A.
Pengertian pahala dan dosa
Di dalam hidup
ini ada dua ganjaran yang kita pahami
yaitu berupa ganjaran atas perbuatan yang sesuai dengan syariat ataupun
sebaliknya. Di sini akan dipaparkan pengertian dari pahala dan dosa.
Konsep pahala dan dosa:
Ø Setiap perbuatan manusia yang berbuat kebaikan akan
mendapat ganjaran baik di dunia seperti penghargaan atau hadiah dan di beri
ganjaran ( pahala)
Ø Setiap orang yang melakukan perbuatan buruk
diberi balasan buruk seperti cemohan atau hukuman dan diberi(dosa) oleh Allah.
Ø Pahala diberi atas setiap kebaikan yg kita
lakukan contoh: satu kebaikan diganjari 10 – 700 pahala malah mungkin lebih
dari itu.
Ø Pahala & dosa inilah yang akan
menentukan keadaan, kedudukan & tempat
manusia di akhirat.
DALIL : Firman Allah Swt SURAH Al-Zalzalah
ayat 7
Maksudnya:
Maka sesiapa berbuat kebajikan seberat zarah, niscaya
akan dilihatnya amalnya.
1.
Pengertian pahala
Pahala
merupakan ganjaran atau balasan untuk perbuatan yang baik. Hadist Nabi Saw
menjelaskan dari Ibnu Abbas yang artinya :” Allah mencatat kebaikan dan
keburukan, kemudian menjelaskannya. Barangsiapa ber-himah (niat) kebaiakan kemudian tidak mengerjakannya, maka
Allah mencatat baginya kebaikan yang sempurna. Apabila ia berniat kebaikan dan
mengerjakannya, Allah membalas 10 kebaikan sampai 700 kali lipat lebih banyak.
Dan apabila berniat keburukan, dan tidak mengerjakannya, Allah mencatatnya
kebaikan yang sempurna, dan apabila berniat buruk dan mengerjakannya Allah
mencatat dengan sutu keburukan. Dan tidak akan rusak di sisi Allah kecuali
orang merusak.”
Di kalangan
fukaha(ahli hukum islam), pahala erat kaitannya dengan perbuatan yang wajiib
dan sunnah serta perbuatan yang makruh dan haram. Pahala diberikan kepada
seseorang yang mengerjakan perbuatan yang wajib
dan sunah atau yang meninggalkan yang haram dann makruh itu karena
tunduk dan patuh kepada Allah SWT.
Dikalangan
ulama usul fiqih, pahala berhubungan
erat dengan perintah(al-amr) dan
larangan (annahy)syari’(Pencipta
hukum, allah Swt). Perintah meliputi perbuatan yang wajib serta sunah dan larangan meliputi
perbuatan yang haram serta makruh. Jadi apabila terdapat perintah didalam
Al-Quran atau sunah (hadis) uuntuk mengerjakan sesuatu, maka yang mengerjakan
akan mendapat pahala. Begitu pula apabila meninggalkan sesuatu yang dilarang
oleh Allah Swt dan karyena Allah swt.
Dari segi
ilmu kalam (teologi), pahala berkaitan erat dengan masalah baik dan buruk. Pada
dasarnya perbuatan yang baik yang jika
dikerjakan maka akan mendapatkan pahala dan perbuatan yang buruk apabila
dikerjakan akan mendapat siksa.
Golongan
muktazilah mengatakan,” akal mampu mengetahui kebaikan dan keburukan.“ Karena
itu, seandainya tidak turun wahyu, maka orang yang berbuat baik akan memdapat
pahala, meskipun tidak diketahui gambaran pahala yang akan diperoleh. Namun
golongan muktazilah memandang perlu turunnya wahyu, selain penegasan terhadap
kemampuan akal manusia, wahyu digunakan untuk mengetahui rincian kebaikan dan
pahala tersebut diatas. Golongan ini beranggapan bahwa akal mampu mengetahui
baik dan buruuk akan tetapi untuk menentukan ketentuan hukum mutlak diperlukan
wahyu.
Adapun
golongan Asy’ariyah, yang menganggap akal tidak dapat mengetahui baik dan buruk, mereka berendapat
bahwa ukuran baik dan buruk bagi suatu perbuatan adalah wahyu. Karena itu pahala akan diberikan oleh Allah SWT
menurut ketentuan dalam wahyu tersebut.
Para filsuf
memahami pahala sebagai “ kesenangan yang bersifat rohani”. Mereka berpendapat
bahwa roh manusia bersifat kekal dan tidak hancur karena substansinya bersal dari substansi
tuhan. Roh adalah cahaya yang dipancarkan tuhan. Selama dalam badan roh, roh
tidak memperoleh “ kesenangan” sebenarnya dalam bentuk pengetahuan yang
sempurna. Hanya apabila roh tekah terpkisah dari badan, maka roh baru bisa memperoleh
kesenangan itu.
2.
Pengertian Dosa
Dosa
merupakan perbuatan yang melanggar hukum, baik hukum agama, hukum adat atau
hukum negara. Secara istilah agama dapat di artikan sebagai pelanggaran
terhadapa hukum agama. Dalam fiiqih dosa
sangat erar kaitannya dengan siksa(pennderitaan sebagai hukuman). Perkataan
dosa berasal dari bahasa sangsekerta, dalam bahasa arab disebut juga az-zanbu, al-ismu atau aljurmu. Menurut istilah ulama fukaha dosa adalah akibat tidak
melaksanakannya perintah Allah Swt yang hukumnya wajib dan mengerjakan
larangannya yang hukumannya haram. Jadi
secara umum dosa dapat diartikan sebagai perbuatan yang mengacu kepada
perbuatan yang jahat atau buruk yang
dilakukan dengan sadar dan tanpa paksaan, juga mengacu kepada akibat jahat atau buruk yang dihasilkan oleh
perbuatan tersebut.
Menurur para
fukaha tidak mengerjakan perbuatan yang wajib atau mengerjakan perbuatan yang
haram, berarti melakukan perbuatan dosa atau melakukan perbuatan yang
menghsilkan dosa. Dosa sebagai akibat buruk atau jahat, menurut ajaran islam
pasti dirasakan oleh pelakunya,bila didunia ini pelakunya belum mendapatkan
balasannya, niscaya kelak diakhirat pastia ia akan merasakan sesuatu yang
membuatnya menderita atau merasa pahit dan tidak bahagia. Berdasarkan
keterangan dalam Al-Quaran , siapa yang dosanya lebih berat dari pahala
perbuatan baiknya maka niscaya akan menderita didalam neraka, sedang bila
pahala yang lebih berat dari dosa yang
ia lakukan maka ganjarannya adalah surga.
B.
Contoh Pahala dan Dosa
Sering
kali kita melakukan tindakan-tindakan
yang terkadang bisa menghasilkan suatu kebaikan bagi diri sendiri juga orang
lain, dan tidak terlepas kemungkinan kita juga melakukan perbuatan yang
merugikan. Di dalam makalah ini akan menjelaskan perbuatan seperti apa yang
mampu menghasilkan ganjaran yang baik juga perbuatan apa saja bisa
menjerumuskan kita kedalam lembah azab yang menyakitkan. Perbuatan ini akan
tertuang dari contoh perbuatan pahala dan dosa.
a.
Contoh- contoh perbuatan Pahala
Dari Abu Hurairah r.a.,
Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa menyeru kepada petunjuk (kebenaran
dan kebaikan), maka baginya pahala seperti pahala yang di dapat oleh orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan, barang siapa yang
menyeru kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dosa mereka." (HR Muslim)
Jadi, dari hadis di atas
terkandung pengertian sebagai berikut.
1. Orang yang menjadi penyebab dilakukannya suatu perbuatan, dan orang yang
melakukan perbuatan tsb mempunyai nilai yang sama, baik dalam pahala maupun
dosa.
2. Seorang muslim harus memperhatikan akhir dari segala sesuatu dan
nilai-nilai amalnya. Sehingga, dia akan berusaha berbuat baik agar menjadi suri
teladan yang baik.
3. Orang muslim hendaklah menghindari seruan-seruan yang tidak baik dan
menjauhi bergaul dengan orang (lingkungan) yang tidak baik, sebab ia ikut
bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan.
4. Orang yang menjadi penyebab dikerjakannya
suatu perbuatan baik akan memperoleh pahala yang berlipat ganda, sebagaimana
penyebab dikerjakannya perbuatan jahat juga akan mendapat siksaan yang berlipat
ganda.
Dari Anas r.a. berkata bahawa ada tujuh macam
pahala yang dapat diterima seseorang itu selepas matinya.
1) Sesiapa yang mendirikan masjid maka ia
tetap mendapat pahalanya selagi masjid itu digunakan oleh orang untuk beramal
ibadat di dalamnya.
2) Sesiapa yang mengalirkan air sungai selagi
ada orang yang minum daripadanya.
3) Sesiapa yang menulis mushaf dan ia akan
mendapat pahala selagi ada orang yang membacanya.
4) Orang yang menggali perigi selagi ada
orang yang menggunakannya. Sesiapa yang menanam tanam-tanaman selagi ada yang
memakannya baik dari manusia atau burung.
5) Mereka yang mengajarkan ilmu yang berguna
selama ia diamalkan oleh orang yang mempelajarinya.
6) Orang yang meninggalkan anak yang soleh
yang mana ianya selalu mendoakan kedua orang tuanya dan beristighfar baginya.
7) anak yang selalu diajari ilmu Al-Qur'an
maka orang yang mengajarnya akan mendapat pahala selagi anak itu mengamalkan 89
ajaran-ajarannya tanpa mengurangi pahala anak itu sendiri.
Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah S.A.W.
telah bersabda : "Apabila telah mati anak Adam itu, maka terhentilah
amalnya melainkan tiga macam : Sedekah yang berjalan terus (Sedekah Amal
Jariah) Ilmu yang berguna dan diamalkan. Anak yang soleh yang mendoakan baik
baginya.
Amal perbuatan yg bisa
menebus dosa-dosa dan menambah pahala yg bersumber dari hadits-hadits Rasul
yaitu:
a)
Taubat
“Barangsiapa bertaubat sebelum
terbitnya matahari dari arah barat niscaya Allah akan menerima taubatnya.”
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
menerima taubat seorang hamba selama belum meregang ajalnya.”
b)
Dzikir
kepada Allah “Maukah kalian aku
beritahu tentang suatu perbuatan yg terbaik bagimu tersuci bagi Tuhanmu
tertinggi dalam derajatmu lbh baik daripada menafkahkan emas dan perak serta
lbh mulia daripada peperangan dgn musuhmu?” Mereka menjawab “Tentu kami mau.”
Beliau meneruskan “Yaitu dzikrullah.”
c)
Berbuat
kebajikan dan menunjukkan pada perbuatan baik “Setiap kebajikan merupakan sedekah dan orang yg menunjukkan kepada
kebajikan mendapat pahala seperti orang yg melaksanakan kebaikan tersebut.”
d)
Dakwah
kepada jalan Allah “Barangsiapa
mengajak kepada hidayah maka baginya seperti pahala orang yg mengikuti ajakannya
tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.”
e)
Amar
ma’ruf nahi mungkar “Barangsiapa
melihat kemungkaran hendaknya dia mengubah-nya dgn tangannya jika tidak mampu
maka dgn lisannya dan apabila tidak mampu juga maka dgn hatinya yg demikian itu
adl selemah-lemahnya iman.” suatu
perbuatan yg jika kalian lakukan niscaya kalian saling menyayangi? Sebarkan
salam di antara kalian.”
f)
Cinta
krn Allah “Sesungguhnya Allah
berfirman pada hari Kiamat Manakah hambaKu yg saling mencintai krn keagunganKu
hari ini Aku menaunginya dalam naunganKu pada hari yg tiada naungan kecuali
naunganKu.” Mengunjungi orang sakit “Setiap muslim yg mengunjungi sesama muslim lain yg sakit pada pagi hari
niscaya ada tujuh puluh ribu malaikat mendoakannya hingga sore hari jika ia
mengun-junginya pada saat petang niscaya ada tujuh puluh ribu malaikat
mendoakannya hingga pagi hari dan baginya buah-buahan di Sur
a.
Contoh Dosa
Dosa ada dua
macam, yaitu dosa kecil dan dosa besar. Dosa kecil adalah pelanggaran hukum
atas perbuatan yang tidak dirinci bahwa pelanggarannya adalah dosa besar,
seperti berbohong dan melihat sesuatu yang dilarang. Sedangkan dosa besar
adalah Perbuatan maksiat yang ditentukan hukuman di dunia oleh al-Quran atau
hadis, dan diberi ancaman azab di akhirat.contohnya berzina, menyekutukan
Allah, menyakiti orang tua, bersaksi palsu dan sebagainya.
DOSA
KECIL MENJADI DOSA BESAR
Kita tidak boleh memandang endah tak endah
terhadap dosa-dosa kecil yang kita lakukan kerana ia dapat juga berkembang dan berubah
menjadi dosa besar dengan adanya berbagai sebab iaitu:
1) Kerana dosa kecil itu dikerjakan terus-menerus
atau dikekalkan sahaja mengerjakannya tanpa ada hentinya.Seperti halnya titisan
air yang berulang kali jatuh di atas batu, lama kelamaan tentulah berbekas
pula.Tetapi tidak akan berbekas jika batu itu dituangi air berapa pun banyaknya
dengan sekali tuang! Dalam soal amal baik, Rasulullah S.A.W pernah bersabda
yang bermaksud: "Sebaik-baik amal itu ialah yang terkenal atau yang paling
rutin mengerjakannya, sekalipun hanya sedikit. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
2) Kerana adanya anggapan kecil pada dosa
yang dilakukannya. Jika seseorang menganggap dosa yang dilakukannya besar, maka
disisi Allah dianggap kecil, dan jika seseorang itu menganggap dosa yang
dilakukannya kecil, maka disisi Allah dipandang besar. Sebabnya ialah kerana
anggapan besar itu timbul dari hati yang 94 sebenarnya tidak suka melakukannya
atau ingin menjauhinya. Kalau akhirnya dosa itu dikerjakan juga, hal ini
berlaku sebab hebatnya godaan dan lain sebagainya. Ketidaksukaan melakukan
inilah yang menyebabkan dosa yang dikerjakan sangat sedikit meninggalkan bekas
dalam hatinya. Sebaliknya jika dosa itu dianggap kecil oleh yang melakukannya,
tidak lain sebabnya ialah kerana hatinya amat condong melakukannya. Kecondongan
inilah yang menyebabkan dosa yang dikerjakanya sangat berbekas dalam hatinya.
Selain itu, sikap memandang kecil akan dosa mempunyai kesan negatif. Orang
menjadi tidak takut lagi untuk berbuat dosa dan kurang peduli terhadap dosa.
3) Kerana dosa kecil itu dilakukan dengan senang
hati dan merasa nikmat. Sebabnya ialah kerana dosa yang dikerjakan dengan
gembira dan nikmat, ia akan terbuku di dalam batin, bahkan juga akan menimbulkan
kehitaman yang amat sangat dalam kalbu. Tidak ada rasa penyesalan dan selalu
ingin mengulanginya kembali. Perasaan berbahgia di dalam dosa satu hal yang
sangat buruk.
4) Kerana dosa kecil itu dilakukan dengan
perasaan aman/bebas dari balasan Allah. Sebetulnya perbuatan apa pun samada
besar atau kecil tidak mungkin terlepas dari pengawasan Allah. Allah teramat
teliti mengawasi segala sesuatu. Hanya orang yang bodoh/sesat sahaja yang
merasa dirinya aman/bebas dari pengawasan Allah.Walaupun(nampaknya) aman dari
balasan Allah, barangkali kerana Allah memang menangguhkan balasan itu sebagai
kemurkaanNya, agar dengan demikian makin banyak lagi dosa yang dikerjakannya
dan akan dibalas di akhirat kelak. Perasaan aman dari pengawasan/balasan Allah,
meyebabkan seseorang itu berterusan berkecimpung dalam dosa dan noda dan
semakin berani melakukanya.
5) Kerana dosa kecil itu diberitahukan atau
diperlihatkan kepada orang lain. Adakalanya dosa itu dilakukan dengan tidak
diketahui orang lain, tetapi kemudian diberitahukan kepada orang lain. Dan ada kalanya
pula waktu melakukannya memang di hadapan orang lain. Orang yang demikian telah
melakukan dua macam pelanggaran. Dosanya kerana melakukan kesalahan dan dosa
memperlihatkan kesalahan kepada orang. Sebenarnya dosa yang dikerjakan menjadi
rahsia dirinya sendiri sebab hanya dia sendiri dan Allah yang mengetahui.
Begitu juga dosa yang sebenarnya dapat dilakukan dengan diam-diam dengan tidak
diketahui orang lain, mengapa dilakukan di muka orang lain?Jadi pelanggaranya
yang pertama, kerana ia melakukan kemaksiatan itu dan pelanggarannya yang kedua
kerana cara ia melakukan dosanya itu dapat menggerakkan keinginan buruk orang
lain untuk menirunya. Dengan begitu, satu perbuatan kemaksiatan menyebabkan dua
bentuk dosa. Itulah sebabnya dosa kecil berkembang menjadi dosa yang besar.
6) Kerana dosa kecil itu dilakukan oleh orang alim
yang mempunyai banyak pengikut.Orang yang alim mempunyai pengaruh besar kepada
para pengikutnya.Kerana itu dosa yang
dikerjakannya kemungkinan besar akan diikuti pula oleh para pengikutnya. Inilah
yang menyebabkan dosa kecil tadi berubah menjadi dosa besar. Dalam sebuah hadis
disebutkan: "Siapa menciptakan sunnah yang buruk, dia menanggung dosa atas
perbuatannya itu dan juga dosa orang lain yang meniru melakukannya tanpa
dikurangi dosa orang lain itu sedikit pun" Tetapi sebagaimana berlipat
gandanya dosa yang dilakukan oleh orang alim itu, maka berlipat ganda pulalah
kebaikan yang dibuat olehnya,apabila banyak orang yang mengikut dan melanjutkan
amal baiknya itu.
Yang termasuk dosa besar yaitu
:
SYIRIK
Syirik atau
menyekutukan Allah adalah sesuatu yang amat diharamkan dan secara mutlak ia
merupakan dosa yang paling besar. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan
oleh Abi Bakrah bahwasanya Rasulullah Swt bersabda : “ Maukah aku kabarkan kepada kalian dosa yang
paling besar ( tiga kali ) ? mereka menjawab : ya, wahai Rasulullah ! beliau
bersabda : menyekutukan Allah “ (muttafaq ‘alaih, Al Bukhari hadits nomer :
2511)Setiap dosa kemungkinan diampuni oleh Allah , kecuali dosa syirik, ia memerlukan taubat secara khusus, Allah berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.”(Qs.An-Nisa’:48)
barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka
sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.Di antara macam syirik adalah syirik
besar. Syirik ini menjadi penyebab keluarnya seseorang dari agama Islam, dan
orang yang bersangkutan, jika meninggal dalam keadaan demikian, akan kekal di
dalam neraka. Di antara kenyataan syirik yang umum terjadi di sebagian besar
negara-negara Islam adalah:
MENYEMBAH KUBURAN
Yakni kepercayaan
bahwa para wali yang telah meninggal dunia bisa memenuhi hajat, serta bisa
membebaskan manusia dari berbagai kesulitan. Karena kepercayaan ini . mereka
lalu meminta pertolongan dan bantuan kepada para wali yang telah meninggal
dunia, padahal Allah Swt berfirman :
“ Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia ( Al Isra’ :23)
Termasuk dalam kategori menyembah kuburan adalah
memohon kepada orang-orang yang telah meninggal, baik para nabi, orang-orang shaleh, atau lainnya untuk
mendapatkan syafaat atau melepaskan diri dari berbagai kesukaran hidup. Padahal
Allah SWt berfirman :
“ Atau
siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa
kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia)
sebagai khalifah di bumi[1104]? apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)?
amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).”(Qs.An-Naml:62)
[1104] yang dimaksud dengan menjadikan manusia
sebagai khalifah ialah menjadikan manusia berkuasa di bumi.
Sebagian mereka, bahkan membiasakan dan
mentradisikan menyebut nama syaikh atau wali tertentu , baik dalam keadaan
berdiri, duduk, ketika melakukan sesuatu kesalahan, dalam setiap situasi sulit,
ketika di timpa petaka, musibah atau kesukaran hidup.
Di
antaranya ada yang menyeru : “ Wahai Muhammad.” Ada lagi yang menyebut : “
Wahai Ali”. Yang lain lagi menyebut : “ Wahai Jailani”. Kemudian ada yang
menyebut : “ Wahai Syadzali”. Dan yang lain menyebut : “ Wahai Rifai. Yang lain
lagi : “ Al Idrus sayyidah Zainab, ada pula yang menyeru : “ Ibnu ‘Ulwan dan
masih banyak lagi. Padahal Allah telah menegaskan:
“ Sesungguhnya orang-orang yang kamu
seru selain Allah itu adalah makhluk ( yang lemah ) yang serupa juga dengan
kamu” ( Al A’raaf : 194)
Sebagian penyembah kuburan ada yang
berthawaf (mengelilingi) kuburan tersebut, mencium setiap sudutnya, lalu
mengusapkannya ke bagian-bagian tubuhnya. Mereka juga menciumi pintu kuburan
tersebut dan melumuri wajahnya dengan tanah dan debu kuburan. Sebagian bahkan
ada yang sujud ketika melihatnya, berdiri di depannya dengan penuh khusyu’,
merendahkan dan menghinakan diri seraya mengajukan permintaan dan memohon hajat
mereka. Ada yang meminta sembuh dari sakit , mendapatkan
keturunan, digampangkan urusannya dan tak jarang di antara mereka yang menyeru
: Ya sayyidi aku datang kepadamu dari negeri yang jauh maka janganlah
engkau kecewakan aku. Padahal Allah SWt berfirman :
“ Dan siapakah yang lebih sesat dari
pada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tidak dapat
memperkenankan (do’anya) sampai hari kiamat dan mereka lalai dari
(memperhatikan) do’a mereka”. ( Al Ahqaaf : 5)
Nabi SAW bersabda :“Barang
siapa mati dalam keadaan menyembah sesembahan selain Allah niscaya akan masuk neraka( HR Bukhari ,
fathul bari : 8/176)
Sebagian mereka, mencukur rambutnya di
pekuburan, sebagian lagi membawa buku
yang berjudul : Manasikul hajjil masyahid ( tata cara
ibadah haji di kuburan keramat). Yang mereka maksudkan
dengan masyahid adalah kuburan kuburan para wali.
Sebagian mereka mempercayai bahwa para wali itu mempunyai kewenangan mengatur alam semesta, dan mereka bisa
memberi madharat dan manfaat. Padahal Allah berfirman :
“ Jika Allah menimpakan sesuatu
kemadharatan kepadamu , maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia.
Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu maka tidak ada yang dapat menolak
karuniaNya” ( Yunus : 107)
Termasuk syirik adalah bernadzar
untuk selain Allah seperti yang dilakukan oleh sebagian orang yang
bernadzar memberi lilin dan lampu untuk para ahli kubur. Termasuk syirik besar
adalah menyembelih binatang untuk selain Allah.padahal Allah berfirman :
“ Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu
dan berkurbanlah” ( Al Kutsar : 2)
Maksudnya berkurbanlah hanya untuk
Allah dan atas namaNya. Rasulullah Saw bersabda : “ Allah
melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah”( HR Muslim, shahih Muslim
No : 1978)
Pada
binatang sembelihan itu terdapat dua hal yang diharamkan. Pertama :
penyembelihannya untuk selain Allah, dan kedua : penyembelihannya dengan atas
nama selain Allah. Keduanya menjadikan daging binatang sembelihan itu tidak
boleh dimakan. Dan termasuk penyembelihan jahiliyah- yang terkenal di zaman
kita saat ini- adalah menyembelih untuk jin. Yaitu manakala mereka membeli
rumah atau membangunnya, atau ketika menggali sumur mereka menyembelih di
tempat tersebut atau di depan pintu gerbangnya sebagai sembelihan (sesajen)
karena takut dari gangguan jin ([1]).
Di
antara contoh syirik besar- dan hal ini umum dilakukan – adalah menghalalkan
apa yang diharamkan oleh Allah atau sebaliknya. Atau kepercayaan bahwa
seseorang memiliki hak dalam masalah tersebut selain Allah Y. Atau berhukum kepada
perundang-undangan jahiliyah secara sukarela dan atas kemauannya. Seraya
menghalalkannya dan kepercayaan bahwa hal itu dibolehkan . Allah menyebutkan kufur besar ini dalam firmanNya :
“ Mereka menjadikan
orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah”. ( At
Taubah : 31)
Ketika Adi bin hatim
mendengar ayat tersebut yang sedang dibaca oleh Rasulullah Saw ia berkata : “ orang-orang
itu tidak menyembah mereka. Rasulullah saw dengan
tegas bersabda :
“ Benar, tetapi meraka ( orang-orang alim dan para rahib itu )
menghalalkan untuk mereka apa yang diharamkan oleh Allah , sehingga mereka
menganggapnya halal. Dan mengharamkan atas mereka apa yang dihalalkan oleh
Allah, sehingga mereka menganggapnya sebagai barang haram, itulah bentuk ibadah
mereka kepada orang-orang alim dan rahib([2]) .
Allah menjelaskan, di antara sifat
orang-orang musyrik adalah sebagaimana dalam firmanNya :
“ Dan meraka tidak mengharamkan apa
yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang
benar(agama Allah)”. ( At Taubah : 29).
] قُلْ أَرَأَيْتُم مَّا أَنزَلَ اللّهُ لَكُم مِّن رِّزْقٍ
فَجَعَلْتُم مِّنْهُ حَرَامًا وَحَلاَلاً قُلْ آللّهُ أَذِنَ لَكُمْ أَمْ عَلَى
اللّهِ تَفْتَرُون[َ (59) سورة يونس
“ Katakanlah : Terangkanlah kepadaku
tentang rizki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya
haram dan (sebagiannya) halal. Katakanlah : Apakah Allah telah memberikan izin
kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada- adakan kedustaan atas Allah? ( Yunus : 59).
Temasuk syirik yang banyak terjadi
adalah sihir, perdukunan dan ramalan. Adapun sihir, ia termasuk
perbuatan kufur dan di antara tujuh dosa besar yang menyebabkan kebinasaan.
Sihir hanya mendatangkan bahaya dan sama sekali tidak bermanfaat bagi manusia.
Allah berfirman :
“ Dan mereka mempelajari sesuatu
yang memberi madharat kepadanya dan tidak memberi manfaat ( Al Baqarah : 102).
“ Dan tidak akan menang tukang sihir
itu, dari mana saja ia datang” ( Thaha : 69)
Orang yang mengajarkan sihir adalah
kafir. Allah SWT berfirman :
} وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيْاطِينَ كَفَرُواْ
يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ
هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولاَ إِنَّمَا
نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ [ (102) سورة البقرة
“ Padahal Sulaiman
tidak kafir(tidak mengerjakan sihir) hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (
mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang
diturunkan kepada dua malaikat di negeri babil yaitu Harut dan Marut, sedang
keduanya tidak mengajarkan ( sesuatu kepada seseorangpun) sebelum mengatakan :
“ sesungguhnya kami hanya cobaan( bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. (
Al Baqarah : 102).
Hukuman bagi tukang
sihir adalah dibunuh, pekerjaannya haram dan jahat. Orang-orang bodoh, sesat
dan lemah iman pergi kepada para tukang sihir untuk berbuat jahat kepada orang
lain atau untuk membalas dendam kepada mereka. Di antara manusia ada yang
melakukan perbuatan haram, dengan mendatangi tukang sihir dan memohon
pertolongan padanya agar terbebas dari pengaruh sihir yang menimpanya. Padahal
seharusnya ia mengadu dan kembali kepada Allah, memohon kesembuhan dengan
KalamNya, seperti dengan Mu’awwidzat ( surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An
Naas) dan sebagainya.
Dukun dan tukang
ramal itu memanfaatkan kelengahan orang-orang awam (yang minta pertolongan
padanya) untuk mengeruk uang mereka sebanyak-banyaknya. Mereka menggunakan
banyak sarana untuk perbuatannya tersebut. Di antaranya dengan membuat garis di
pasir, memukul rumah siput, membaca (garis) telapak tangan,cangkir, bola kaca,
cermin, dsb.
Jika sekali waktu
mereka benar, maka sembilan puluh sembilan kalinya hanyalah dusta belaka.
Tetapi tetap saja orang-orang dungu tidak mengingat, kecuali waktu yang sekali
itu saja. Maka mereka pergi kepada para dukun dan tukang ramal untuk mengetahui
nasib mereka di masa depan, apakah akan bahagia, atau sengsara, baik dalam soal
pernikahan, perdagangan, mencari barang-barang yang hilang atau yang
semisalnya.
Hukum orang yang
mendatangi tukang ramal atau dukun, jika mempercayai terhadap apa yang
dikatakannya adalah kafir, keluar dari agama Islam. Rasulullah Saw bersabda :
“ Barang siapa mendatangi dukun dan
tukang ramal, lalu membenarkan apa yang dikatakannya, sungguh dia telah kufur
terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad”.( HR Ahmad: 2/ 429, dalam shahih
jami’ hadits, no : 5939)
Adapun jika orang yang datang tersebut
tidak mempercayai bahwa mereka mengetahui hal-hal ghaib, tetapi misalnya pergi
untuk sekedar ingin tahu, coba-coba atau
sejenisnya, maka ia tidak tergolong orang kafir, tetapi shalatnya tidak
diterima selama empat puluh hari. Rasulullah r bersabda :
“Barang siapa mendatangi tukang
ramal, lalu ia menanyakan padanya tentang sesuatu, maka tidak di terima
shalatnya selama empat puluh malam” (Shahih Muslim : 4 / 1751).
Ini masih pula harus dibarengi dengan
tetap mendirikan shalat (wajib) dan bertaubat atasnya.
AKIBAT DARI DOSA
1)
Masyarakat
akan berada dalam kemunduran, kesesatan, dan lemah jika sebahagian besar masyarakat terdedah
dengan dosa.
2)
Kehidupan
seseorang yang melakukan dosa
diselubungi ketakutan dan kebimbangan.
3)
Tidak akan dipandang mulia oleh masyarakat.
Sebab-sebab mendorong kearah melakukan dosa:
a)
Kejahilan
mereka tentang ajaran agama sehingga tidak dapat membezakan yang hak(benar)
dengan batil (salah).
b)
Dipengaruhi oleh nafsu.
c)
Tidak
mempercayai hari pembalasan dan hari kebangkitan semula yang akan membalas
setiap perlakuan manusia semasa di dunia
d)
Kesempitan
hidup seperti kemiskinan.
e)
Tamak
haloba terhadap harta benda dan kuasa.
Langkah- langkah
menjauhi dosa yaitu:
~
Memperbanyakkan
amalan sunat bagi mendekatkan diri kepada Allah swt
~
Meninggalkan
kejahatan dan kemungkaran serta
menunjukan sikap tidak menyukainya
~
Menginsafi
azab yang akan ditempoh oleh org yg melakukan dosa di akhirat
~
Menambah
ilmu pengetahuan agama dgn menghadiri
majlis ilmu, membaca buku atau melayari laman web yg berfaedah
~
Mengelakkan
diri daripada bergaul dgn orang yg
melakukan kejahatan
~
Menjauhi
tempat maksiat yg boleh mendorong melakukan dosa
Solusi Menghindari Dosa
a)
Anggaplah
besar dosamu. Abdullah bin Mas’ud
Ra berkata, “orang beriman melihat dosa-dosanya seolah-olah IA duduk di bawah
gunung, IA takut gunung tersebut menimpanya. Sementara orang yang fajir (suka
berbuat dosa) dosanya seperti lalat yang lewat diatas hidungnya.”
b)
Janganlah meremehkan dosa. Rasulullah SAW bersabda, “ Janganlah kamu
meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut lembah. Lalu seseorang
datang membawa ranting Dan seorang lainnya lagi datang membawa ranting sehingga
mereka dapat menanak roti mereka. Kapan saja orang yang melakukan suatu dosa
menganggap remeh suatu dosa, maka itu akan membinasakannya.” (HR Ahmad dengan
sanad yang hasan).
c)
Janganlah
muhajarah (menceritakan dosa).Rasulullah SAW bersabda: “ semua umatku dimaafkan kecuali muhajirun (orang
yang berterus terang). Termasuk muhajarah adalah seseorang yang melakukan suatu
amal (keburukan) pada malam Hari kemudian pada pagi harinya IA membeberkannya,
padahal Allah telah menutupinya, IA berkata, “wahai fulan, tadi malam aku telah
melakukan demikian Dan demikian.” Pada malam harinya Tuhannya telah menutupi
kesalahannya tetapi pada pagi harinya IA membuka tabir Allah yang menutupinya.”
(HR Bukhari Dan Muslim) .
d)
Taubat nasuha yang tulus. Rasulullah SAW bersabda, “Allah lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya
tatkala bertaubat daripada seorang diantara kamu yang berada di atas
kendarannya di padang pasir yang tandus. Kemudian kendaraan itu hilang darinya,
padahal di atas kendaraan itu terdapat makanan Dan minumannya. Ia sedih
kehilangan hal itu, lalu IA menuju pohon Dan tidur di bawah naungannya dalam
keadaan bersedih terhadap kendaraannya itu. Saat IA dalam keadaan seperti itu
tiba-tiba kendaraannya muncul di dekatnya, lalu IA mengambil tali
kendalinya.Kemudian IA berkata karena sangat bergembira, “Ya Allah Engkau
adalah hambaku Dan aku adalah Tuhanmu. Ia salah ucap karena sangat bergembira.
“
(HR Bukhari Dan Muslim).
(HR Bukhari Dan Muslim).
e)
Jika dosa berulang, maka ulangi bertaubat. Ali bin Abi Thalib Ra. Berkata, “Sebaik-baik kalian adalah setiap orang
yang diuji (dengan dosa) IA bertubat. Ditanyakan, “Jika IA mengulangi lagi?” Ia
menjawab, “Ia beristighfar kepada Allah DA bertubat.” Ditanyakan, “Jika IA
kembali berbuat dosa?”
Ia menjawab, “Ia beristighfar kepada Allah Dan bertaubat.” Ditanyakan lagi “Sampai kapan?” Dia menjawab, “ Sampai setan berputus ASA.”
Ia menjawab, “Ia beristighfar kepada Allah Dan bertaubat.” Ditanyakan lagi “Sampai kapan?” Dia menjawab, “ Sampai setan berputus ASA.”
f)
Jauhi faktor-faktor penyebab kemaksiatan. Orang yang bertubat harus menjauhi situasi Dan kondisi yang biasa IA temui
pada saat melakukan kemaksiatan serta menjauh darinya secara keseluruhan Dan
sibuk dengan selainnya. Rasululah SAW beristighfar kepada Allah dalam sehari
lebih dari 70 kali ( dalam hadits lain 100 kali).
g)
Melakukan kebajikan setelah keburukan. Rasulullah SAW bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu
berada, Dan iringilah keburukan dengan kebajikan maka kebajikan itu akan
menghapus keburukan tersebut, serta perlakukanlah manusia dengan akhlak yang
baik.” (HR Ahmad Dan Tirmidzi menilai hadits ini hasan sahih)
h)
Merealisasikan tauhid. Rasulullah SAW
bersabda, “Allah ‘azza WA jalla berfirman (dalam hadits qudsi), ‘Barangsiapa
yang emlakukan kebajikan maka IA mendapatlan pahala sepuluh kebajikan Dan Aku
tambah Dan barangsiapa yang melakukan keburukan, maka balasannya satu keburukan
yang sama, atau diampuni dosanya. Barangsiapa yang mendekat kepadaKu sejengkal,
maka Aku mendekat kepadanya sehasta Dan barangsiapa yang mendekat kepadaKu
sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa, barangsiapa yang datang kepadaKu
dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari. Barangsiapa yang
menemuiku dengan dosa sepenuh bumi tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu
apapun, maka Aku menemuinya dengan maghfirah yang sama.” (HR Muslim Dan Ahmad)
i)
Jangan berpisah dengan orang-orang yang baik
Jangan cela orang lain karena perbuatan dosanya.
Rasulullah SAW menceritakan kepada para sahabat
bahwasanya seseorang berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si
fulan.” Allah SWT berkata, “Siapakah yang bersumpah atas namaKu bahwa Aku tidak
mengampuni si Fulan? Sesungghnya Aku telah mengampuni dosanya Dan Aku telah
menghapus amalnya.” (HR Muslim)
([2]) Hadits riwayat Al Baihaqi, As sunanul Kubra : 10/ 116, Sunan At Turmudzi no : 3095, Al Albani menggolongkannya dalam hadits hasan. lihat ghayatul muram: 19.
kak. boleh tanya. apa hikmah memahami pahala dan dosa?
BalasHapusKita bisa berhati hati saat akan melakukan sesuatu
Hapus