QB. Dibawah ini diuraikan beberapa faktor penting ysang menimbulkan skala ekonomi :
Spesialisasi Faktor-faktor Produksi
Dalam perusahaan yang kecil ukurannya para pekerja harus menjalankan beberapa tugas. Oleh sebab itu mereka tidak dapat mencapai keterampilan yang tinggi didalam mengerjakan pekerjaan tertentu. Dalam perusahaan yang besar dilakukan spesialisasi. Setiap pekerja diharuskan melakukan suatu pekerjaan tertentu saja, dan ini menambah keterampilan mereka. Produktivitas mereka bertambah tinggi dan akan menurunkan biaya per unit.
Pengurangan Harga Barang Mentah dan Kebutuhan Produksi Lain
Setiap perusahaan membeli bahan mentah, mesin-mesin, dan berbagai jenis peralatan untuk melakukan kegiatan memproduksi. Harga bahan-bahan tersebut akan menjadi bertembah murah apabila pembelian bertambah banyak. Makin tinggi produksi, makin banyak bahan-bahan mentah dan peralatan produksi yang digunakan. Keadaan ini menyebabkan biaya per unit akan menjadi semakin murah.
Memungkinkan Produk Sampingan (by-Products) Diproduksi
Didalam perusahan-perusahaan adakalanya terdapat bahan-bahan yang terbuang (waste), yaitu barang-barang yang tidak terpakai yang merupakan residu yang diciptakan oleh proses produksi. Didalam perusahaan yang kecil biaanya jumlahnya tidak banyak dan adalah tidak ekonomis untik diproses menjadi barang sampingan. Tetapi kalau perusahaan merupakan kegiatan memproduksi yang besar, dan memiliki barang reseidu yang cukup banyak, barang residu ini dapat diproses menjadi barang yang diproduksi secara sampingan. Kegiatan yang baru ini akan menurunkan biata per unit dari keseluruhan operasi perusahaan.
Mendorong Perkembangan Usaha Lain
Kalau sesuatu perusahaan telah menjadi sangat besar, timbul permintaan yang cukup ekonomis untuk mengembangkan kegiatan di bidang usaha lain yang menghasilkan barang-barang atau fasilitas yang dibutuhkan perusahaan yang besar tersebut. Sebagai contoh, pembesaran perusahaan lain akan mendorong pemerintah menyediakan jaringan pengangkutan yang baik, dan fasilitas penyediaan air dan listrik yang murah. Di samping itu perusahaan-perusahaan yangmenyediakan jasa-jasa kepada perusahaan yang besar tersebut akan berkembang. Berbagai perkembangan ini akan mengurangi biaya per unit.

SKALA TIDAK EKONOMI
Kegiatan memproduksi suatu perusahaan dikatakan mencapai skala tidak ekonomi (diseconomics of scale) apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin tinggi. Keadaan ini diwujudkan oleh kegiatan memproduksi yang menurun efisiennya. Pada kurva LRAC dalam Gambar 10.6 keadaan ini ditunjukkan oleh bagian kutva LRAC yang semakin bertambah tinggi, yaitu setelah produksi melebihi QB.
Wujudnya skala tidak ekonomi terutama disebabkan oleh organisasi perusahaan yang sudah menjadi sangat besar sekali sehingga menimbulkan kerumitan didalam mengatur dan memimpinnya. Perusahaan yang terus menerus membesar biasanya berarti junlah tenaga kerja yang digunakan meliputi beribu-ribu orang, dan mempunyai pabrik dan cabang di berbagai tempat. Sebagai akibatnya kegiatan dan organisasi perusahaan itu sudah menjadi sangat kompleks. Tidak mungkin lagi ia dipimpin oleh manajer saja. Ini dapat mengakibatkan pengambilan keputusan dan kebijakan perusahaan yang sangat kaku dan memakan waktu yang lama untuk merumuskannya. Keadaan ini mengurangi efisiesnsi kegiatan perusahaan, dan menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin tinggi.


BEBERAPA BENTUK KURVA LRAC















Sifat skala ekonomi dan skala tidak ekonomi dari kegiatan berbagai perusahaan merupakan faktor yang sangat penting didalam menentukan jumlah perusahaan di dalam suatu industri. Keadaan ini juga akan mempengaruhi bentuk kurva biaya total rata-rata jangka panjang yang dihadapi setiap perusahaan. Secara kasar dapat dibedakan tiga bentuk dari LRAC, yaitu seperti yang di tunjukkan dalam Gambar 10.7.
Dalam grafik (i) kurva LRAC sangat cepat penurunannya, tetapi ia sangat cepat pula mengalami kenaikan. Ini berarti kenaikan produksi yang sedikit saja telah menimbulkan skala ekonomi yang sangat menguntungkan (yaitu biaya produksi rata-rata sangat cepat pengurangannya), tetapi pada tingkat produksi yang relatif rendah, skala tidak ekonomi sudah mulai wujud. Indusri yang LRACnya berbentuk demikian pada umumnya terdiridari banyak perusahaan, dan masing-masing perusahaan tersebut berukuran kecil.
Dalam grafik (ii) juga pada permulaannya skala ekonomi sangat menguntungkan tetapi ia juga tidak berlangsung lama, akan tetapi ia diikuti oleh kurva LRAC yang datar yang berarti pada tahap permulaan skala tidak ekonomi belum lagi menguasai kegiatan perusahaan. Baru pada tingkat produksi yang tinggi skala tidak ekonomi mulai berlaku. Industri yang mempunyai kurva LRAC yang berbentuk demikian terdiri dari beberapa perusahaan  besar dan beberapa perusahaan kecil. Jadi besarnya  perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut tidak seragam dan jumlah perusahaan masih relatif besar.
Apabila kurva LRAC adalah seperti yang ditunjukkan oleh grafik (iii), industri biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan yang sangat besar ukurannya, dan jumlah perusahaan dalam industri tersebut relatif sedikit. Hanya beberapa perusahaan terdapat dalam sesuatu industri. Industri adalah bersifat sedemikian karena skala ekonomi tetap wujud sehingga ke jumlah produksi yang sangat banyak dan dapat menguasai pasaran.

3 komentar:

  1. teori.a bagus bgett smpek2 sya ska am teori.a...n eng uggha bla membka lgsung ad lagu.a....enagg enag enaggggggggggg//.,,

    thank yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa???????????

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 yaa :D
      eh,, promo, lagu pake suara sendiri tuh... hihihihi :D

      Hapus
  2. Ok mksh shrenya... jujur saya blm bisa cara menghitung shut down point perusahaan!!

    BalasHapus