A.
Pengertian
Asbabun Nuzul
Tidak sedikit ayat‐ayat Alquran yang turun untuk menjawab atau
menjelaskan sesuatu hal yang jadi pertanyaan para sahabat. atau mengkomentari
maupun merespon suatu peristiwa yang khusus. Pertanyaan ataupun peristiwa
khusus inilah yang dinamakan Asbabun Nuzul, yaitu sebab dari turunnya suatu
ayat.
Menurut az-Zarkani, asbab an-nuzul adalah “ kejadian yang
menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat, atau peristiwa yang dapat
dijadikan sebagai petunjuk hukum berkenaan dengan turunnya sebuah ayat “37.
Pendapat yang hampir sama di kemukakan oleh Dr.Shubhi ash-Shalih: “sesuatu yang
menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat yang memberi jawaba terhadap sebab
itu atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab itu”.
Sebenarnya, jiak yang dimaksud asbab an-nuzul adalah
hal-hal yang menyebabkan turunnya ayat-ayat Alquran, semua ayat alquran
memiliki asbab an-nuzul. Tujuan utama alquran melalui kehadiran asbab an-nuzul
ini ialah terjadi proses transformasi nilai-nilai bagi umat Nabi Muhammad SAW.
Dari situasi yang lebih buruk kepada situasi ynag lebih bai menurut ukuran
tuhan. Kondisi objektif yang lebih buruk itulah yang menjadi sebab ayat-ayat
alquran diturunkan. Selama kurang lebih 23 tahun, ayat-ayat alquran di turunkan
bagaikan sebuah paket yang tidak dapat dipisahkan antara satu ayat dan ayat
lainnya.
B.
Proses
Turunnya Al-Quran
Turunnya Qur'an merupakan peristiwa terbesar dalam sejarah
manusia. Quran diturunkan pertama kali pada malam lailatul qadar. Bagaimanakah
proses turunnya Alquran secaran detail ? Turunnya Alquran dibagi dalam dua
tahap, yaitu turunnya secara sekaligus dan turunnya secara berangsurangsur.
Turunnya Alquran secara sekaligus.
Alquran diturunkan pertama kali ke Baitul Izzah ‘secara
sekaligus agar para malaikat menghormati kebesarannya. Inilah maksud 3 Firman
Allah berikut :
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan‐penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil.”(QS Al‐ Baqarah;185)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran)
pada malam kemuliaan.”(QS AL‐Qadr;1)
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam
yang diberkahi.”(QS Ad‐Dukhan;3)
Ketiga ayat di atas itu tidak bertentangan, karena malam
yang diberkahi adalah malam lailatul qadar dalam bulan Ramadan. Tetapi lahir
(zahir) ayat‐ayat itu bertentangan dengan kejadian nyata dalam kehidupan
Rasulullah, di mana Qur'an turun kepadanya selama dua puluh tiga tahun. Karena
itulah para Ulama berpendapat bahwa Alquran turun dalam dua tahap, pertama;
secara sekaligus kedua ; secara berangsur‐angsur selama 23 tahun. Seperti kata Ibnu Abbas
berikut, tentang ini beliau mengucapkan perkataan serupa dalam tiga kesempatan
berbeda, katanya : “Qur'an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam
lailatul qadar. Kemudian setelah itu, ia diturunkan selama dua puluh
tahun." Pada kesempatan lain beliau juga berkata ; "Qur'an itu
dipisahkan dari az‐Zikr, lalu diletakkan di Baitul 'Izza di langit dunia. Maka
Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi s.a.w. "Allah menurunkan Qur'an
sekaligus ke langit dunia, tempat turunnya secara berangsur‐angsur. Lalu Dia
menurunkannya kepada Rasul‐Nya s.a.w. bagian demi bagian."
Turunnya Alquran secara berangsur‐angsur.
“Dan Sesungguhnya Al Quran ini benar‐benar diturunkan oleh
Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun oleh Ar‐Ruh Al‐Amin (Jibril), ke dalam
hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang‐orang yang memberi
peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.”
QS Asy‐ Syu’ara’;192‐195)
“Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran
itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang‐orang yang telah
beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang‐orang yang berserah diri
(kepada Allah)." ” (QS An‐Nahl;102)
“kitab (ini) diturunkan dari Allah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (QS Al‐Jasiyah)
“dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang
Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang
semisal Al Quran itu dan ajaklah penolongpenolongmu selain Allah, jika kamu
orang‐orang
yang benar.”(QS Al‐Baqarah;23)
“Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril,
Maka Jibril itu telahmenurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin
Allah; membenarkan apa (kitab‐kitab) yang sebelumnya dan
menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang‐orang yang beriman.”(QS
Al‐Baqarah;97)
Ayat‐ayat di atas menyatakan bahwa al‐Qur'anul Karim adalah
kalam Allah dengan lafalnya yang berbahasa Arab; dan bahwa Jibril telah
menurunkannya ke dalam hati Rasulullah s.a.w.; dan bahwa yang dimaksudkan
adalah turunnya Qur'an secara bertahap. Ungkapan (untuk arti menurunkan) dalam
ayat‐ayat
di atas menggunakan kata tanzil bukannya inzal. Ini menunjukkan bahwa turunnya
itu secara bertahap dan berangsur‐angsur.
Ulama bahasa membedakan antara inzal dengan tanzil. Tanzil
berarti turun secara berangsur‐angsur sedang inzal hanya menunjukkan turun atau menurunkan
dalam arti umum. Qur'an turun secara berangsur‐angsur selama dua puluh
tiga tahun: tiga belas tahun di Mekah menurut pendapat yang kuat, dan sepuluh
tahun di Medinah. Penjelasan tentang turunnya secara berangsur itu terdapat
dalam firman Allah: “dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur‐angsur agar kamu
membacakannya perlahan‐lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi
bagian.” (QS Al‐Isra;10
C. Hikmah Turunnya Quran secara bertahap.
Banyak sekali hikmah dari turunnya Alquran secara bertahap,
disini akan disampaikan yang terpenting saja :
Menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW mendapatkan tantangan dan perlawanan yang
luar biasa dari manusia‐manusia yang jahil dan pembangkang, tak jarang Rasul SAW
mendapat perlakuan yang sangat kasar, melukai hati dan bahkan fisik. Padahal
Rasulullah SAW berhati tulus menghendaki kebaikan atas diri mereka. Pada titik
tertentu Rasulullah SAW membutuhkan hiburan, kekuatan dan semangat untuk tetap dijalan
dakwah walaupun betapa sulitnya keadaan yang beliau hadapi. Pada moment‐moment ini Quran turun
dengan ayat‐ayat yang menyejukkan hati Rasul SAW, menenangkan, memompa semangat.
Dapat disimak contoh ayat yang dimaksud ; “Sesungguhnya
Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu,
(janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan
kamu, akan tetapi orang‐orang yang zalim itu mengingkari ayatayat Allah. dan
Sesungguhnya telah didustakan (pula) Rasul‐rasul sebelum kamu, akan
tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan)
terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. tak ada
seorangpun yang dapat merobah kalimat‐kalimat (janjijanji) Allah. dan Sesungguhnya telah
datang kepadamu sebahagian dari berita Rasul‐rasul itu.” (QS Al‐Anám;33‐34)
Masih banyak ayat‐ayat yang berfungsi untuk menghibur, menguatkan dan
meneguhkan hati Rasul SAW dengan mengancam mereka yang membangkang atau
menjanjikan kemenangan dan memberitahu bahwa kemenangan itu sudah dekat dsb.
Sebagai Tantangan dan Mukzizat.
Orang‐orang musyrik senantiasa berkubang dalam kesesatan dan
kesombongan hingga melampaui batas. Mereka sering mengajukan pertanyaan‐pertanyaan dengan maksud
melemahkan dan menantang, untuk menguji kenabian Rasulullah. Mereka juga sering
menyampaikan kepadanya halhal batil yang tak masuk akal, seperti menanyakan
tentang hari kiamat: Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat. (al‐A'raf [7]:187), dan
minta disegerakannya azab: Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu
disegerakan. (al‐Hajj [22]:47).
Maka turunlah Qur'an dengan ayat yang menjelaskan kepada
mereka segi kebenaran dan memberikan jawaban yang amat jelas atas pertanyaan
mereka, misalnya firman Allah: "Dan tidaklah orang‐orang kafir itu datang
kepadamu dengan membawa sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu
sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. " (QS Al‐Furqan :33).
Maksud ayat tersebut ialah "Setiap mereka datang
kepadamu dengan pertanyaan yang aneh‐aneh dari sekian pertanyaan yang sia‐sia, Kami datangkan
kepadamu jawaban yang benar dan sesuatu yang lebih baik maknanya daripada
pertanyaan‐pertanyaan yang hanya merupakan contoh kesiasiaan saja."
Di saat mereka keheranan terhadap turunnya Qur'an secara ber‐angsur‐angsur, maka Allah
menjelaskan kepada mereka kebenaran hal itu; sebab tantangan kepada mereka
dengan Qur'an yang diturunkan secara berangsur sedang mereka tidak sanggup
untuk membuat yang serupa dengannya, akan lebih memperlihatkan kemukjizatannya
dan lebih efektif pembuktiannya daripada kalau Qur'an diturunkan sekaligus lalu
mereka diminta membuat yang serupa dengannya itu. Oleh sebab itu, ayat di atas
datang sesudah pertanyaan mereka, Mengapa Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya
sekali turun saja? Maksudnya ialah: Setiap mereka datang kepadamu dengan
membawa sesuatu yang ganjil yang mereka minta seperti turunnya Qur'an
sekaligus, Kami berikan kepadamu apa yang menurut kebijaksanaan Kami
membenarkanmu dan apa yang lebih jelas maknanya dalam melemahkan mereka, yaitu
dengan turunnya Qur'an secara berangsur‐angsur.
Mempermudah Hafalan dan pemahamannya.
Alquran turun dimasyarakat yang kebanyakan buta huruf,
dengan turunnya secara bertahap ini memudahkan mereka untuk menghapal. Dan
sesuatu pelajaran jelas akan lebih mudah dipahami secara menyeluruh apabila
diberikan sedikit demi sedikit. Maka turunnya Quran secara bertahap dan
berangsur‐angsur ini sangat membantu Nabi dan para sahabat dalam
proses penghapalan dan pemahamannya.
Kesesuaian dengan peristiwa dan pentahapan dalam
penetapan hukum.
Manusia tidak akan mudah mengikuti dan tunduk kepada agama
yang baru ini seandainya Qur'an tidak menghadapi mereka dengan cara yang
bijaksana dan memberikan kepada mereka beberapa obat penawar yang ampuh yang
dapat menyembuhkan mereka dari kerusakan dan kerendahan martabat. Setiap kali
terjadi suatu peristiwa di antara mereka, maka turunlah hukum mengenai peristiwa
itu yang memberikan kejelasan statusnya dan petunjuk serta meletakkan dasar‐dasar perundang‐undangan bagi mereka,
sesuai dengan situasi dan kondisi, satu demi satu. Dan cara demikian ini
menjadi obat bagi hati mereka. Pada mulanya, Qur'an meletakkan dasar‐dasar keimanan kepada
Allah, malaikat‐malaikat‐Nya, kitab‐kitab‐Nya, rasul‐rasul‐Nya dan hari kiamat serta apa yang ada pada hari kiamat itu
seperti kebangkitan, hisab, balasan, surga dan neraka. Untuk itu, Qur'an
menegakkan bukti‐bukti dan alasan sehingga kepercayaan kepada berhala
tercabut dari jiwa orang‐orang musyrik dan tumbuh sebagai gantinya akidah Islam.
Setelah itu Qur'an mengajarkan akhlak mulia yang dapat
membersihkan jiwa dan meluruskan kebengkokannya dan mencegah perbuatan yang keji
dan mungkar, sehingga dapat terkikir habis akar kejahatan dan keburukan. la
menjelaskan kaidah‐kaidah halal dan haram yang menjadi dasar agama dan
menancapkan tiang‐tiangnya dalam hal makanan, minuman, harta benda,
kehormatan dan nyawa. Kemudian penetapan hukum bagi umat ini meningkat kepada
penanganan penyakit‐penyakit sosial yang sudah mendarah daging dalam jiwa
mereka sesudah digariskan kepada mereka kewajibankewajiban agama dan rukun‐rukun Islam yang
menjadikan hati mereka penuh dengan iman, ikhlas kepada Allah dan hanya
menyembah kepada‐Nya serta tidak mempersekutukan‐Nya. Dengan turun secara
bertahap dan berangsur‐angsur seperti ini proses pembentukan masyarakat muslim
dapat lebih mudah terealisir.
Sebagai bukti yang kuat bahwa Alquran diturunkan
dari sisi yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji.
Qur'an yang turun secara berangsur‐angsur kepada Rasulullah
s.a.w. dalam waktu lebih dari dua puluh tahun ini ayatnya atau ayat‐ayatnya turun dalam
selang waktu tertentu, dan selama itu orang membacanya dan mengkajinya surah
demi surah. Ketika itu ia melihat rangkaiannya begitu padat, tersusun cermat
sekali dengan makna yang saling bertaut, dengan gaya yang begitu kuat, serta
ayat demi ayat dan surah demi surah saling terjalin bagaikan untaian mutiara
yang indah yang belum pernah ada bandingannya dalam perkataan manusia:
"Inilah suatu kitab yang ayat‐ayatnya disusun dengan
rapi serta dijetaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi Allah Yang
Mahabijaksana dan Mahatahu." (QS Hud : 1).
Seandainya Qur'an ini perkataan manusia yang disampaikan
dalam berbagai situasi, peristiwa dan kejadian, tentulah di dalamnya terjadi
ketidakserasian dan saling bertentangan satu dengan yang lain, serta sulit
terjadi keseimbangan. Ini adalah bukti terkuat bahwa Alquran adalah Kalam
Allah.
Turunnya Al-quran secara berangsur-angsur
memuat beberapa hikmah yaitu sebagai berikut[1]
:
1.
Untuk meneguhkan hati Nbi Muhammad
SAW dalam menghadapi watak keras masyarakat Quraisy. Jadi penurunan Al-quran
secara beransur-ansur akan memperkuat hati Nabi dalam berjuang menyebarkan
Islam. Didalam Al-quran , tidak sedikit ayat yang secara langsung meminta Nabi
Muhammad SAW untuk bersabar mengembangkan misinya (Lihat QS. Al-an’am, 6: 33-34
dan al-Ahqaf, 46: 35).
2.
Sebagai mukjizat sebagai pendukung
misi kenabian mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi Nabi Muhammad SAW
ketika menghadapi kaum kafir, termasuk pertanyaan-pertanyaan yang bernada
memojokkan seperti tentang hal-hal ghaib. Penurunan Al-quran secara
beransur-ansur membantu Nabi SAW dalam menjawab dan menjelaskan pertanyaan
mereka (Lihat QS. Al-furqan, 25: 33)
3.
Untuk memudahkan hapalan dan
pemahaman Al-quran karena penurunan Al-quran secara sekaligus akan mempersulit
penghapalan dan pemahaman isinya.
Untuk menerapkan hukum secara bertahap karena
penghapusan beberapa tradisi jalillah masyarakat Arab secara serentak teramat
sulit dilakukan. Jadi, dengan proses dan penahapan, lambat laun masyarakat
tersebut lebih bisa menerima hukum-hukum baru dari Al-quran.
[1] Menurut Manna al-Qattan, Drs. Ahmad
Izzan, M.Ag. (2009), Ulumul Quran, tafakur: Bandung, halaman 65
Tidak ada komentar:
Posting Komentar