PEMBAHASAN
1.
Input dan
Output Dalam Penyusunan Anggaran Perusahaan
Dalam setiap perusahaan, penyusunan anggaran merupakan bagian penting
dari proses pencapaian tujuan. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, metode penyusunan anggaran disempurnakan dengan menggunakan metode Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting).
dari proses pencapaian tujuan. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, metode penyusunan anggaran disempurnakan dengan menggunakan metode Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting).
Sebelum
berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode penganggaran yang digunakan
adalah metode tradisional atau item line budget. Cara penyusunan
anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus
dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan
pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya
tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara
efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan
dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika
anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut
gagal. Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang
diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan
dengan hasil dari pelayanan.[1]
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) merupakan penyusunan anggaran yang
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dan keluaran dan hasil yang
diharapkan. Metode penyusunan anggaran ini berfokus pada pengukuran pencapaian
program/kegiatan yang akan dilaksanakan oleh satuan kerja. Hal yang sangat
penting dalam upaya menuju PBK adalah sinkronisasi program dan kegiatan.
Sinkronisasi ini merupakan upaya untuk menyusun alur keterkaitan antara
kegiatan dan program terhadap kebijakan yang melandasinya. Dengan demikian
kegiatan yang dilaksanakan akan menghasilkan keluaran yang mendukung sasaran
kinerja program dan pencapaian tujuan kebijakan. Penganggaran dengan pendekatan
kinerja fokus pada efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas. Efisiensi itu
sendiri adalah perbandingan antara output
dengan input. Suatu aktivitas
dikatakan efisien, apabila output
yang dihasilkan lebih besar dengan input
yang sama, atau output yang
dihasilkan adalah sama dengan input
yang lebih sedikit.
Anggaran ini tidak hanya didasarkan pada apa yang dibelanjakan saja,
seperti yang terjadi pada sistem anggaran tradisional, tetapi juga didasarkan
pada tujuan/rencana tertentu yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung
oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan penggunaan biaya tersebut harus
efisien dan efektif. Tolok ukur keberhasilan system anggaran ini adalah
performance atau prestasi dari tujuan atau hasil anggaran dengan menggunakan
dana secara efisien. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat
memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya
keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan.[2]
Anggaran
kinerja mencerminkan beberapa hal. Pertama, maksud dan tujuan permintaan dana.
Kedua, biaya dari program-program yang diusulkan dalam mencapai tujuan ini. Dan
yang ketiga, data kuantitatif yang dapat mengukur pencapaian serta pekerjaan
yang dilaksanakan untuk tiap-tiap program.
Berbeda
dengan penganggaran dengan pendekatan tradisional, penganggaran dengan
pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output. Jadi, apabila kita
menyusun anggaran dengan pendekatan kinerja, maka mindset kita
harus fokus pada "apa yang ingin dicapai". Kalau fokus ke
"output", berarti pemikiran tentang "tujuan"
kegiatan harus sudah tercakup di setiap langkah ketika menyusun anggaran.
Sistem ini menitikberatkan pada segi penatalaksanaan sehingga selain efisiensi
penggunaan dana juga hasil kerjanya diperiksa. Jadi, tolok ukur keberhasilan
sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan
atau hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun
suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan
anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia
dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran seperti ini disebut juga
dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK).
Analisa ROI dalam analisa
keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa
keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). ROI merupakan salah satu
bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dala aktiva yang
digunakan untuk operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah
investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi
tersebut (net operating asset).
Metode ROI menganalisis
laporan keuangan secara integratif yaitu dengan memadukan komponen-komponen
dala laporan rugi/laba dan komponen-komponen dalam neraca. Komponen tersebut
berupa profit margin atau persentase laba bersih dan komponen kedua yaitu
perputaran aktiva. Menurut Weston & Copeland (1992:287) rumusnya sebagai
berikut :
Laba
setelah Pajak
ROI =
Total
aktiva
ROI menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari
seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. ROI menghubungkan keuntungan yang
diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah
investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasional
tersebut (net operating asset).
Usaha untuk mempertinggi ROI dengan memperbesar profit margin bersangkutan
dengan usaha untuk mempertinggi efesiensi disektor produksi, penjualan dan
administrasi.
3.
Hubungan antara Input, Output dan Return On Investment (ROI) Penting Dalam Penyusunan Anggaran
Perusahaan
Salah satu fungsi
anggaran adalah sebagai alat untuk mengukur efisiensi dan efektivitas suatu
organisasi yang menunjukkan hubungan input atau output. Input dalam anggaran
dinyatakan dalam bentuk pengeluaran atau belanja yang menunjukkan batas
maksimum jumlah uang yang diperkenan untuk dikeluarkan pada setiap tingkat
kegiatan yang akan dilaksanakan. Output dinyatakan dalam bentuk penerimaan atau
pendapatan yang menunjukkan jumlah uang yang akan diperoleh dari estimasi hasil
minimal yang secara rasional dapat dicapai.[4]
Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.
Indikator ini merupakan tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat atau
besaran sumber-sumber dana, sumber daya manusia, material, waktu, teknologi,
dan sebagainya yang digunakan untuk melaksanakan program atau kegiatan.
Dengan meninjau distribusi sumber daya, suatu organisasi dapat menganalisis
apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana strategik
yang telah ditetapkan. Sedangkan
Keluaran (output) adalah produk berupa barang atau jasa
yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan masukan yang
digunakan. Indikator keluaran adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai
dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau non fisik. Dengan
membandingkan indikator keluaran organisasi dapat menganalisis sejauh mana
kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator keluaran hanya dapat
menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok ukur
dikaitkan dengan sasaran-sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan
terukur. Oleh karenanya indikator keluaran harus sesuai dengan lingkup dan
sifat kegiatan instansi.[5]
Hubungan
antara input, output dan return on investment
(ROI) penting dalam penyusunan anggaran perusahaan adalah
[1]Dikutip dari http://www.anggaran.depkeu.go.id/web-content-list.asp?ContentId=628,
diakses pada hari Minggu, 08 April 2012
[2] Dikutip dari http://materikerja.blogspot.com/2011/06/mpks-bab-ii-penyusunan-anggaran.html,
diakses pada hari Minggu, 08 April 2012
[3] Nugroho, Ari Estu. Analisis Perbandingan Antara Return On Investment (ROI) dengan Economic
Value Added (EVA) Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan Perusahaan. Bandung :
2005
[4] Kurniasih, Wiwin.
Analisis Proses Penyusunan dan Penetapan
Anggaran Dinas Kesehatan yang Bersumber Dari APBD Kota Tasikmalaya.
Semarang : 2007
[5] Dikutip dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21714/3/Chapter%20II.pdf,
diakses pada hari Minggu, 08 April 2012
mata gue perih bacanya, font sama backgroundnya tidak efektif. saran gw ganti aja
BalasHapus