Kamis, 20 Desember 2012

Perspektif-perspektif Penelitian Dalam Akuntansi


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Dalam bab-bab sebelumnya telah di bahas berbagai perbedaan perspektif/visi yang terdapat di dalam ilmu, penelitian, paradigma, dan pembuatan standart akuntansi. Mereka semua menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman pendekatan yang digunakan di dalam studi dan penelitian mengenai topik-topik akuntansi. Kekayaan dan keanekaragaman ini mengharuskan adanya perspektif yang berbeda di dalam metodologi yang di gunakan dan visi yang berbeda dari jenis peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian akuntansi.

B.            Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah di atas, dapat penulis rumuskan masalahnya yaitu sebagai berikut: Bagaimana perspektif-perspektif penelitian dalam akuntansi?

C.           Tujuan Penulisan
Berdasarkan dari rumusan masalah yang ada, tujuan dari penulisan ini ialah untuk mendeskripsikan perspektif-perspektif penelitian dalam akuntansi.

D.           Manfaat penulisan
1.             Manfaat penulisan bagi pembaca yaitu sebagai informasi bagi pembaca untuk dapat mengetahui informasi mengenai perspektif-perspektif penelitian dalam akuntansi.
2.             Manfaat penulisan bagi penulis yaitu untuk menambah wawasan, serta mengembangkan cakrawala penulis tentang perspektif-perspektif penelitian dalam akuntansi.

E.            Metode penulisan
Metode penulisan ini adalah berdasarkan informasi yang diperoleh dari buku reference dan mars media melalui internet serta sumber-sumber terpercaya lainnya.

F.            Sistematika Penulisan
Sistimatika penulisan ini adalah terdiri dari tiga bab. Bab pertama berisi Pendahuluan, meliputi Latar belakang masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Sedangkan Bab kedua berisi Pembahasan. Bab tiga merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran.


BAB II
PEMBAHASAN[1]

1.                  Perspektif Peneliti – Peneliti Akuntansi

A.                Perolehan Ilmu Akuntansi

Pada dasarnya kita mulai memperoleh ilmu pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman konkrit yang kita alami. Keunikan dari beberapa peristiwa, ritual atau fenomena mengarahkan kita untuk meningkatkan pengamatan dan pemikiran yang kita lakukan atas apa yang sedang terjadi. mengajarkan kita, jika kita cukup termotivasi, untuk menciptakan hipotesis dalam bentuk konsep-konsep abstrak dan generalisasi. Hal ini menggerakkan kita untuk menguji hipotesis-hipotesis tadi, untuk memahami implikasi yang dihasilkan oleh konsep tersebut pada situasi-situasi baru dan sebagai proses untuk memperhalus pengetahuan yang kita peroleh. Hal di atas sebenarnya menggambarkan proses yang menjelaskan perolehan suatu ilmu akuntansi, yang berangkat dari fakta-fakta tertentu (diamati atau ditemukan) berlanjut ke hipotesis-hipotesis tertentu (penyusunan pemikiran) lalu ke teori-teori umum (penyusunan pemikiran yang lainnya) hingga ke hukum umum yang diamati atau ditemukan.[2]
Perhatikan bahwa pengetahuan terbagi menjadi tiga jenis[3]:
1.                  Pengetahuan-bahwa (knowledge-that) atau pengetahuan faktual,
2.                  Pengetahuan-dari (knowledge-of) atau pengetahuan berdasarkan perkenalan atau pengetahuan berdasarkan pengalaman, dan
3.                  Pengetahuan-bagaimana (knowledge-how).

B.                 Klasifikasi Peneliti-Peneliti Akuntansi

Keragaman ilmu pengetahuan dan proses perolehan ilmu pengetahuan mengarah ke adanya kebutuhan untuk mengklasifikasikan ilmuan pada umumnya dan peneliti akuntansi pada khususnya. Terdapat berbagai kemungkinan kerangka kerja untuk mengklasifikasikan para peneliti secara umum, termasuk tipologis.

Tipologi yang digunakan oleh Mitroff dan Kilman[4] untuk menghasilkan klasifikasi para peneliti:
·                     Ilmuan Abstrak (Abstract Scientist-AS);
·                     Teoritikus Konseptual (Conseptual Theorist-CT);
·                     Humanis Konseptual (Conseptual Humanist-CH);
·                     Humanis Khusus (Particular Humanist-PH).

Ilmuan Abstrak, seseorang yang menggunakan indra nya dan berpikir, dimotivasi oleh penyelidikan yang menggunakan metodologi dan logika yang seksama, dengan fokus pada kepastian, keakuratan dan keandalan, serta bergantung pada sebuah paradigma konsisten yang sederhana dan terdefinisikan dengan baik.
Teoritikus Konseptual, seseorang yang berfikir dan berintuisi, mencoba untuk memberikan banyak penjelasan atau hipotesis untuk fenomena yang terjadi dengan berfous pada penemuan dan bukan pengujiannya.
Humanis Khusus, seseorang yang menggunakan indra dan perasaannya, berkepentingan dengan keunikan dari individu manusia secara khusus. Setiap orang memiliki arti yang unik dari pada suatu akhir teoretis yang Abstrak.
Humanis Konseptual, seseorang yang menggunakan intuisi dan perasaannya, berfokus pada kesejahteraan manusia yang mengarahkan penyelidikan konseptual pribadinya ke arah kebaikan dari umat manusia secara umum.

2.      Perspektif Metodologi Akuntansi : Ideografi Versus Nomotesis

Pendekatan nomotesis ... hanya mencoba untuk mencari hukum dan menerapkan prosedur-prosedur yang telah di sampai kan oleh ilmu pasti. Psikologi secara umum telah berusaha untuk menjadikan dirinya sebagai salah satu disiplin ilmu yang sepenuhnya nomotesis. Sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan ideografis ... berusaha untuk memahami beberapa peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi di alam atau di masyarakat.
Burrell dan Morgan memberikan suatu definisi yang mendalam mengenai baik nomotesis maupun ideografi. Pendekatan ideografis adalah:
Didasarkan atas pandangan bahwa seseorang hanya dapat memahami dunia sosial dengan pertama kali memperoeh pengetahuan langsung dari subyek yang sedang diselidiki. Ia kemudian memberikan tekanan yang cukup kuat untuk mendekati subjek tersebut dan menekan kan analisis dari catatan-catatan subjektif  yang di hasilkan dengan “masuk ke dalam” situasi dan melibatkan  diri dalam kegiatan sehari-hari, analisis yang rinci dari wawasan yang di ciptakan oleh interaksi sejenis dengan subjek dan wawasan yang di tunjukkan dalam catatan-catatan impresionistis yang di temukan dalam buku harian, biografi, dan catatan-catatan jurnalistis.[5]
Pada sisi yang lain, pendekatan nomotesis adalah : mendasarkan penelitian pada protokol dan teknik. Pendekatan ini dilambangkan oleh pendekatan metode-metode yang di pergunakan dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam. Ia disibukkan dengan penyusunan tes-tes ilmiah  dan penggunaan teknik-teknik kuantitatif dalam analisis data. Survei, kuesioner, tes-tes kepribadian dan semua jenis instrumen penelitian yang telah distandardisasi marupakan alat-alat penting paling utama, yang menyusun meodologi nomotesis.[6]
Arti dari semua hal diatas bagi praktik penelitian adalah pada akhirnya ia harus mengambil pilihan di antara ketiga pilihan berikut:[7]
1.                  Melakukan baik penelitian nomotesis maupun ideografis dan agregatnya
2.                  Melakukan penelitian nomotesis dan ideografis secara bergantian, menggunakan kedua metode tersebut secara bergantian untuk mengkapitalisasi kekuatan dari keduanya di beberapa kasus tertentu dan mengatasi kelemahan yang di miliki metode lainnya dibeberapa kasus lainnya.
3.                  Mengembangkan sebuah ilmu baru.

3.                  Perspektif Ilmu Akuntansi

A.                “Hipotesis dunia” (world hypotheses) Oleh Stephen Pepper
1)      Formisme
            Formisme secara filosofis terhubung dengan “kenyataan” dan “idealisme platonik” dengan eksponen-eksponen. Metafora akarnya adalah kesamaan. Hal ini mengasumsikan formisme berfokus pada fenomena-objek, peristiwa, proses – yang di ambil satu persatu dari sumber,yang mencoba untuk mengidentifikasikan kesamaan atau perbedaan hanya melalui sebuah uraian, dan menerima hasil dari penguraian tersebut. Aktifitas utama adalah pengraian dengan berdasar pada kesamaan, tampa mempertimbangkan sumber- sumber dari kesamaan itu sendiri. Uraian dalam formisme terbagi menjadi tiga katagori : (1) karakter, (2) kekhususan, dan (3) Partisipasi.
Apa yang tampak dalam formisme adalah bahwa kebenaran merupakan tingkat kesamaan suatu uraian terhadap objek yang di acunya. Formisme merupakan sebuah teori kebenaran yang didasar kan atas kesesuaian. Formisme tidak meliputi pertanyaan-pertanyaan keseragaman empiris, karena mereka hanya setengah benar dimana kebenaran penuh adalah uraian yang secara akurat sesuai dengan fakta-fakta yang telah terjadi dan dengan hukum-hukum yang perlu di tegakkan.
2)      Mekanisme
Mekanisme secara filosofis terhubung dengan naturalisme atau materialisme. Metafora akarnya adalah sebuah mesin. Seperti formisme, ia merupakan suatu teori analitis yang berfokus pada elemen-elemen yang memiliki ciri-ciri tersendiri dan bukannya sesuatu yang kompleks atau konteks. Akan tetapi, tidak seperti formisme, ia integratif dalam suatu urutan yang tertentu dan, jika cukup banyak hal yang dapat diketahui. Mereka dapat di ramalkan, atau paling sedikit di uraikan, sesuai dengan kebutuhannya.pengetahuan yang berjenis mekanisme ini memiliki enam  ciri-ciri :
a.                   Seperti sebuah mesin, objek studi terdiri atas bagian-bagian yang memiliki lokasi-lokasi tertentu.
b.                  Bagian tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, sesuai dengan sifat utama dari mesin tersebut.
c.                   Hubungan resmi antara bagian-bagian dari objek studi dapat diuraikan sebagai rumus-rumus fungsional atau korelasi-korelasi statistik, hal ini merupakan pernyataan dari antarhubungan di antara bagian-bagian mesin.
d.                  Sebagai tambahan dari sifat utama, terdapat karakteristik lain yang dapat di nyatakan secara kuantitatif, meskipun tidak relevan secara langsung dengan objek studi: Mereka adalah sifat-sifat sekunder.
e.                   Sifat-sifat sekunder tersebut juga berhubungan secar prinsip dengan objek studi karena “ jika memang terdapat suatu uraian lengakap tentang mesin, kita seharusnya ingin untuk menemukannya dan menguraikan prinsip seperti apakah yang dapat mempertahankan sifat-sifat sekunder tertentu terletak pada bagian-bagian tertentu dari mesin tersebut”.[8]
f.                   Hukum-hukum sekunder menandai hubungan yang stabil di antara sifat-sifat sekunder.
3)      Kontekstualisme 
Kontekstualisme berhubungan dengan pragmatisme. Metafora akarnya adalah peristiwa historis atau tindakan dalam konteks. Tidak seperti formisme, kontekstualisme bersifat sintetis, di mana ia berfokus pada pola, suatu keseluruhan objek studi daripada fakta-fakta yang terpisah. Seperti formisme, kontekstualisme bersifat dispersif di mana fokusnya adalah pada interpretasi dari fakta-fakta yang di ambil satu per satu dari suatu keseluruhan fakta.
4)      Organisisme
Organisisme terhubung dengan absolut atau idealisme objektif. Metafora akarnya adalah integrasi secara keseluruhan atau kesatuan yang harmonis dilihat dari segi ketepatan waktu dan struktur yang bertahan. Seperti mekanisme, organisisme terintegrasi dalam artian bahwa dunia tersusun dari fakta-fakta yang tertata rapi dan terintegrasi yang dapat diuraikan sekaligus dapat diramalkan. Seperti kontekstualisme ia bersifat sintetis, dengan berfokus pada keseluruhan objek studi  dan bukannya fakta-fakta yang berbeda.
Teori kebenaran dari organisisme adalah koherensi yang di dasar kan pada determinasi dan keabsolutan. Dengan kata lain, organisisme  mengusulkan adanya tingkat kebenaran yang tergantung pada jumlah fakta yang di ketahui,dan ketika semua fakta telah diketahui, karena memang pada prinsipnya mereka dapat diketahui, baru kebenaran absolut dapat di peroleh.[9]

B.                 Formisme dalam akuntansi
Formisme dalam akuntansi meliputi pencarian akan kesamaan dan perbedaan di antara berbagai objek studi yang berbeda-beda tanpa mempertimbangkan adanya kemungkinan hubungan di antara mereka. Dapat di kemukakan bahwa seluruh pengetahuan teknik akuntansi yang digunakan dalam pengajaran akuntansi dan termuat dalam buku-buku teks standar sampai sejauh ini adalah formistis secara mutlak. Aturan-aturan umum, model dan algoritma yang digunakan untuk menjelaskan fenomena akuntansi dan untuk membantu  pelaksanaan praktik akuntansi adalah objek studi yang memiliki ciri-ciri tersendiri, yang dapat di bandingkan  dari segi tingkat kesamaan dan perbedaan di antara mereka.

C.                 Mekanisme dalam akuntansi
Mekanisme akuntansi tidak hanya meliputi pencarian kesamaan dan perbedaan di antara objek-objek studi namun juga dan terutama adalah untuk hubungan kuantitatif yang memungkinkan untuk dilakuakan  penguraian dan peramalan. Mekanisme dalam akuntansi adalah juga pencarian keteraturan  empiris antara fenomena yang berbeda-beda melalui berbagai bentuk korelasi statistik.
Mekanisme dalam akuntansi berfokus pada pencapaian uraian yang semakin mendalam dan penyajian yang lebih sempurna agar dapat menggambarkan suatu representasi yang singkat dari logika yang menghubungkan bagian-bagian dari objek penelitian akuntansi.
Masalah lain yang dihadapi oleh mekanisme dalam akuntansi adalah adanya asumsi tidak langsung bahwa:
a.                   Ukuran tidak memiliki perbedaan (invariant), dan
b.                  Hubungan diantara ukuran tidak memiliki perbedaan (invariant).

4.                  Kontekstualisme dalam akuntaansi
Kontekstualisme dalam akuntansi berfokus pada interpretasi dari fakta-fakta independen yang di peroleh dari seperangkat fakta menurut satu konteks spesifik yang akan menciptakan suatu pola atau gestalt. Fakta-fakta yang terdapat di setiap pola diasumsikan akan mengalami perubahan dan menerima hal-hal baru. Tambahan lagi, mereka akan di bedakan berdasarkan sifat dan tekstur mereka.
Kontekstualisme  dalam penelitian akuntansi bergantung pada analisis dari fakta-fakta yang hanya diverifikasi secara langsung. Fakta-fakta yang spesifik terhadap situasi tertentu. Sehingga hasil akhirnya akan memiliki ruang lingkup yang terbatas.

5.                  Organisisme di dalam akuntansi
Bagi mereka yang menerapkan organisisme di dalam akuntansi akan berfokus pada gestalt yang spesifik sebagai objek studinya,yang terdiri atas fakta-fakta yang tertata dengan baik dan terintegrasi serta dapat di uraikan  sekaligus diramalkan. Seperti mekanisme dalam akuntansi, organisisme mencari determinasi dari keteraturan empiris  di antara fenomena-fenomena yang berbeda melalui beragam bentuk analisis statistik. Namun tidak seperti mekanisme, pecarian keteraturan empiris tersebut dipersempit kepada  konteks-konteks gestalt yang spesifik.
Organisasi dalam akuntansi memang akan bergantung pada ketersediaan dari basis data asli, fokus pada konteks spesifik yang akan mengakui keunikan dari data dan mengharmonisasikan nya menjadi holon akuntansi yang lebih lengkap, dan sebagai hasilnya akan memberikan struktur mendasar yang lebih komprehensif. Organisisme dalam akuntansi perlu pula untuk mengidentifikasi urutan langkah-langkah yang mencapai puncaknya dalam suatu telos, suatu struktur keseluruhan yang mendetail.  

4.      Perspektif Pada Penelitian Akuntansi

Penelitian akuntansi dapat memiliki banyak ragam dan pilihan. Bagi orang awam, penelitian akuntansi tampak seperti mengalami kesulitan dalam mencari topik, metodologi, dan jenis wacananya. Kenyataan nya sangat berbeda. Seperti ilmu sosial lainnya, akuntansi melakukan penelitiannya dengan didasarkan pada asumsi-asumsi yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu sosial dan hakikat dari masyarakat. Sebuah pendekatan yang telah di terapkan oleh Burrell dan morgan dalam analisis organisasional dapat digunakan untuk membedakan empat pandangan penelitian dalam akuntansi – pandangan fungsional, pandangan interpretatif, pandangan humanis redikal, dan pandangan strukturalis redikal. Dalam bagian ini, keempat pandangan tersebut akan dibahas dan diterapkan pada penelitian akuntansi.
1.                  Kerangka kerja Burrell dan Morgan
a.       Hakikat Ilmu Sosial
Terdapat empat asumsi yang dibahas dalam kaitannya dengan hakikat dari ilmu sosial, yaitu:
Pertama, asumsi ontologis, berhubungan dengan esensi paling mendasar dari fenomena akuntansi, yang melibatkan perbedaan-perbedaan nominalisme-realisme. Perbedaan yang terjadi adalah apakah alam sosial yang berada di luar  kesadaran individu adalah merupakan suatu penggabungan nama-nama asli, konsep, dan judul yang merupakan struktur pada kenyataan.
Kedua, perdebatan tentang epistemologi, yang berkaitan dengan dasar pengetahuan dan hakikat pengetahuan, melibatkan debat antipositivisme-positivisme.perdebatan ini berfokus pada kegunaaan dari pecarian hukum atau keteraturan yang menjadi dasar dalam bidang sosial.
Ketiga, pardebatan sifat manusia, berkaitan dengan hubungan antara manusia dan lingkungannya, yang melibatkan perdebatan voluntarisme-determinisme. Perdebatan ini berfokus pada apakah manusia dan aktifitasnya ditentukan oleh situasi atau lingkungan.
Keempat, perdebatan mengenai metodologi, yang berkaitan dengan metode-metode yang di gunakan untuk melakukan penyelidikan dan mempelajari alam sosial, melibatkan  perdebatan ideografis-nomotesis.
b.      Hakikat Dari Masyarakat
Satu asumsi mengenai hakikat masyarakat – yaitu, perdebatan susunan-konflik, atau lebh tepat lagi, perdebatan regulasi-perubahan radikal. Sosiologi regulasi mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada kesatuan dan keterpaduannya serta perlunya diberikan suatu regulasi. Sosiologi perubahan radikal sebaliknya, mencoba untuk menjelaskan masyarakat dengan berfokus pada perubahan radikal, konflik struktural mendalam, cara pendominasian, dan pertentangan struktral yang terjadi pada masyarakat modern.
c.       Kerangka Kerja Untuk Analisis Penelitian
Salah satu contoh kerangka kerja yang digunakan oleh Morgan untuk memeriksa bagaimana teori organisasional dipengaruhi oleh asumsi-asumsinya sendiri dengan melalui referensi pada paradigma, metafora, dan perilaku pemecahan teka-teki.
2.                  Pandangan Fungsionalis dalam Akuntansi
Pandangan fungsional dalam akuntansi berfokus pada penjelasan keteraturan sosial, dimana akuntansi memainkan sebuah peranan.
Paradigma fungsional dalam akuntansi melihat fenomena akuntansi sebagai hubungan dunia nyata yang konkret yang memiliki keberaturan dan hubungan sebab akibat yang dapat diterima dengan disertai penjelasan dan peramalan ilmiah.
3.                  Pandangan Interpretatif dalam Akuntansi
Asumsi-asumsi yang dominan dari pandangan interpretatif dalam akuntansi hendaknya adalah :
a.       Percaya pada pengetahuan
b.      Percaya pada kenyataan fisik dan sosial
c.       Hubungan antara teori dan praktik
4.                  Pandangan Humanis Radikal dalam Akuntansi
Pandangan humanis radikal dalam akuntansi berfokus pada penjelasan tatanan sosial dan memberikan penekanannya pada bentuk-bentuk dari perubahan radikal.
5.                  Pandangan Strukturalis Radikal dalam Akuntansi
Pandangan strukturalis radikal dalam akuntansi akan menantang tatanan sosial.
Dari sudut pandang strukturalis radikal ini, organisasi merupakan sebuah instrumen dari kekuatan-kekuatan sosial yang berkepentingan untuk mempertahankan pembagian tenaga kerja dan pembagian kekayaan dan kekuatan di masyarakat.

5.                  Fondasi Intelektual Dalam Akuntansi

A.                Akuntansi Berbasis Ekonomi Marginal
Ekonomi marginal dan akuntansi konvensional yang di dasarkan pada nilai dan laba ekonomi yang berhubungan, dikaitkan dengan nilai dari kemungkinan konsumsi di masa datang yang diperoleh dari taksiran nilai sekarang dari aliran arus kas mereka.
D.J. Cooper menunjukkan bahwa tingkat suku bunga pasar bergantung pada permintaan dan penawaran model moneter, yang selanjutnya akan bergantung pada tingkat suku bunga pasar.[10] Singkatnya, ekonomi marginal ditampilkan sebagai tautologis atau tidak terdeterminasi.
B.                 Akuntansi Ekonomi Politis
Akuntansi Ekonomi Politis (AEP) adalah sebuah pendekatan normatif, deskriptif, dan kritis terhadap penelitian akuntansi. Ia memberikan kerangka kerja yang lebih luas dan lebih holistik dalam menganalisis dan memahami nilai dari laporan-laporan akuntansi didalam ekonomi keseluruhan. Pendekatan AEP mecoba untuk menjelaskan dan menerjemahkan peran dari laporan akuntansi dalam pendistribusian laba, kekayaan, dan kekuatan dalam masyarakat.
C.                 Akuntansi Berbasis Disiplin Ilmu Bisnis
Untuk meningkatkan posisi dan penghormatan terhadap akuntansi, berbagai usulan telah dibuat baik untuk akuntansi maupun berbagai disiplin ilmu bisnis. Usaha tersebut umumnya diarahkan kepada pengadaptasian akuntansi untuk mengubah lingkungan sosial dan ekonomi.

Studi kasus :
Penelitian yang dilakukan oleh Agustina dan Akhsin (2008) tentang praktik korupsi yang menjadi rutinitas atau kebiasaan sebagian besar mesyarakat Indonesia, mulai dari struktur pemerintah daerah sampai pemerintah pusat. Jika korupsi menjadi suatu praktek yang lazim maka sebenarnya masyarakat telah dihegemoni oleh sebuah struktur atau pola yang sejak lama dan terulang. Apalagi besarnya pengaruh lingkungan sosial terhadap organisasi BPK-RI sendiri menjadikan auditor tidak siap mengadapi dunia sosial yang terlanjur salah kaprah, menganggap suap sebagai suatu hal yang lumrah, terdapat ketidakadilan, dan berlakunya hukum rimba ”siapa yang kuat/berkuasa, dia yang akan menang”. Pengaruh yang demikian akan mengurangi integritas, independensi, serta profesionalitas auditor BPK-RI, untuk itu teori strukturasi yang diperkenalkan oleh Giddens (yaitu dimana adanya keterkaitan auditor sebagai agen, dan BPK-RI sendiri sebagai struktur. Teori ini juga menyatakan bahwa manusia adalah proses mengambilkan dan meniru beragam sistem sosial. Dengan kata lain, tindakan manusia adalah sebuah proses memproduksi dan mereproduksi sistem-sistem sosial yang beraneka ragam.) maka memberikan angin segar bagi upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, strukturasi secara jelas memberikan gambaran kepada auditor BPK-RI bahwa segala tindakan direfleksikan bentuk kesadaran dan individu memiliki kekuatan dalam menciptakan kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai nilai-nilai yang ada pada struktur organisasi BPK-RI, sehingga tercipta pola strukturasi.[11]


BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan

Bab ini membahas perbedaan-perbedaan perspektif dari para peneliti akuntansi, metodologi akuntansi, ilmu akuntansi, penelitian akuntansi, dan fondasi intelektual dari akuntansi. Apa yang tampak jelas dari isi bab ini adalah bahwa akuntansi merupakan ilmu sosial yang lengkap.

B.            Saran

Hendaknya dalam melakukan penelitian, sebaiknya menggunakan metode-metode yang tepat dan benar berdasarkan teori-teori yang telah ada.




[1] Riahi-Belkaoui, A., “Perspektif-perspektif Penelitian dalam Akuntansi” dalam buku Accounting Theory, 5th ed. Buku Dua Edisi Bahasa Indonesia (Salemba Empat, 2007) h. 1-38
[2] Payne, Roy, L., “The Nature of Knowledge and Organizational Psychology,” dalam Nigel Nicholson dan Toby D. Wall (editor), The Theory and Practice of Organizational Psychology (London: Academic Press, 1982), h. 37-67
[3] Hamlyn, D.W., The Theory of Knowledge (London: Macmillan, 1971)
[4] Mitroff, I.I., dan Kilman, R.H., Methodological Approaches to Social Science, op.cit.
[5] Ibid., h.6
[6] Ibid., h.6-7
[7] Evered, R., dan Louis, M.R., “Alternative Perspectives in the Organizational Sciences,” op. cit., h. 392-394
[8] Ibid., h.193
[9] Payne, R., “The Nature of Knowledge and Organizational Psychology,” dalam N. Nicholson dan T. Wall (editor), Theory and Method of Organizational Psychology (NY: Academic Press, 1982), h. 52

[10] Cooper, D.J., “Discussion of Towards a Political Economy of Accounting: An Empirical Illustration of Cambridge Controversies,” Accounting, Organization and Society (Juni 1980), h.161-166

Tidak ada komentar:

Posting Komentar