A.
Penentuan Lokasi Usaha
Pemilihan lokasi
merupakan unsur pertama yang mandapat sorotan, karena itu adalah tempat dimana
produksi itu akan berlangsung. Kesalahan dalam memilih lokasi banyak membawa
implikasi negative dari proses secara keseluruhan. Misalnya, suatu produk /jasa
yang layaknya diproduksi dekat dengan pusat sumber bahn baku, tetapi didirikan
justru dekat dengan pasar, akibatnya jelas bahwa proses produksi akan terbebani
biaya angkut yang tinggi, karena biaya tinggi maka harga jual kurang
kompetitif. Kondisi ini akna menjadi lebih serius jika dipasar sasaran itu
banyak pesaing yang juga menawarkan barang yang sama dengan produk/jasa yang
dihasilkan. Pemilihan lokasi yang kurang cermat juga dapat berdampak lain,
seperti adanya kerawanan social, alam dan pengaruh buruk dari lingkungan. Guna
menghindar dari semua kemungkinan buruk itu maka pada saat pemilihan lokasi
perlu diadakan stuudi yang cermat, dan harus dapat merinci semua kemungkinan,
baik keunggulan maupun kelemahan dari alternative lokasi yang akan dipilih.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Penentuan Lokasi[1]
Faktor-faktor yang
mempengaruhi penentuan lokasi yang tepat dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
a.
Faktor
primer
Pertimbangan utama
dalam penentuan lokasi pabrik adalah:
· Letak Pasar
Kebijakan dalam menentukan lokasi usaha/proyek, apakah
dekat dengan pasar hasil prosuksi atau dekat dengan bahan baku harus dipertimbangkan secara teknis dan
ekonomis sehingga kelangsungan dari
usaha dapat terjamin. Lokasi usah yang dekat dengan pasar biasanya mempunyai
beberapa keunggulan, antara lain pelayanan terhadap konsumen dapat dilakukan
dengan lebih cepat, ongkos angkut dari produk yang dihasilkan relative murah
dan volume penjualan dapat ditingkatkan.
Ditinjau dari segi biaya pengangkutan, apabila biaya
pengangkutan barang jadi lebih besar dari biaya pengangkutan bahan mentah dalam
ukuran yang sama, selayaknya lokasi usaha/proyek yang dekat dengan pasar lebih
menguntungkan daripada dekat dengan bahan baku. Seperti pabrik minuman, pabrik
yang hasil produksinya lebih cepat rusak/pecah, dan lain sebagainya.
· Letak sumber bahan baku
Pendirian usaha/proyek yang dekat dengan bahan baku juga
amempunyai beberapa keunggulan, antara lain supply bahan mentah dapat menjamin
kintinuitas kegiatan usaha, ongkos angkut bahan mentah lebih murah, dan
perluasan usaha lebih mudah untuk dilakukan.
Dilihat dari ongkos angkut bahan mentah, apabila jumlah
bhan mentah yang diangkut jauh lebih besar daripada bahan jadi sebagai akibat
proses produsi, lokas usaha/proyek yang dekat dengan bahan baku lebih
menguntungkan dala jangka panjang.
Contoh: apabila lokasi pabrik kertas yang berorientasi pada
pasar, keadaan ini bisa menyulitkan usaha/proyek tersebut bila diliht dari
biaya transportasi maupun kelancaran supply bahan baku yang diangkut jauh lebih
besar daripada jumlah barang. Jadi, kedaan ini telah menyebabkan ongkos angkut
bahan mentah lebih besar dari barang jadi. Dalam waktu lama kesalahan dlam
memilih lokasi akan mempengaruhi akktifitas perusahaan, baik sebagai akibat
sulitnya pengadaan transportasi (ongkos angkut bahan mentah yang lebih besar)
maupun jauhnya lokasi proyek/ pabrik dengan bahan baku yang tidak menjamin
kelancaran supply bahan baku karena pengaruh pengangkutan dan variabel-variabel
lainnya.
Berdasarkan
pada contoh diatas, dekat tidaknya lokasi usaha dengan pasar atau bahan baku
tergantung pada biaya pengangkutan dari bahan mentah n barang jadi. Semakin
kkecil peranan ongkos angkut, semakin tidak berpengaruh fakrot pasar dan baku
dalam menentukan lokasi usaha/ proyek yang direncakan.
· Tenaga kerja
Dalam menentukan lokasi
usaha atau proyek, supply tenaga kerja juga perlumendapat perhatian, baik
dilihat dari jumlah tenaga kerja maupun kualitas yang diperlukan. Apabila
usaha/ proyek yang didirikan membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang
relative besar (padat karya) sebaiknya lokasi usaha yang dididrikan dekat
dengan pemukiman penduduk. Demikian pula dengan
usaha-usaha yang memanfaatkan keahlian penduduk setempat, seperti
kerajinan kayu, kerajinan ukir, kerajinan logam, dan lain sebagainya.
Supply tenaga kerja
ynag cukup usaha padat karya pada umumnya merupakan faktor yang perlu mendapat
perhatian, walaupun kualitas dan komposisi tenaga kerja yang tersedia juga amat
diperlukan. Untuk gagasan usaha/pabrik yang dierncanakan memerlukan pekerja
yang mempunyai keahlian(skill) sebaiknya lokasi usaha/proyek tersebut didirikan
dekat dengan tenaga kerja yang mempunyai skiil karena ada kalanya untuk
memindahkan tenaga kerja skiil amat sulit untuk dilakukan.
· Fasilitas pengangkutan
Fasilitas pengangkutan yang tersedia dalam pemilihan
lokasi perlu menjadi perhatian dalam penyusun sstudi kelayakan, karena masalah
pengangkutan merupakan masalah dalam
pengangkutan bahan mentah, barang jadi, maupun tenaga kerja.
Jenis alat angkut yang sering
digunakan dalam kegiatan ini antara lain kereta api, truk, angkutan air, dan
pengnkutan melalui udara. Apabila barang yang diangkut dalam jumlah yang
relative besar, sedapat mungkin lokasi usaha/proyek yang didirikan dekat dengan
jalur kereta api karena biaya angkut dengan kereta api relative murah.
Pendirian usaha/proyek yang
tidak mempunyai fasilitas angkutan terpaksa membangun jalan-jalan baru yang
memerlukan investasi yang cukup besar dan kesemuanya ini merupakan beban dari
proyek/kegiatan usaha yang direncanakan. Besarnya biaya transportasi yang ynag
dikeluarkan akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi dan keadaan ini bisa
menyebabkan gagasan usaha/proyek yang direncanakan tidak feasible untuk
dikerjakan.
· Fasilitas tenaga kerja dan listrik
Secara teknis apabila usaha/proyek yang direncanakan
memerlukan fasilits listrik dalam kegiatan produksi, tentu dalam penyusuna
studi kelayakan dalam perhitungan lokasi proyek (pabrik) perlu mendapat
perhatian, terutama ada tidaknya tenaga listrik yang tersedia. Tenaga lisrik
yang telah ada seperti PLN biayanya lebih murah dibanding dengan membangun
tenaga listrik tersendiri. Kalu dilokasi proyek tidak tersedia fasilitas
listrik, usahakan lokasi proyek yang didirikan dekat denga pembangkit tenaga
listrik seperti adanya air tejun yang memungkinkan pembangunan tenaga
listrik ditempat tersebut.
Demikian pula dengan air, apabila usaha/proyek yang
didirikan dalam proses produksi memerlikan air, baik sebbagai tenaga penggerak
maupun dalam proses produksi maka lokasi proyek/pabrik harus dekat dengan air.
1.
Metode
Penilaian Hasil
Metode ini dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap
semua faktor yang dianggap penting dalam penentuan lokasi dan diberikan bobot
penilaian. Lokasi yang memiliki nilai yang tertinggi dianggap yang terbaik
untuk dipilih. Lihat contoh berikut:
Table 1.1 Faktor-faktor Yang Dinilai dalam Pemilihan
Lokasi[2]
No.
|
Kebutuhan Pabrik
|
Nilai
Lokasi
Ideal
|
Lokasi
A
|
Lokasi
B
|
Lokasi
C
|
1.
|
Pasar
|
20
|
19
|
20
|
18
|
2.
|
Pengankutan
|
25
|
24
|
20
|
23
|
3.
|
Bahan Baku
|
25
|
23
|
21
|
22
|
4.
|
Tenaga Kerja
|
10
|
7
|
9
|
8
|
5.
|
Fasilits Listrik
|
15
|
12
|
15
|
10
|
6.
|
Iklim
|
5
|
4
|
3
|
5
|
|
Jumlah
|
100
|
89
|
88
|
86
|
Penilaian
ini menunjukkan bahwa lokasi A merupakan lokasi yang terbaik diantara keempat
lokasi yang dipertimbangkan.
2.
Metode
Perbandingan Biaya
Pemilihan lokasi
dengan menggunakan metode perbandingan
biaya dimaksudkan untuk memilih biaya terendah dari beberapa lokasi yang
memungkinkan. Faktor-faktor yang peril dipertimbangkan dalam pemilihan biaya
terendah antara lain biaya bahan baku, biaya bahan bakar, serta biaya proses
produksi seperti biaya tenaga kerja dan biaya laboratorium bila diperlukan.
Selain dari biaya-biaya di atas perlu juga diperhitungkan biaya lainnya seperti
biaya administrasi, asuransi, pajak, bunga bank, biaya pengepakan, biaya
penjualan, dan biaya pengankutan.
Cara penilaian ini
dapat dilakukan terhadap sejumlah produk atau jumlah produksi per bulan dalam
jumlah yang sama pada setiap lokasi yang memungkinkan. Alternatife yang diambil
adalh lokasi yang mempunyai total biaya yang terendah dari beberapa lokasi yang
dipertimbangkan.
Tabel 1.2 Pemilihan Lokasi Berdasarkan Penilaian Biaya[3]
Jenis Biaya Yang Dinilai
|
Lokasi
|
||
A
|
B
|
C
|
|
Bahan Baku (harga)
Power (listrik)
Biaya Operasi:
·
Tenaga kerja dan supervisi
·
Bengkel reparasi
Biaya Lain-lain:
·
Biaya administrasi
·
Asuransi
·
Pajak
·
Bunga pinjaman
·
Biaya pengepakan
·
Biaya penjualan
·
Biaya transport ke pasar
|
Rp 50
15
20
10
5
5
4
3
4
5
5
|
Rp 40
15
15
10
8
5
4
3
4
7
8
|
Rp 35
20
20
15
10
5
4
3
4
10
15
|
Jumlah
|
Rp 126
|
Rp 119
|
Rp 141
|
Hasil penilaian
berdasarkan perkiraan biaya, lokasi B yang paling kecil biayanya dan merupakan lokasi yang terbaik di antara alternative
lokasi yang dinilai.
3.
Metode
analisis ekonomi
Metode ini
mempertimbangkan hasil analisis biaya ditambah dengan faktor intangibles yang
relevan. Penilaian didasarkan pada penilaian kuantitatif dan kualitatif. Contoh
pada Tabel 1.3 memperlihatkan bahwa bagian atas merupakan rincian biaya
operasional secara kuantitatif. Masing-masing daerah menunjukkan nilai yang
berbeda, dan yang akan dipilih adalah didasarkan pada pertimbangan, bukan saja
semata-mata melihat dari rendahnya total biaya operasional, tetapi juga penting
untuk melihat secara keseluruhan, yaitu nilai dari seluruh hasil analisis
ekonomi, yang memasukkan penilaian berdasarkan nilai-nilai non ekonomi, yaitu
yang bersifat intangible yang tidak dapat dihargai dengan uang, tetapi
mempunyai nilai yang dapat mempengaruhi penerimaan dari usaha atau dengan kata
lain dapat menambah biaya usaha sebagai
dampak dari lingkungan di mana usaha tersebut didirikan.
Tabel 1.3 Pemilihan
Berdasarkan Nilai Ekonomi
Unsur Yang Dinilai
|
Kota A
|
Kota B
|
Kota C
|
||
Biaya Sewa
|
20.000
|
10.000
|
10.000
|
||
Biaya Tenaga Kerja
|
135.000
|
130.000
|
|
||
Biaya Pengangkutan
|
81.000
|
64.000
|
28.000
|
||
Pajak
|
0
|
3.500
|
2.000
|
||
Listrik
|
6.000
|
6.000
|
6.000
|
||
Total biaya operasi
|
242.000
|
213.000
|
206.000
|
||
Sikap masyarakat
|
Acuh tak acuh
|
Menghendaki
usaha ini
|
|
||
Perumahan
dan lain-lain
|
Sangat baik
|
cukup
|
kurang
|
Berdasarkan
Tabel 1.3, yang dipilih adalah kota B, walaupundari segi biaya kota B lebih
tinggi dari kota C, tetapi dari nilai keseluruhan (analisis ekonominya) justru
kota B membawa nilai positif.
B.
Penentuan Luas Produksi[4]
Penentuan luas
produksi adalah berkaitan dengan beberapa jumlah produksi yang dihasilkan dalam
waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas produksi dan peralatan yang
dimiliki serta biaya yang paling efesien. Lias produksi dapat dilihat dari segi
ekonomis dan segi teknis. Dari segi ekonomis yang dilihst adalah beberapa
jumlah produk yang dihasilkan dalam
waktu tertentu dengan biaya yang paling
efesien. Sedangkan dari segi teknisnya yang dilihat adalah jumlah produk
yang diihasilkan atas dasar kemampuan mesin dan peralatanserta persyaratan
teknis.
Secara umum luas
produksi ekonomis ditentukan antara lain oleh:
1.
Kecenderungan
permintaan ynag akan dating.
2.
Kemungkinan
pengadaan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, dan lain-lain.
3.
Tersedianya
teknologi, mesin dan peralatan pasar.
4.
Daur
hidup produk, dan produk subtitusi dari produk tersebut.
Untuk menentukan jumlah produksi yang menghasilkan
keuntungan optimal diperlukan suatu peritungan yang teliti dan dalam hal ini
dapat dugunakan beberapa pendekatan, antara lain:
1.
Penekatan
konep marginl revene dan marginal cost.
2.
Pendekatan
analisis break even point.
3.
Pendekatan
metode linier programming.
Pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan konsep
marginal revenue dan marginal cost, dimana keuntungan optimal atau jumla
keuntungan maksimum dicapai apabila MR=MC atau MR-MC=0. Secara graifis dapat
digambarkan sebagaimana dalam gambar berikut:
|
||||||
|
||||||
Berdasarkan
pada uraian ini luas prouksi yang dilakukan pada jumlah produksi yang
menghasilkan MR=MC menghasilkan keuntungan ynag optimal.
Dilihat
dari pendekatan analisis Break even Point (BEP) ynag menggunakan garis
lengkung, pertama sekali harus ditentukan pola penerimaan dan pola pengeluaran
dari bermacam-macam tingkat produksi. Tentu dalam menentukan komponen biaya
untuk menghasilkan produk yang direncanakan. Apabila biaya per unit produksi
telah dapat ditentukan disamping harga jual dari produk tersebut, langkah
selanjutnya berdasarkan data ini dapt diperkirakan Total Revenue (TR) dan Total
Cost (TC) dari bermacam-macam kapasitas produksi.
Berdasarkan
pada total cost dan total revenue dari masing-masing kapasitas produksi dapat dibentuk pola pengeluaran dan
pola penerimaan dengan bantuan persamaan regresi. Seperti contoh mengenai
jumlah mengenai jumlah produksi, dimana total cost dan total revenue telah
diketahui, pola penerimaan dan pola pengeluaran adalah sebagai berikut:
TR = 1.058.205 +
64.436,36 (X) – 2.375,06 (X2)
TC = 995.384 +
60.594,77 (X) + 1.180,45 (X2)
Berdasarkan
pada persamaan ini jumlah produksi pada BEP1 berada pada jumlah roduksi sebesar
15.300 unit dan BEP2 berada pada jumlahproduksi 23.770 unit. Hasil perkiraan TR
dan TC apabila digambarkan ke dalam sebbuah grafik akan dapat dilihat bahwa
keuntungan diperoleh apabila TR>TC atau profit diperoleh apabila jumlah
produksi lebih besar dari 15.300 unit dan lebih kecil dari 23.770 unit. Luas
produksi yang diinginkan dalam analisis ini tentu beda terbesar antara TR
dengan TC atau pada saat MR=MC, hal ini dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan antara poala penerimaandengan pola pengeluaran. Keuntungan maksimum
diperoleh dari turunan derivative
pertama dari persamaan tersebut dan berdasarkan hasil perhitungan ini, jumlah
produksi yang menghasilkan keuntungan maksimum adalah pada saat jumlah produksi
sebesar 18.460 unit.
Berdasarkan
pada uraian ini, luas produksi yang dimaksudkan dalam permasalahan ini adalah
sekitar jumlah produksi yang menghasilkan keuntungan maksimal. Apabila jumlah
produk dari sebuah usaha/proyek lebih dari satu jenis, katakanlah produk A dan
produk B, konsep pendekatan dari linier programming lebih baik digunakan,
dengan mencari perbandingan jumlah produk A dan produk B yang dapat
mengahasilkan profit maksimum.
Langkah
selanajutnya yang perlu yang perlu mendapatperhatian dari para penyusun studi
kelayakan apabila jumlah produksi untuk menghasilkanproift maksimum telah dapat
ditentukan adalah kemampuan sarana dan prasarana yang tersedia untuk menghasilkan
jumlah produk yang telah ditetapkan. Apakah mesin yang direncanakan cocok dan
mampu untuk memproduksi produk sesuai dengan kualitas dan kualitas sebagaimana
yang direncanakan. Demikian pula jumlah dan kemampuan dari tenaga kerja yang
tersedia, apakah tenaga kerja yang tersedia cocok dan sesuai dengan keahlian
yang diinginkan untuk menghasilkan jenis
produk serta kualitas dari produk yang telah ditetapkan. Dalam bidang keuangan
apakah tersedia dana baik untuk biaya investasi maupun modal kerja dari usaha
yang direncanakan.
C.
Tata Letak (Lay-Out)[5]
Lay
out merupakan suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan fasilitas yang
dapat menentukan efisiensi produksi/operasi. Lay-out dirancang berkenaan dengan
produk, proses, sumber daya manusia dan lokasi sehingga dapat tercapai
efisiensi operasi.
Dengan adanya
lay-out akan diperoleh berbagai keuntungan antara lain:
1.
Memberikan
ruang gerak yang memadai untk beraktifitas dan pemeliharaan.
2.
Pemakaian
ruangan yang efisien.
3.
Mengurangi
biaya produksi maupun investasi.
4.
Aliran
material menjadi lancer.
5.
Biaya
pengangkutan material dan barang jadi yang rendah.
6.
Kebutuhan
persediaan yang rendah.
7.
Memberikan
kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja yang lebih baik.
Pada
umumnya jenis lay-out didasarkan pada situasi sebagai berikut:
a.
Posisi
Tetap (fixed position)
Lay-out jenis ini ditujukan
pada proyek yang karena ukuran, bentuk atau hal-hal lain yang menyebabkan tidak
mungkinvuntk memindahkan produknya. Jadi produk tetap ditempat sedangkan
peralatan dan tenaga kerja yang mendatangi produk. Contohnya gedung, pembuatan
kapal.
b.
Orientasi
Proses (process Oriented)
Lay-out jenis ini didasarkan
pada proses produksi barang atau pelayana jasa. Lay-out jenis ini dapat secara
bersamaan menangani suatu produk atas jasa yang berbeda. Contohnya rumah sakit.
Proses lay-out (fungtional lay-out), merupakan jenis lay-out dengan menempatkan
mesin-mesin atau peralatan yang sejenis atau mempunyai fungsi yang sama dalam
suatu kelompok atau satu ruangan. Contohnya untuk industry tekstil semua mesin
pemotong dikelompokkan dalam satu area atau semua mesin jahit dikelompokkan
dalm satu area.
c.
Tata
Letak Kantor(office lay-out)
Lay-out jenis ini berkaitan
dengan posisi pekerja, peralatan kerja,tempat yang diperuntukkan untuk perpindahan
informasi. Jika perpindahan informasi semuanya diselesaikan dengan telepon/alat
telekomunikasi, masalah lay-out akan sangat mudah. Jika perpindahan orang dan
dokumen dilakukan secara alamiah lay-out perlu dipertimbangkandengan matang.
d.
Tata
letak pedagang eceran/pelayanan (retail and service Lay-Out)
Yaitu lay-out yang
berkenaan dengan pengaturan dan lokasi tempat serta arus bermacam produk atau
barang agar lebih banyak barang yang dapat dipajang sehingga lebih besar
penjualannya.
e.
Tata
Letak Gudang (warehouse Lay-Out)
Lay-out
ini ditujukan pada efisiensi biaya penanganan gudang dan memaksimalkan dan
memaksimalkan pemanfaatan ruangan gudang. Tujuannya untuk memperoleh optimum
trade-off antara biaya penanganan dan ruang-ruang gudang.
f.
Tata
Letak Produk (Product Lay-Out)
Lay-out ini jenis ini mencari
pemanaatan personal dan mesin yang terbaik dalam produksi yang berulang-ulang
dan berlanjut atau kontinyu. Lay-out ini cocok apabila proses produksinya telah
distandarisasikan serta diproduksi dalam jumlah yang besar. Setiap produk akan
melewati tahapan operasi yang sama dari
awal sampai akhir. Contohnya perakitan mobil.
Untuk memperoleh lay-out yang
baik maka perusahaan perlu menentukan hal-hal berikut:
1.
Kapasitas
dan tempat yang dibutuhkan.
Dengan mengetahui tentang
pekerja, mesin dan peralatan yang dibutuhkan, maka kita dapat menentukan
lay-out dan penyediaan tempat atau ruangan untuk setiap komponen tersebut.
2.
Peralatan
untuk menangani material atau bahan.
Alat yang digunakan juga sangat
tergantung pada jenis material atau bahan ynag dipakai, misalnya Derek dan
kereta otomatis untuk memindahkan bahan.
3.
Lingkungan
dan estetika.
Keleluasan dan kenyamanan
tempat kerja juga mendasari keputusan tentang lay-out. Seperti jendela,
sirkulasi ruang udara.
4.
Arus
informasi.
Pertimbangan tentang cara
terbaik untuk memindahkan informasi atau melakukan komunikasi perlu juga
dibuat.
5.
Biaya
perpindahan antara tempat kerja yang berbeda.
Pertimbangan disini lebih
ditekankan pada tingkat kesulitan pemindahan alat dan bahan.
D.
Pemilihan Teknologi
Pemilihan
teknologi bisa mempengaruhi keberhasilan suatu proyek. Misalnya teknologi yang
bagaimana yang sebaiknya diterapkan dari dalam proyek.
Hal-hal yang
perlu diperhatkan dalam pemilihan teknologi antara lain:[6]
1.
Ketepatan
teknologi dengan bahan bakunya.
2.
Kebrhasilan
teknologi ditempat lain.
3.
Pertimbangan
teknologi lanjutan.
4.
Besarnya
biaya investasi dan biaya pemeliharaan.
5.
Kemampuan
tenaga kerja dan kemungkinan pengembangannya.
6.
Petimbangan
pemerintah dalam hal tenaga kerja.
Proyek baru sering direncanakan
menggunakan teknoligi yang terbaru pula dalam arti menggunakan proses yang
terbaru dengan mesin dan peralatan terbaru pula. Hal ini banyak terdapat di
Negara industry. Sedangkan di Negara berkembang sulit untuk menerapkan teknoligi
industry terbaru, tetapi tidak akan berhasil jika mengggunakan teknolohi yang
terlalu jauh ketinggalan. Penerapan teknologi terbaru sangat beresiko karena
membutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk memodifikasi produk agar sesuai
dengan hasil yang diinginkan dan tidak jarang mengalami kegagalan dalam
pemasaran sehingga mengalami kerugian yang tidak sedikit. Oleh karena itu,
terdapat working rule bahwa sebaiknya proyek-proyek industri dinegara
berkembang menghindari teknologi baru yang belum terbukti keberhasilannya
dipasar selam beberapa waktu, paling sedikit satu tahun.
Sebaliknya, proyek-proyek di
Negara berkembng sebiknya menghindari teknologi usang atau teknologi
yang sedang menuju kadarluarsa. Penerapan teknologi usang akan brakibat
terhadap invstasi proyek yang bersangkutan secara keseluruhan, terutama jika
terdapat teknologi yang lebih baru yang mulai memasyarakat. Artinya, proyek
tersebut akan mengalami kesulitan memasarkan produknya karena produk tidak
sesuai dengan permintaan konsumen karena selera masyarakat konsumen sudah
beralih ke produk yang menggunakan teknologi lebih baru. Atau dilihat dari cara
kerjanya tidak efesien lagi sehngga dari segi biay secara total produk tidak
bisa bersaing dengan produk lain.
Contoh, untuk menghaislkan produk
pupuk NTG (Netrogin Tripel Ganda) dilakuan proses elektrolisis air dengan
menggunakan sejumlah besar tenaga listrik, melaikan tenaga minyak atau gas
alam. Sebah pabrik sejenis didirikan dengan menggunakan proses produksi yang
pertama , yaitu dengan menggunakan listrik. Proses produksi dengan teknologi
lama, yaitu dengan menggunakan tenaga listrik berjalan dengan baik dan lancar,
tetapi produk yang dihasilkan tidak bisa bersaing (dari segi biaya) dengan produk yang dihasilkan dengan
mengguakan teknologi tenaga bkan listrik. Artinya, produ yang dihsilkan lebih
mahal daripada produk dengan teknologi baru meskipun kulitasny tidak berbeda.[7]
E.
Economic Order Quantity (EOQ).[8]
Untuk
jenis usaha tertentu, permsalahan prsediaan sangat penting untuk
dipertimbangkan dan dianalisis. Salah
satu teknis persediaan yang seriing digunakan adalh metode Economic Order
Quantity (EOQ).
EOQ
merupakan jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesan dengan biaya
yang paling rendah. Artinya setiap kali memesan bahan mentah perusahaan dapat
mengheat biaya yang akn dikeluarkan.
Hal-hal
yang berkaitan dengan EOQ sangat perlu untuk diperhatikan adalah masalah
klasifikasi biaya. Pentingya klasifikasi biaya akan memudahkan kita dalam
melakukan analisis, sehingga hasil yang akan diperoleh dapt diakui
kebenarannya.
Secara umum
klasifikasi biaya yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
a.
Baya
angkut/biaya penyimpanan atau Carrying Cost (CC).
b.
Biaya
pemesanan atau Ordering Cost (OC).
c.
Biaya
total atau Total Cost (TC).
1.
EOQ
dengan kebutuhan tetap
Rumus : Q=
Dimana :
D = Demand
Q = Quantity
D/Q = Jumlah pemesanan selama setahun
Q/2 = Rata-rata persediaan
OC = Ordering Cost (biaya pemesanan)
CC = Carrying Cost (biaya penyimpanan)
Dan rumusan adalah :
CC (Biaya penyimpanan/tahun)
CC (biaya
pemesanan/tahun)
Dengan demikian total biaya/tahun [Total Cost (TC)]:
TC = CC + OC
Jadi :
Q =
Contoh
soal:
PT.
Jaya menginginkan barang 6.000 unit/tahun
dengan biaya pemesanan Rp 5,-/unit sedangkan biaya penyimpanan Rp,-unit. Anda
diminta untuk menghitung pesanan paling ekonomis dengan EOQ.
Jawab:
D/Th = 6.000 uunit
CC =
Rp 6,-/unit/tahun
OC =
Rp 5,-/pesan
Q = =
= 100 unit
Jadi
pesanan yang paling ekonomis adalah 100 unit.
TC = CC + OC
= (6) + (5)
=Rp 600,-
Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pesanan 100 unit adalah: Rp 600,-.
Jika D diukur dengan rupiah maka CC dan Q juga diukur dengan rupiah dan
rumus diatas sebagai berikut:
Harga per unit Rp. 15,-
D/Tahun = 15 6.000 =
Rp.90.000,-
CC = Rp.0,400,-/tahun
Q dalam Rp = = Rp 1.500,-
Jadi, optimal order adalah Rp 1.500,-
2.
Kasus
EOQ dengan kapasitas lebih
PT . Marras
bergerak dalam bidang usaha supermarket, bermaksud mengubah meetode
persediaannya, mengingat selama ini seringkali terjadi keterlambatan dan tidak efisiensinya biaya
yang telah dikeuarkan.
Metode yang
digunakan adalah unutk menentukan berapa
biaya yang paling ekonomis untuk
setiap kali pesan serta tidak akan terjadi keterlambatan seperti masa lalu.
Data yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Demand = 1.000
unit setiap hari
Kemampuan
produksi (P) = 2.000 unit
Ordering Cost
= Rp. 12.000,-
Carrying cost
= Rp.16,-
Qo =
QO
= =1.732 unit
Tc = (OC)
TaR = (16) + (12.000) =
Rp.12.928,-
Apabila dibandingkan dengan Q
2.000 unit maka,
TaR =
(16) + (12.000) =Rp.
14.000,-
Kesimpulan bandingkan TaR Qo = 1.732 dengan Q= 2.000
dapat menghemat 14.000-12.928=Rp.1.072,-
F.
Reorder Point (ROP)
Rop merupakan waktu perusahaan
akan memesan kembali atau batas waktu pemesanan kembali dengan melihat jumlah
minimal persediaan yang ada. Hal ini penting agar jangan sampai kekurangan
bahhkaan pada saat dibutuhkan. Jumlah pemesanan kembali dihitung dengan
probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stock dan dihitung selama
tenggang waktu.
Contoh soal:
Mr. Dany setiap hari minum 2 botol susu ynag dikirim oleh pengantar
3 hari setelah Mr. Dany menelepon. Kapan Mr. dan akan meneleponuntk melakukan pemesanan kembali?
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
ROP = D yang diharapkan + SS selama tenggang waktu (leadtime)
Jawab:
Demand : 2 botol susu sehari
Lead Time : 3 hari
ROP = 2 3 = 6 susu
Mr. Dany harus
menelepon kembali apabila minimal stock susu tinggal 6 botol.
[1]
Ibrahim, Yacob, Studi Kelayakn Bisnis,
Rineka Cipta, Jakarta. 1998. Hal .119-121.
[4]
Ibrahim, Yacob, Studi Kelayakn Bisnis,
Rineka Cipta, Jakarta. 1998. Hal.123-125
[5]
Kasmir, Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, Kencana, Jakarta. 2004.
Hal.230-223.
[7]
Jumingan, Studi Kelayakan Bisnis,
Bumi Aksara, Jakarta. 2009. Hal.304-305.
Terimkasih :)
BalasHapusSama2 :)
HapusMBA BISA MINTA FILE NYA BISA DIKIRIM KE EMAIL NGAK ? SOALNYA RUMUSNYA GAK KELIATAN MBA GAK KEBUKA
Hapusmakasih materinya,, :)
BalasHapusTerima kasih kembali sudah mengunjungi blog ini :)
Hapuswowww
BalasHapusthank info nya
BalasHapusmakasih ya...
BalasHapuskok gambar rumusnya ngak kelihatan yah ?
BalasHapus