Analisis mengenai biaya produksi perusahaan perlu dibedakan
kepada dua waktu, yaitu jangka
pendek dan jangka panjang. Jangka pendek
adalah jangka waktu dimana perusahaan tidak dapat menambah salah satu
faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain, dalam
analisis dimisalkan bahwa sebagian dari faktor-faktor produksi yang digunakan
dianggap tetap jumlahnya. Sedangkan jangka
panjang adalah jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat mengalami
perubahan, yaitu jumlahnya dapat ditambah apabila pertambahan itu memang
diperlukan.
Biaya
produksi dapat didefinisikan
sebagai semua pengeluaran yang dilakukan
oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang digunakan untuk
menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan tersebut. Biaya
produksi yang dikeluarkan setiap perusahaan dapat dibedakan kepada dua jenis : biaya eksplisit dan biaya tersembunyi (imputed cost). Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran
perusahaan yang berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor
produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan. Sedangkan biaya tersembunyi adalah
taksiran pengeluaran terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh
perusahaan itu sendiri.
Pengeluaran yang tergolong sebagai biaya tersembunyi antara lain adalah pembayaran untuk keahlian
keusahawanan produsen tersebut, modalnya sendiri yang digunakan dalam
perusahaan, dan bangunan perusahaan yang dimilikinya. Cara menaksir pengeluaran
seperti itu, adalah dengan melihat pendapatan yang paling tinggi diperoleh
apabila produsen itu bekerja diperusahaan lain, modalnya dipinjamkan atau
diinvestasikan dalam kegiatan lain, dan bangunan yang dimilikinya disewakan
kepada orang lain.
A.
BIAYA
PRODUKSI DALAM JANGKA PENDEK
Didalam
menganalisis biaya produksi perlu dibedakan dua jangka waktu : (i) jangka pendek, yaitu jangka waktu dimana
sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya, dan (ii) jangka panjang, yaitu jangka waktu
dimana semua faktor produksi mengalami perubahan. Dalam bagian ini akan dibuat
analisis mengenai biaya produksi dalam jangka pendek. Sedangkan biaya produksi
dalam jangka panjang akan diuraikan dalam bagian pembahasan selanjutnya.
BERBAGAI PENGERTIAN
BIAYA PRODUKSI JANGKA PENDEK
Tabel
10.1 menunjukkan nilai-nilai berbagai pengertian biaya produksi yang
dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang. Dalam membuat contoh yang terdapat
dalam Tabel 10.1 tersebut dimisalkan tenaga kerja adalah faktor produksi yang
berubah-ubah jumlahnya, sedangkan faktor-faktor produksi lain jumlahnya tetap.
Apabila jumlah sesuatu faktor produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, maka
biaya produksi yang dikeluarkan juga berubah-ubah nilainya. Dan apabila jumlah
sesuatu faktor produksi yang digunakan adalah tetap, maka biaya produksi yang
dikeluarkan untuk memeprolehnya adalah tetap nilainya. Dengan demikian keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan
produsen dapat dibedakan menjadi dua jenis pembiayaan yaitu biaya yang selalu berubah dan biaya tetap.
Analisis
mengenai biaya produksi akan memperhatikan juga tentang (i) biaya produksi rata-rata yang meliputi biaya produksi total rata-rata, biaya
produksi tetap rata-rata, dan biaya
produksi berubah rata-rata, dan (ii) biaya
produksi marjinal, yaitu tambahan
biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk menambah satu unit produksi. Berikut
ini secara lebih terperinci diterangkan arti dari berbagai jenis pengertian
biaya produksi diatas, dan selanjutnya dijelaskan pula cara menghitung
nilainya.
BIAYA
TOTAL DAN JENIS BIAYA-BIAYA TOTAL
Biaya
total adalah keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Konsep Biaya
Total dibedakan kepada tiga pengertian : Biaya
Total (Total Costs), Biaya Tetap Total (Total Fixed Costs), dan Biaya
Berubah Total (Total Variable Costs).
Berikut ini diterangkan arti dari ketiga konsep tersebut.
1. Biaya
Total (TC)
Keseluruhan
jumlah biaya produksi yang dikeluarkan dinamakan biaya total. Kolom (5) dalam
Tabel 10.1 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh produsen pada berbagai
jumlah tenaga kerja yang digunakan. Biaya produksi total atau biaya total (Total Costs) didapat dari menjumlahkan
biaya tetap total (TFC dari perkataan Total
Fixed Costs) dan biaya berubah total (TVC dari perkataan Total Variable Costs). Dengan demikian,
biaya total dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
TC = TFC + TVC
|
Tabel 10.1
Biaya Produksi dalam
Jangka Pendek (Ribu Rupiah)
Jumlah pekerja
|
Jumlah produksi
|
Biaya tetap total
|
Biaya berubah total
|
Biaya total
|
Biaya marjinal
|
Biaya tetap rata-rata
|
Biaya berubah rata-rata
|
Biaya total rata-rata
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
(8)
|
(9)
|
0
|
0
|
50
|
0
|
50
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
2
|
50
|
50
|
100
|
25
|
25
|
25
|
50
|
2
|
6
|
50
|
100
|
150
|
12.5
|
12.5
|
16.7
|
25
|
3
|
12
|
50
|
150
|
200
|
8.3
|
8.3
|
12.5
|
16.7
|
4
|
20
|
50
|
200
|
250
|
6.25
|
6.25
|
10
|
12.5
|
5
|
27
|
50
|
250
|
300
|
7.1
|
7.1
|
9.3
|
11.1
|
6
|
33
|
50
|
300
|
350
|
8.3
|
8.3
|
9.1
|
10.6
|
7
|
38
|
50
|
350
|
400
|
10.0
|
10.0
|
9.2
|
10.5
|
8
|
42
|
50
|
400
|
450
|
12.5
|
12.5
|
9.5
|
10.7
|
9
|
45
|
50
|
450
|
500
|
16.7
|
16.7
|
10
|
11.1
|
10
|
47
|
50
|
500
|
550
|
25
|
25
|
10.6
|
11.7
|
11
|
48
|
50
|
550
|
600
|
50
|
50
|
11.5
|
12.5
|
Dalam
Tabel 10.1 biaya total ditunjukkan dalam kolom (5). Biaya ini dapat dihitung
dari menjumlahkan angka-angka dalam kolom (3) dan (4), yang secara
berturut-turut mengemukakan data tentang biaya tetap total dan biaya berubah
total.
2. Biaya
Tetap Total (TFC)
Keseluruhan
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi (input) yang tidak
dapat diubah jumlahnya dinamakan biaya tetap total. Membeli mesin, mendirikan bangunan pabrik adalah
contoh dari faktor produksi yang dianggap tidak mengalami perubahan dalam
jangka pendek. Dalam Tabel 10.1 besarnya biaya tetap total, yang ditunjukkan
dalam kolom (3) adalah Rp. 50.000,-
3. Biaya
Berubah Total (TVC)
Keseluruhan
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya dinamakan biaya berubah total. Dimisalkan bahwa faktor produksi yang
dapat berubah jumlahnya adalah tenaga kerja. Setiap tenaga kerja yang digunakan
memperoleh pendapatan sebersar Rp. 50.000,-. Bahan-bahan mentah merupakan
variabel yang berubah jumlah dan nilainya dalam proses produksi. Semakin tinggi
produksi, semakin banyak bahan mentah yang diperlukan. Oleh sebab itu
perbelanjaan diatas bahan mentah semakin bertambah. Dalam analisis biasanya biaya untuk memperoleh bahan mentah diabaikan. Oleh
sebab itu biaya berubah biasanya merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga
kerja yang digunakan. Berdasarkan kepada permisalan ini, biaya berubah total
ditunjukkan dalam kolom (4).
BIAYA
RATA-RATA DAN MARJINAL
Dalam
analisis mengenai biaya, konsep-konsep yang lebih diutamakan adalah biaya
rata-rata dan marjinal. Biaya rata-rata dapat dibedakan kepada tiga pengertian
: Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Costs), Biaya Berubah Rata-rata (Average Variable Costs) dan Biaya Total Rata-rata (Average Total Costs). Konsep biaya lain
yang perlu dipahami adalah : Biaya
Marjinal atau Marginal Cost. Definisi
dan arti setiap konsep tersebut dan contoh perhitungannya diterangkan dalam
uraian dibawah ini.
1. Biaya
Tetap Rata-rata (AFC)
Apabila
biaya tetap total (TFC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi
dengan jumlah produksi tersebut, nilai yanh diperoleh adalah biaya tetap
rata-rata. Denga demikian rumus untuk menghitung biaya tetap rata-rata (AFC)
adalah :
TFC
AFC =
Q
|
Dalam
Tabel 10.1, biaya tetap rata-rata ditunjukkan dalam kolom (7), dan angka-angka
tersebut didapat dengan membagi nilai biaya tetap total (yang terdapat dalam
kolom 3) dengan jumlah produksi (yang ditunjukkan dalam kolom 2) pada setiap
jumlah tenaga kerja yang digunakan.
2. Biaya
Berubah Rata-rata (AVC)
Apabila
biaya berubah total (TVC) untuk memperoduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan
jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya berubah rata-rata.
Biaya berubah rata-rata dihitung dengan rumus :
TVC
AVC =
Q
|
Dalam
Tabel 10.1, biaya berubah rata-rata ditunjukkan dalam kolom (8) dan angka-angka
tersebut diperoleh dengan membagi nilai biaya berubah total (dalam kolom 4)
dengan jumlah produksi (data dalam kolom 2).
3. Biaya
Total Rata-rata (AC)
Apabila
biaya total (TC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan
jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya total rata-rata.
Nilainya dihitung menggunakan rumus dibawah ini :
TC
AC =
Q
|
AC = AFC + AVC
|
atau
Dalam
Tabel 10.1 biaya total rata-rata ditunjukkan dalam kolom (9). Untuk mendapatkan
angka-angka tersebut, sesuai dengan yang baru dinyatakan diatas, dua cara dapat
digunakan. Yang petama adalah dengan membagi nilai-nilai dalam kolom (5) dengan
jumlah produksi yang dinyatakan dalam kolom (2). Cara kedua adalah dengan menambah
biaya tetap rata-rata yang terdapat dalam kolom (7) dan (8).
4. Biaya
Marjinal (MC)
Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah
produksi sebanyak satu unit dinamakan biaya
marjinal. Dengan demikian,
berdasarkan pada definisi ini, biaya marjinal
dapat dicari dengan menggunakan rumus :
MCn = TCn - TCn-1
|
ΔTC
MCn =
ΔQ
|
Dimana
:
MCn adalah biaya marjinal produksi ke-n,
TCn adalah biaya total pada waktu jumlah produksi adalah n dan
TCn-1 adalah biaya total pada waktu jumlah produksi adalah n-1.
Akan
tetapi pada umumnya prtambahan satu unit faktor produksi akan menambah beberapa
unit produksi. Sebagai contoh, perhatikan Tabel 10.1. Misalkan jumlah tenaga
kerja bertambah dari 2 menjadi 3. Dapat dilihat bahwa produksi bertambah dari 6
menjadi 12 unit (jadi bertambah 6 unit) dan biaya produksi bertambah sebanyak
Rp. 50.000,-, yaitu dari sebanyak Rp. 150.000,- menjadi Rp. 200.000,-. Dengan
biaya marjinal adalah Rp. 50.000,- / 6 = Rp. 8.333,-.
Contoh
ini menunjukkan bahwa adakalanya persamaan diatas adalah kurang praktis untuk
menghitung biaya marjinal. Persamaan yang
baru saja diterangkan diatas hanya digunakan apabila tabel/data yang diberi
menunjukkan perubahan berbagai biaya apabila produksi tetap mengalami
pertambahan sebanyak satu unit. Catatan : Contoh seperti ini akan
diterangkan dalam pembahasan Pasar Persaingan Sempurna.
Apabila
rumus seperti ini yang telah diterangkan sebelum ini tidak dapat digunakan,
rumus yang digunakan untuk menghitung biaya
marjinal adalah :
Dimana
:
MCn
adalah biaya marjinal produksi ke-n,
ΔTC
adalah pertambahan jumlah biaya total, dan
ΔQ
adalah pertambahan jumlah produksi
Berikut
ini ditunjukkan satu contoh lain untuk menghitung biaya marjinal. Perhatikan
kenaikan produksi dan biaya produksi pada waktu tenaga kerja ditambah dari 5
menjadi 6. Ternyata produksi naik sebanyak 6 unit, yaitu dari 27 menjadi 33
unit, dan biaya produksi naik sebanyak Rp. 50.000,-, yaitu dari Rp. 300.000,-
menjadi Rp. 350.000,-. Dengan demikian, besarnya biaya marjinal adalah :
350.000
– 300.000
33
– 27
50.000
=
6
= Rp. 8.333,-
B.
BENTUK KURVA BIAYA JANGKA PENDEK
Berdasarkan data biaya produksi yang terdapat dalam Tabel 10.1 sekarang
dapat digambarkan berbagai kurva biaya produksi yang telah diterangkan.
Mula-mula akan ditunjukkan kurva-kurva biaya total. Sesudah itu ditunjukkan
pada kurva-kurva biaya rata-rata dan marjinal.
KURVA
BIAYA-BIAYA TOTAL
Grafik yang menggambarkan kurva-kurva tersebut akan dibedakan kepada dua
bagian, yaitu yang menggambarkan (i) kurva-kurva biaya total, dan (ii)
kurva-kurva biaya rata-rata dan biaya
marjinal. Dalam Gambar 10.1 dilukiskan tiga jenis kurva yang termasuk dalam
golongan (i), yaitu :
·
Kurva TFC, yang menggambarkan biaya tetap total.
·
Kurva TVC, yang menggambarkan biaya berubah total.
·
Kurva TC, yang menggambarkan biaya total.
Kurva TFC bentuknya adalah horizontal
karena nilainya tidak berubah walau berapapun banyaknya barang yang
diproduksikan. Sedangkan kurva TVC bermula dari titik O dan semakin lama
semakin bertambah tinggi. Ini menggambarkan bahwa (i) pada ketika tidak ada
produksi TVC = 0, dan (ii) semakin besar produksi semakin besar nilai biaya
berubah total (TVC). Bentuk kurva TVC yang pada akhirnya semakin tegak
menggambarkan bahwa produksi dipengaruhi oleh hukum hasil lebih yang semakin
berkurang.
Hukum tersebut menimbulkan efek
berikut keatas kurva TVC : (i) pada
permulaannya, apabila jumlah faktor berubah adalah sedikit, produksi marjinal
meningkat dan menyebabkan TVC berbentuk agak landai (lihat bagian ab)
tetapi, (ii) apabila produksi sudah
semakin banyak, produksi marjinal semakin berkurang dan menyebabkan kurva TVC
semakin tegak (lihat bagian bc).
Kurva TC adalah hasil dari
penjumlahan kurva TFC dan TVC. Oleh sebab itu kurva TC bermula dari pangkal
TFC, dan kalau ditarik garis tegak diantara TVC dan TC (misalnya garis d e)
panjang garis itu adalah sama dengan jarak diantara TFC dengan sumbu datar.
Disamping dengan menjumlahkan TFC dan TVC, kurva TC dapat juga dibuat
berdasarkan angka-angka biaya total dalam kolom (5) dalam Tabel 10.1.
KURVA BIAYA
RATA-RATA
Kurva-kurva biaya tetap rata-rata (AFC), biaya berubah rata-rata (AVC),
dan biaya total rata-rata (ATC atau AC), dan biaya marjinal (MC) dapat dilihat
dalam gambar 10.2, 10.3, dan 10.4. Kurva-kurva dalam gambar 10.2 dilukis
bedasarkan kepada angka-angka yang terdapat dalam Tabel 10.1. Kurva biaya tetap
rata-rata berbentuk menurun dari kiri atas kekanan bawah. Bentuk yang demikian
disebabkan karena ia menggambar bahwa semakin besar jumlah produksi, semakin
kecil biaya tetap rata-rata.
Kurva-kurva AVC, AC, dan MC mendekati bentuk huruf U. Bentuk kurva yang
seperti itu mencerminkan bahwa kegiatan produksi dipengaruhi oleh hukum hasil
lebih yang semakin berkurang, yaitu pada waktu produksi masih sangat rendah
pertambahan sejumlah tertentu biaya produksi akan menyebabkan pertambahan yang
besar terhadap jumlah produksi, tetapi apabila produksi telah menjadi semakin
banyak, sejumlah tertentu biaya produksi akan menimbulkan pertambahan produksi
yang semakin sedikit. Sebagai akibat dari keadaan ini, pada waktu jumlah
produksi sedikit, kurva-kurva AVC, AC, dan MC menurun, dan pada waktu jumlah
produksi sudah semakin meningkat kurva AVC, AC dan MC arahnya menaik.
HUBUNGAN
KURVA MC DENGAN AVC DAN AC
Dalam menggambarkan kurva-kurva biaya rata-rata perlulah disadari dan diingat bahwa kurva AVC dan AC dipotong oleh
kurva MC pada titik terendah dari masing-masing kurva tersebut. Hal ini
harus dibuat agar tidak menyalahi hukum matematik.
Contoh yang berikut dapat memberikan penerangan mengapa sifat perpotongan
yang baru dijelaskan ini harus wujud. Misalnya pada waktu produksi sebesar 10,
nilai AVC adalah Rp. 100,-. Dengan permisalan ini maka TVC adalah 10 x Rp.
100,- = Rp. 1000,-. Misalkan untuk menambah 1 unit lagi biaya marjinalnya
adalah Rp. 56. Dengan demikian TVC adalah Rp. 1000 + Rp. 56 = Rp. 1056,- dan
oleh karenanya AVC adalah Rp. 1056 / 11 = Rp. 96. Sekarang kita misalkan pula
bahwa biaya marjinal adalah Rp. 155. Maka sekarang TVC adalah Rp. 1000 + Rp.
155 = Rp. 1155,-, dan oleh sebab itu AVC adalah Rp. 1155 / 11 = Rp. 105,-.
Contoh ini pada hakikatnya menunjukkan bahwa :
1.
Apabila MC < AVC, maka nilai AVC menurun (berarti kalau kurva MC
dibawah kurva AVC, maka kurva AVC sedang menurun).
2.
Apabila MC > AVC, maka nilai AVC akan semakin besar (berarti kalau
kurva MC diatas AVC maka kurva AVC sedang menaik).
Sebagai akibat dari keadaan yang
dinyatakan dalam (1) dan (2) maka kurva AVC dipotong oleh kurva MC dititik
terendah dari kurva AVC. Dengan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa kurva AC
dipotong oleh kurva MC pada titik terendah kurva AC. Secara grafik hubungan
antara MC dengan AVC dan AC adalah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 10.3.
MENGGAMBARKAN
KURVA MC
Kurva MC menimbulkan sedikit masalah dalam menggambar, karena ia
menunjukkan pertambahan biaya kalau produksi naik satu unit. Dengan demikian
ada dua tingkat produksi yang berkaitan dengan nilai tersebut, tingkat produksi
sebelum dan sesudah kenaikan produksi. Oleh sebab hal ini, titik-titik yang
menggambarkan biaya marjinal harus digambarkan diantara kedua-dua tingkat
produksi tersebut. Ini berarti, sebagai contoh, titik yang menggambarkan biaya
marjinal naik dari 0 unit menjadi 1 unit harus dibuat ditengah-tengah unit
produksi 0 dan 1. Contoh lain, untuk menggambarkan biaya marjinal pada waktu
produksi naik dari 6 menjadi 12 unit, harus dibuat diatas tingkat produksi
sebanyak 9 unit (karena unit produksi ke-9 adalah ditengah-tengah 6 unit dan 12
unit).
Keadaan ini digambarkan oleh titik A. Mengambil contoh lain, perhatikan
cara menentukan titik pada MC pada ketika jumlah produksi bertambah dari 33
unit menjadi 38 unit. Untuk kenaikan produksi ini MC = Rp. 10 ribu. Keadaan ini
digambarkan oleh titik B. Gambar 10.4 secara khusus menunjukkan kurva MC yang
dilukis berdasarkan data biaya marjinal pada Tabel 10.1.
C.
BIAYA PRODUKSI DALAM JANGKA PANJANG
Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor
produksi atau input yang akan digunakannya. Oleh karena itu, biaya produksi
tidak perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya berubah. Di dalam
jangka panjang tidak ada biaya tetap, semua jenis biaya yang dikeluarkan
merupakan biaya berubah. Ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan bukan saja
dapat menambah tenaga kerja tetapi juga dapat menambah jumlah mesin dan
peralatan produksi lainnya, luas tanah yang digunakan (terutama dalam kegiatan
pertanian) dan luasnya bangunan/pabrik yang digunakan. Sebagai akibatnya, dalam
jangka panjang terdapat banyak kurva jangka pendek yang dapat dilukiskan.
CARA MEMINIMUMKAN BIAYA DALAM JANGKA PANJANG
Karena dalam jangka panjang perusahaan dapat memperluas
kapasitas produksinya, ia harus menentukan besarnya kapasitas pabrik (plant
size) yang akan meminimumkan biaya produksi. Dalam analisis ekonomi kapasitas
pabrik digambarkan oleh kurva biaya total rata-rata (AC). Dengan demikan
analisis mengenai bagaimana produsen menganalisis kegiatan produksinya dalam
usahanya meminimumkan biaya dapat dilakukan dengan memperhatikan kurva AC untuk
kapasitas yang berbeda-beda.
Contoh yang menggambarkan bagaimana analisis tersebut dibuat
ditunjukkan dalam Gambar 10.5. Dimisalkan terdapat tiga kapasitas yang dapat
digunakan oleh pengusaha. Kapasitas 1 ditunjukkan oleh AC1 ,
Kapasitas 2 ditunjukkan oleh AC2 dan Kapasitas 3 ditunjukkan oleh AC3
. Dalam contoh ini pada hakikatnya pengusaha mempunyai tiga pilihan dalam
menggunakan alat-alat produksi : Kapasitas 1, Kapasitas 2 dan Kapasitas 3.
Berturut-turut biaya produksi
yang akan dikeluarkan untuk menggunakan masing-masing kapasitas tersebut adalah
seperti ditunjukkan oleh AC1 , AC2 , dan AC3 .
Yang manakah kapasitas yang akan diperoleh produsen ? Faktor apakah yang menentukan pilihan tersebut?
Faktor yang akan menentukan kapasitas produksi yang digumakan
adalah tingkat produksi yang ingin dicapai. Apabila perusahaan tersebut ingin
mencapai produksi sebanyak 100 unit, adalah lebih baik untuk menggunakan
Kapasitas 1 (lihat titik A). Kalau yang digunakan adalah Kapasitas 2, seperti dapat
dilihat dalam Gambar 10.5, biaya produksinya adalah lebih tinggi (lihat titik
B). Kapasitas 1 adalah kapasitas yang paling efisien, dan akan meminimumkan
biaya produksi, untuk produksi dibawah 130 unit. Untuk produksi di antara 130
dan 240 unit, Kapasitas 2 adalah yang paling efisien, karena biaya produksi
adalah paling minimum dengan menggunakan kapasitas tersebut. Ini dapat dilihat
misalnya untuk produksi sebanyak 160 unit. Seperti dapat dilihat dalam Gambar
10.5, AC1 berada diatas AC2 , yang
berarti dengan menggunakan Kapasitas 1 biaya akan lebih tinggi daripada
menggunakan Kapasitas 2. Untuk produksi melebihi 240 unit, misalnya 275 unit,
Kapasitas 3 adalah yang harus digunakan produsen. Penggunaan ini akan
meminimumkan biaya. Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa peminimumam biaya
jangka panjang tergantung kepada dua faktor berikut :
·
Tingkat
produksi yang ingin dicapai
·
Sifat
dari pilihan kapasitas pabrik yang tersedia
KURVA BIAYA TOTAL RATA-RATA JANGKA PANJANG
Uraian yang baru saja dilakukan mengenai caranya seorang
produsen menentukan kapasitas produksi yang akan digunakannya akan memberikan
petunjuk tentang bentuk kurva biaya
total rata-rata jangka panjang atau kurva LRAC (Long Run Average Cost). Kurva LRAC dapat didefinisikan sebagai
kurva yang menunjukkan biaya rata-rata
yang paling minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila perusahaan dapat
selalu mengubah kapasitas memproduksinya. Dalam Gambar 10.5 dan bagian dari
AC3 dimulai dari titik b.
Kurva LRAC bukanlah dibentuk berdasarkan kepada beberapa
kurva AC saja , tetapi berdasarkan kepada kurva AC yang tidak terhingga
banyaknya. Yaitu ia tidak dibentuk oleh tiga kurva AC seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar 10.5, akan tetapi oleh kurva AC yang sangat banyak, yaitu seperti
yang terdapat dalam Gambar 10.6. Oleh karena kurva AC banyak jumlahnya maka
kurva LRAC adalah suatu kurva yang berupa garis lengkung yang berbentuk U.
Kurva LRAC tersebut merupakan kurva yang menyinggung berbagai kurva AC jangka
pendek. Titik-titik persinggungan tersebut merupakan biaya produksi yang paling
optimum/minimum untuk berbagai tingkat produksi yang akan dicapai pengusaha di
dalam jangka panjang.
Satu hal yang harus diingat dalam menggambarkan kurva LRAC
adalah bahwa kurva itu tidak menyinggung kurva-kurva AC pada bagian (di titik)
yang terendah dari kurva AC. Dalam Gambar 10.6 hanya kurva ACx yang
disinggung oleh kurva LRAC pada bagian kurva ACx yang paling rendah,
yaitu di titik B. Kurva AC yang terletak disebelah kiri dari ACx
disinggung oleh kurva LRAC di bagian yang lebih tinggi dan disebelah kiri dari
titik terendah. Perhatikanlah misalnya AC2. Jelas kelihatan bahwa
titik A bukanlah titik terendah pada kurva AC2. Titik tersebut
terletak disebelah kiri dari titik terendah pada kurva AC2. Kurva AC
yang terletak di sebelah kanan dari kurva ACx disinggung oleh kurva
LRAC juga di bagian yang terletak lebih tinggi dari titik minimum pada AC yang
bersangkutan, dan titik singgung tersebut terletak di sebelah kanan dari titik
yang terendah. Titik C pada kurva AC3 jelas menggambarkan keadaan
tersebut.
Adakah kenyataan bahwa kurva biaya rata-rata jangka panjang
atau LRAC pada umumnya tidak menyinggung kurva-kurva AC pada bagian AC yang
terendah bertentangan dengan pernyataan yang dibuat terlebih dahulu yang
menyatakan: titik persinggungan diantara
kurva LRAC dan kurva AC menunjukkan biaya produksi yang paling minimum untuk
memproduksikan sejumlah produksi tertentu? Sama sekali tidak.
Di dalam jangka panjang titik terendah dari suatu AC tidak
menggambarkan biaya yang paling minimum untuk memproduksikan satu tingkat
produksi. Terdapat kapasitas produksi lain (AC lain) yang dapat meminimumkan
biaya. Sebagai buktinya perhatikanlah AC1 dan AC2 . Titik
A1 adalah titik terendah pada AC1 . Dengan demikian dalam jangka pendek, produksi
sebesar QA dapat diproduksikan dengan biaya yang lebih rendah dari
titik mana pun pada AC1. Tetapi dalam jangka panjang biaya itu belum
merupakan biaya yang paling minimum, karena apabila kapasitas produksi yang
berikut digunakan (AC2), produksi sebesar QA akan mengeluarkan
biaya sebanyak seperti ditunjukkan oleh titik A pada AC2. Dari
contoh ini dapat disimpulkan bahwa kurva LRAC, walaupun tidak menghubungkan
setiap titik terendah dari AC, menggambarkan biaya minimum perusahaan dalam
jangka panjang.
D.
SKALA
EKONOMI DAN TIDAK EKONOMI
Kurva LRAC dan AC hampir bersamaan bentuknya, yaitu sama-sama
berbentuk huruf U. Bedanya hanya: bentuk AC jauh lebih mirip U, sedangkan LRAC
lebih berbentuk kuali. Telah diterangkan sebabnya AC berbentuk huruf U, yaitu
sebagai akibat pengaruh hukum hasil lebih yang semakin berkuran. Kurva LRAC
mempunyai bentuk seperti yang digambarkan dalam Gambar 10.6 bukanlah disebabkan
oleh hukum tersebut tetapi disebabkan oleh faktor lain. Kurva LRAC juga
berbentuk huruf U, atau lebih tepat berbentuk kuali, disebabkan oleh
faktor-faktor yang dinamakan oleh ahli-ahli ekonomi sebagai skala ekonomi (economic of scale) dan skala
tidak ekonomi (diseconomies of scale).
SKALA EKONOMI
Skala kegiatan produksi jangka panjang dikatakan bersifat
mencapai skala ekonomi (economics of
scale) apabila pertambahan produksi
menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin rendah. Produksi yang
semakin tinggi menyebabkan perusahaan menambah kapasitas produksi, dan
pertambahan kapasitas ini menyebabkan kegiatan memproduksi bertambah efisien.
Ini dicerminkan oleh biaya produksi yang bertambah rendah. Pada kurva LRAC
keadaan ini ditunjukkan oleh bagian kurva LRAC yang semakin menurun apabila
produksi bertambah. Dalam Gambar 10.6 kedaan ini berlaku diantara produksi
sebesar 0 sampai sebesar QB. Dibawah ini diuraikan beberapa faktor
penting ysang menimbulkan skala ekonomi :
Spesialisasi
Faktor-faktor Produksi
Dalam perusahaan yang kecil ukurannya para pekerja harus
menjalankan beberapa tugas. Oleh sebab itu mereka tidak dapat mencapai
keterampilan yang tinggi didalam mengerjakan pekerjaan tertentu. Dalam
perusahaan yang besar dilakukan spesialisasi. Setiap pekerja diharuskan
melakukan suatu pekerjaan tertentu saja, dan ini menambah keterampilan mereka.
Produktivitas mereka bertambah tinggi dan akan menurunkan biaya per unit.
Pengurangan
Harga Barang Mentah dan Kebutuhan Produksi Lain
Setiap perusahaan membeli bahan mentah, mesin-mesin, dan
berbagai jenis peralatan untuk melakukan kegiatan memproduksi. Harga
bahan-bahan tersebut akan menjadi bertembah murah apabila pembelian bertambah
banyak. Makin tinggi produksi, makin banyak bahan-bahan mentah dan peralatan
produksi yang digunakan. Keadaan ini menyebabkan biaya per unit akan menjadi
semakin murah.
Memungkinkan
Produk Sampingan (by-Products) Diproduksi
Didalam perusahan-perusahaan adakalanya terdapat bahan-bahan
yang terbuang (waste), yaitu barang-barang yang tidak terpakai yang merupakan
residu yang diciptakan oleh proses produksi. Didalam perusahaan yang kecil
biaanya jumlahnya tidak banyak dan adalah tidak ekonomis untik diproses menjadi
barang sampingan. Tetapi kalau perusahaan merupakan kegiatan memproduksi yang
besar, dan memiliki barang reseidu yang cukup banyak, barang residu ini dapat
diproses menjadi barang yang diproduksi secara sampingan. Kegiatan yang baru
ini akan menurunkan biata per unit dari keseluruhan operasi perusahaan.
Mendorong
Perkembangan Usaha Lain
Kalau sesuatu perusahaan telah menjadi sangat besar, timbul
permintaan yang cukup ekonomis untuk mengembangkan kegiatan di bidang usaha
lain yang menghasilkan barang-barang atau fasilitas yang dibutuhkan perusahaan
yang besar tersebut. Sebagai contoh, pembesaran perusahaan lain akan mendorong
pemerintah menyediakan jaringan pengangkutan yang baik, dan fasilitas
penyediaan air dan listrik yang murah. Di samping itu perusahaan-perusahaan
yangmenyediakan jasa-jasa kepada perusahaan yang besar tersebut akan
berkembang. Berbagai perkembangan ini akan mengurangi biaya per unit.
SKALA TIDAK EKONOMI
Kegiatan memproduksi suatu perusahaan dikatakan mencapai
skala tidak ekonomi (diseconomics of
scale) apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata
menjadi semakin tinggi. Keadaan ini diwujudkan oleh kegiatan memproduksi
yang menurun efisiennya. Pada kurva LRAC dalam Gambar 10.6 keadaan ini
ditunjukkan oleh bagian kutva LRAC yang semakin bertambah tinggi, yaitu setelah
produksi melebihi QB.
Wujudnya skala tidak ekonomi terutama disebabkan oleh
organisasi perusahaan yang sudah menjadi sangat besar sekali sehingga
menimbulkan kerumitan didalam mengatur dan memimpinnya. Perusahaan yang terus
menerus membesar biasanya berarti junlah tenaga kerja yang digunakan meliputi
beribu-ribu orang, dan mempunyai pabrik dan cabang di berbagai tempat. Sebagai
akibatnya kegiatan dan organisasi perusahaan itu sudah menjadi sangat kompleks.
Tidak mungkin lagi ia dipimpin oleh manajer saja. Ini dapat mengakibatkan
pengambilan keputusan dan kebijakan perusahaan yang sangat kaku dan memakan
waktu yang lama untuk merumuskannya. Keadaan ini mengurangi efisiesnsi kegiatan
perusahaan, dan menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin tinggi.
BEBERAPA BENTUK KURVA LRAC
Sifat skala ekonomi dan skala tidak ekonomi dari kegiatan
berbagai perusahaan merupakan faktor yang sangat penting didalam menentukan
jumlah perusahaan di dalam suatu industri. Keadaan ini juga akan mempengaruhi
bentuk kurva biaya total rata-rata jangka panjang yang dihadapi setiap
perusahaan. Secara kasar dapat dibedakan tiga bentuk dari LRAC, yaitu seperti
yang di tunjukkan dalam Gambar 10.7.
Dalam grafik (i) kurva LRAC sangat cepat penurunannya, tetapi
ia sangat cepat pula mengalami kenaikan. Ini berarti kenaikan produksi yang
sedikit saja telah menimbulkan skala ekonomi yang sangat menguntungkan (yaitu
biaya produksi rata-rata sangat cepat pengurangannya), tetapi pada tingkat
produksi yang relatif rendah, skala tidak ekonomi sudah mulai wujud. Indusri
yang LRACnya berbentuk demikian pada umumnya terdiridari banyak perusahaan, dan
masing-masing perusahaan tersebut berukuran kecil.
Dalam grafik (ii) juga pada permulaannya skala ekonomi sangat
menguntungkan tetapi ia juga tidak berlangsung lama, akan tetapi ia diikuti
oleh kurva LRAC yang datar – yang berarti pada tahap permulaan skala tidak ekonomi belum
lagi menguasai kegiatan perusahaan. Baru pada tingkat produksi yang tinggi
skala tidak ekonomi mulai berlaku. Industri yang mempunyai kurva LRAC yang
berbentuk demikian terdiri dari beberapa perusahaan besar dan beberapa perusahaan kecil. Jadi
besarnya perusahaan-perusahaan dalam
industri tersebut tidak seragam dan jumlah perusahaan masih relatif besar.
Apabila
kurva LRAC adalah seperti yang ditunjukkan oleh grafik (iii), industri biasanya
terdiri dari perusahaan-perusahaan yang sangat besar ukurannya, dan jumlah
perusahaan dalam industri tersebut relatif sedikit. Hanya beberapa perusahaan
terdapat dalam sesuatu industri. Industri adalah bersifat sedemikian karena
skala ekonomi tetap wujud sehingga ke jumlah produksi yang sangat banyak dan
dapat menguasai pasaran.
teori.a bagus bgett smpek2 sya ska am teori.a...n eng uggha bla membka lgsung ad lagu.a....enagg enag enaggggggggggg//.,,
BalasHapusthank yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa???????????
Sama2 yaa :D
Hapuseh,, promo, lagu pake suara sendiri tuh... hihihihi :D
Ok mksh shrenya... jujur saya blm bisa cara menghitung shut down point perusahaan!!
BalasHapus