A.
Pengertian Ilmu
Pengetahuan
Dalam Ensiklopedia
Indonesia penegertian ilmu
pengetahuan yaitu suatu sistem darii pelbagai pengetahuan yang masing-masing
mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa
menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan; suatu sistemdar pelbagai
pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan
yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu.
Menurut epistemologi, setiap pengetahuan
manusia adalah hasil dari kontraknya dua macam besara, yaitu;
1. Benda atau yang diperiksa, diselidiki, dan
akhirnya diketahui(objek).
2. Manusia yang melakukan pelbagai
pemeriksaan dan penyelidikan dan akhirnya mengetahui benda atau hal
tadi(subjek).[1]
Pengertian Ilmu pengetahuan menurut
beberapa ahli:
Mohammad Hatta Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun
menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.[2]
Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers
UniversityIlmu adalah
pengetahuan yang disusun dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi
dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
Jadi ilmu pengetahuan merupakan kumpulan
pengetahuan mengenai suatu hal tetentu yang merupakan kesatuan yang sistematis
dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan
dengan menunjukkan sebab-sebab kejadian tersebut.
B. Pandangan
Islam terhadap Ilmu pengetahuan Modern
Tolak ukur era modern ini adalah
sains dan teknologi. Sains dan teknologi mengalami perkembangan yang begitu
pesat bagi kehidupan manusia. Dalam setiap waktu para ahli dan ilmuwan terus
mengkaji dan meneliti sains dan teknologi sebagai penemuan yang paling canggih
dan modern. Keduanya sudah menjadi simbol kemajuan dan kemodernan pada abad
ini. Oleh karena itu, apabila ada suatu bangsa atau negara yang tidak mengikuti
perkembangan sains dan teknologi, maka bangsa atau negara itu dapat dikatakan
negara yang tidak maju dan terbelakang.
Islam tidak pernah mengekang umatnya
untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan
research dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi
Islam sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan
dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini,
dianugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk diolah dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.[3]
Pandangan Islam tentang sains dan
teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima
oleh Nabi Muhammad saw. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Isra:1-5)
Peradaban Islam pernah memiliki
khazanah ilmu yang sangat luas dan menghasilkan para ilmuwan yang begitu luar
biasa. Ilmuwan-ilmuwan ini ternyata jika kita baca, mempunyai keahlian dalam
berbagai bidang. Sebut saja Ibnu Sina. Dalam umurnya yang sangat muda, dia
telah berhasil menguasai berbagai ilmu kedokteran. Mognum opusnya al-Qanun fi
al-Thib menjadi sumber rujukan utama di berbagai Universitas Barat.
Selain Ibnu Sina, al-Ghazali juga
bisa dibilang ilmuwan yang representatif untuk kita sebut di sini. Dia teolog,
filosof, dan sufi. Selain itu, dia juga terkenal sebagai orang yang
menganjurkan ijtihad kepada orang yang mampu melakukan itu. Dia juga ahli
fiqih. Al-Mushtasfa adalah bukti keahliannya dalam bidang ushul fiqih. Tidak
hanya itu, al-Ghazali juga ternyata mempunyai paradigma yang begitu modern. Dia
pernah mempunyai proyek untuk menggabungkan, tidak mendikotomi ilmu agama dan
ilmu umum. Baginya, kedua jenis ilmu tersebut sama-sama wajib dipelajari oleh
umat Islam.
Adapun kondisi umat Islam sekarang
yang mengalami kemunduran dalam bidang sains dan teknologi adalah disebabkan
oleh berbagai hal. Sains Islam mulai terlihat kemunduran yang signifikan adalah
selepas tahun 1800 disebabkan faktor eksternal seperti pengaruh penjajahan yang
dengan sengaja menghancurkan sistem ekonomi lokal yang menyokong kegiatan sains
dan industri lokal. Contohnya seperti apa yang terjadi di Bengali, India, saat
sistem kerajinan industri dan kerajinan lokal dihancurkan demi mensukseskan
“revolusi industri” di Inggris.
Sains dan teknologi adalah simbol
kemodernan. Akan tetapi, tidak hanya karena modern, kemudian kita mengabaikan
agama sebagaimana yang terjadi di Barat dengan ideologi sekularisme. Karena
sains dan teknologi tidak akan pernah bertentangan dengan ajaran Islam yang
relevan di setiap zaman.
Sejarah Islam penuh dengan contoh-contoh
kecerdikan ilmiah dan budaya. Muslim mewarisi pengetahuan bangsa-bangsa yang
datang sebelum mereka, dikembangkan dan ditempatkan dalam konteks kerangka
moral yang tepat. beasiswa Muslim membuat sumbangan vital untuk pengayaan dan
kemajuan peradaban manusia.
Sementara Eropa masih dalam zaman kegelapan, umat
Islam sedang membuat kemajuan besar di bidang kedokteran, matematika, fisika,
astronomi, geografi, arsitektur, sastra, dan dokumentasi sejarah untuk
menyebutkan tapi beberapa. Banyak prosedur baru yang penting yang dikirim ke
Eropa abad pertengahan dari daerah Muslim, seperti angka Arab dengan prinsip
dari nol penting untuk kemajuan matematika dan penggunaan aljabar. instrumen
canggih, termasuk astrolabe dan kuadran serta peta navigasi yang baik, pertama
kali dikembangkan oleh umat Islam. Hanya setelah orang kehilangan pandangan
keyakinan agama mereka dan kewajiban melakukan prestasi ilmiah dari dunia Islam
berhenti dan jatuh ke dalam ketidakjelasan.[4]
Di dunia Islam, ilmu pengetahuan modern mulai
menjadi tantangan nyata sejak akhir abad ke-18, terutama sejak Napoleon
menduduki Mesir pada 1798 dan makin meningkat setelah sebagian besar dunia
Islam menjadi wilayah jajahan atau pengaruh Eropa. Serangkaian peristiwa
kekalahan berjalan hingga mencapai puncaknya dengan jatuhnya Dinasti Usmani di
Turki. Proses ini terutama disebabkan oleh kemajuan teknologi militer Barat.
Ketika sains dan teknologi Muslim tertinggal dari
Eropa dan berusaha mengejar ketertinggalan itu maka timbulah dua sikap, yaitu
merumuskan sikap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi peradaban
Barat modern, serta sikap terhadap tradisi Islam. Kedua unsur ini masih
mewarnai pemikiran Muslim hingga kini.
Saat ini sains teknologi telah dikuasai dunia Barat yang jelas-jelas ingin menghancurkan umat Islam, seperti yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina. Karena teknologi yang tidak dilandasi dengan akhlakul kharimah akan menjadi penghancur dan merusak bumi. Padahal Islam sejak turunnya kitab suci Al Qur’an dan diutusnya Nabi Muhammad saw. sebagai Rasulullah. Menunjukkan bahwa teknologi yang terkandung di dalam kitab suci Al-Qur’an akan membawa rahmat bagi segenap umat di muka bumi ini.
Saat ini sains teknologi telah dikuasai dunia Barat yang jelas-jelas ingin menghancurkan umat Islam, seperti yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina. Karena teknologi yang tidak dilandasi dengan akhlakul kharimah akan menjadi penghancur dan merusak bumi. Padahal Islam sejak turunnya kitab suci Al Qur’an dan diutusnya Nabi Muhammad saw. sebagai Rasulullah. Menunjukkan bahwa teknologi yang terkandung di dalam kitab suci Al-Qur’an akan membawa rahmat bagi segenap umat di muka bumi ini.
Contoh lainnya, kemajuan dalam dunia farmasi.
Banyak obat-obatan disalahgunakan seperti narkoba, yang dilakukan oleh
orang-orang tak bertanggung jawab untuk menghancurkan generasi muda. Begitu
juga melalui media-media dengan memasukan unsur-unsur pornografi dan pornoaksi
yang mencoba menghancurkan akhlak dan menyebarkan kemaksiatan di muka bumi.
A. IPTEK dalam Islam
Sudah terlalu banyak krisis sains modern
akibat dari adanya sekulerisasi antara agama dan ilmu pengetahuan. Banyak
pandangan bahwa Agama, ilmu dan seni terpisah, sehingga satu sama lain tidak
saling menopang. Ilmu tidak memiliki kendali moral, baik dalam kegunaan maupun
ruang lingkup pengkajian. Padahal semestinya, ilmu didasarkan pada agama (Islam)
dan digunakan berdasarkan syariah untuk kebaikan manusia dan alam semesta.
Untuk itu,
diperlukan Islamisasi dalam menyikapi berbagai ilmu pengetahuan baru yang
masuk. Hal ini bertujuan untuk :
1. Penguasaan
disiplin ilmu modern.
2. Penguasaan
warisan Islam.
3. Penentuan
relevansi khusus Islam bagi setiap bidang pengetahuan modern.
4. Pencarian
cara-cara untuk menciptakan perpaduan kreatif antara warisan Islam dan pengetahuan
modern (melalui survey masalah umat Islam dan umat manusia seluruhnya).
5. Pengarahan
pemikiran Islam ke jalan yang menuntunnya menuju pemenuhan pola Ilahiyah dari
Allah.
6. Realisasi praktis
islamisasi pengetahuan melalui: penulisan kembali disiplin ilmu modern ke dalam
kerangka Islam dan menyebarkan pengetahuan Islam.
7. Kepentingan aqidah, bahwa aqidah Islam
adalah dasar ilmu pengetahuan, pengkajian dan aplikasi keilmuan.
8. Kepentingan
kemanusiaan, bahwa aktivitas keilmuan yang didasarkan dan dikontrol iman akan
mewujudkan manusia seutuhnya sesuai dengan hakikat penciptaannya.
9. Kepentingan
peradaban, bahwa kehidupan dengan sistem Islam, dan segala aktivitasnya yang
berjalan dalam koridor aturan Allah SWT secara konsisten akan membawa manusia
pada peradaban yang agung.
10.Kepentingan
ilmiah, bahwa segala aktivitas keilmuan selalu dapat dipertanggungjawabkan
secara horisontal (dan tentu saja secara transendental ke hadirat Allah SWT).
Ada 10 konsep Islam
yang diharapkan dapat dipakai dalam meneliti sains modern dalam rangka
membentuk cita-cita Muslim. Kesepuluh konsep ini adalah:
Paradigma Dasar:
1.
tauhid : meyakini hanya ada 1 Tuhan, dan
kebenaran itu dari-Nya.
2.
khalifah : kami berada di bumi sebagai wakil
Allah — segalanya sesuai keinginan-Nya.
3.
ibadah (pemujaan) : keseluruhan hidup manusia
harus selaras dengan ridha Allah, tidak serupa kaum Syu’aib yang memelopori
akar sekularisme: “Apa hubungan sholat dan berat timbangan (dalam dagang)”.
Sarana:
4.
islam : tidak menghentikan pencarian ilmu
untuk hal-hal yang bersifat material, tapi juga metafisme, semisal diuraikan
Yusuf Qardhawi dalam “Sunnah dan Ilmu Pengetahuan”.
Penuntun:
Penuntun:
5.
halal (diizinkan).
6.
adil (keadilan) : semua sains bisa berpijak
pada nilai ini: janganlah kebencian kamu terhadap suatu kaum membuat-mu berlaku
tidak adil. (Q.S. Al-Maidah 5 : 8). Keadilan yang menebarkan rahmatan lil
alamin, termasuk kepada hewan, misalnya: menajamkan pisau sembelihan.
7.
istishlah (kepentingan umum).
Pembatas :
8.
haram (dilarang).
9.
zhulm (melampaui batas).
10.
dziya’ (pemborosan) : “Janganlah boros,
meskipun berwudhu dengan air laut”.
Kesepuluh konsep tersebut harus kita pegang teguh dan wajib kita yakini, agar umat Islam mempunyai karakteristik IPTEKnya sendiri, dan tidak hanya mengikuti apa yang sudah ada, namun juga harus disertai pedoman- pedoman yang bersumber dari ajaran Islam, agar ilmu yang kita dapatkan dari sains modern semakin bermanfaat. Memang pada akhirnya tidak harus setiap ilmu pengetahuan bersumber dari Aqidah Islam. Karena memang tidak semua ilmu pengetahuan berpangkal dari aqidah Islam. Tapi, setiap ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan keimanan dan hukum (tsaqafah) haruslah bersumber dari aqidah Islam. Selain itu, meletakkan aqidah Islam sebagai dasar dari ilmu pengetahuan juga dimaksudkan agar aqidah Islam dijadikan sebagai standar penilaian strategis. Artinya, gagasan apapun yang bertentangan dengan aqidah Islam tidak boleh diambil apalagi diyakini.
[4] http://www.gainpeace.com/index.php?option=com_content&view=article&id=108:what-is-islams-view-about-education-science-and-technology&catid=54catid=54&Itemid=108
Tidak ada komentar:
Posting Komentar