BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Kewajiban
melaksanakan pembukuan (akuntansi) yang tertuang dalam salah satu pernyataan
Allah (QS, 2:282), menunjukkan betapa pentingnya akun-tansi bagi masyarakat
Muslim. Fenomena akuntansi syari’ah diharapkan dapat mewakili kebutuhan akan
laporan keuangan yang benar-benar jujur, adil, dan dapat dipercaya kerena
laporan keuangan akuntansi syari’ah berbasiskan pada syari’ah, dan syari’ah
sendiri memiliki tujuan mulia yakni “menciptakan kemaslahatan bagi umat manusia”.
Dengan demikian,
tepat kiranya bila prinsip-prinsip akuntansi syari’ah dapat dijadikan solusi alternatif
dalam menjaga akuntabilitas laporan keuangan
Banyaknya lembaga keuangan Islam
yang telah berkembang di dunia, menimbulkan berbagai wacana mengenai bagaimana
seharusnya pencatatan dalam keuangan dan akuntansi dalam lembaga keuangan Islam
itu dibuat dan apakah akuntansi yang ada sekarang telah mampu mewakili dari
tujuan dalam operasional lembaga keuangan Islam. Dalam Accounting
Postulate and Principles From an Islamic Perspective (Review of Islamic
Economics) oleh
Eltegani Abdulgader Ahmed mencoba untuk mencari kesesuaian antara postulat dan
prinsip akuntansi yang berlaku saat dilihat dari perspektif Islam yang
didalamnya membahas mengenai kesesuaian postulat dan prinsip dipandang dari
perspektif Islam.[1]
Akuntansi secara sosiologis saat ini telah mengalami
perubahan besar. Akuntansi tidak hanya dipandang sebagai bagian dari pencatatan
dan pelaporan keuangan perusahaan. Akuntansi telah dipahami sebagai sesuatu
yang tidak bebas nilai (value laden), tetapi dipengaruhi nilai-nilai
yang melingkupinya. Bahkan akuntansi tidak hanya dipengaruhi, tetapi juga
mempengaruhi lingkungannya (lihat Hines 1989; Morgan 1988; Triyuwono 2000a;
Subiyantoro dan Triyuwono 2003; Mulawarman 2006).
Ketika akuntansi tidak bebas nilai, tetapi sarat nilai,
otomatis akuntansi konvensional yang saat ini masih didominasi oleh sudut
pandang Barat, maka karakter akuntansi pasti kapitalistik, sekuler, egois,
anti-altruistik. Ketika akuntansi memiliki kepentingan ekonomi-politik MNC’s (Multi
National Company’s) untuk program neoliberalisme ekonomi, maka akuntansi
yang diajarkan dan dipraktikkan tanpa proses penyaringan, jelas berorientasi
pada kepentingan neoliberalisme ekonomi pula (Mulawarman 2007d).
Sayangnya, yang terjadi saat ini adalah praktek dari
sistem akuntansi barat yang lebih mengarah kepada sistem bebas nilai guna
meraih keuntungan sebesar – besarnya. Tapi apakah sistem akuntansi barat
tersebut telah berhasil memakmurkan kehidupan seluruh umat manusia secara
global ? Ternyata tidak. Karena sistem akuntansi tersebut hanyalah ciptaan dari
manusia, maka sistem akuntansi barat tersebut tetap tidak akan sempurna.
Terbukti dengan krisis global yang melanda seluruh dunia akibat dari gagalnya
sistem akuntansi konvensional yang digadang – gadang oleh barat. Sekarang
setelah sistem akuntansi konvensional yang ada telah gagal, adakah solusi yang
masuk akal untuk mengatasi segala krisis yang ada. Sistem akuntansi syariah
bisa menjadi solusinya.[2]
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah di atas,
dapat penulis rumuskan masalahnya yaitu sebagai berikut:
1.
Apa
Perbedaan Postulat / Prinsip Akuntansi Konvensional dan
Akuntansi Islam ?
2.
Apa Perbedaan Karakteristik Akuntansi Konvensional dan
Akuntansi Islam ?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan dari rumusan masalah yang ada, tujuan dari penulisan ini ialah
:
1.
Mendeskripsikan Perbedaan Postulat
/ Prinsip Akuntansi Konvensional dan Akuntansi Islam.
2.
Mendeskripsikan Perbedaan
Karakteristik Akuntansi Konvensional dan Akuntansi Islam.
D.
Manfaat
penulisan
1.
Manfaat penulisan
bagi pembaca yaitu sebagai informasi bagi pembaca untuk dapat mengetahui
informasi mengenai Perbedaan Postulat/Prinsip dan Karakteristik Akuntansi
Konvensional dan Akuntansi Islam.
2.
Manfaat penulisan
bagi penulis yaitu untuk menambah wawasan, serta mengembangkan cakrawala
penulis tentang Perbedaan Postulat/Prinsip dan Karakteristik Akuntansi
Konvensional dan Akuntansi Islam.
E.
Metode
penulisan
Metode penulisan ini adalah berdasarkan informasi yang diperoleh dari buku
reference dan mars media melalui internet serta sumber-sumber terpercaya
lainnya.
F.
Sistematika
Penulisan
Sistimatika penulisan ini adalah terdiri dari tiga bab. Bab pertama berisi
Pendahuluan, meliputi Latar belakang masalah, Perumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, Manfaat Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Sedangkan Bab kedua
berisi Pembahasan. Bab tiga merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan
saran.
BAB II
PEMBAHASAN[3]
A.
Perbedaan Postulat / Prinsip Akuntansi Konvensional
dan Akuntansi Islam
Postulat Akuntansi adalah pernyataan
yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri atau disebut juga aksioma yang
sudah diterima karena kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan, yang
menggambarkan aspek ekonomi, politik, sosiologis, dan hokum dari suatu
lingkungan dimana akuntansi itu beroperasi.[4]
Secara prinsip terjadi beberapa
perbedaan yang mendasar, akuntansi konvensional lebih memberi kelonggaran
penilaian laporan keuangan dengan menilai hanya terbatas pada kewajaran (kebenaran
relatif) yang merujuk pada standar yang berlaku, sedangkan akuntansi syari’ah
tuntutannya adalah kebenaran hakiki (al-haq)
atau kebenaran moral yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah, walaupun di satu sisi akuntansi
syari’ah juga harus merujuk pada standar tetapi standar tidak dimaksudkan
sebagai pembenaran, artinya laporan yang dibuat sesuai dengan standar tidak
selalu benar menurut syari’ah, bila secara substansi laporan menyimpang dari
prinsip-prinsip syari’ah (Hidayat, 2002a:88-89).
Akuntansi
konvensional lebih pada pemenuhan ketentuan standar-standar yang dibuat oleh
manusia, sedangkan akuntansi syari’ah, mencoba menemukan apa yang seharusnya
dibuat sesuai dengan anjuran Tuhan (wahyu), dalam tataran ini akuntansi
syari’ah tidak hanya diikat agar berada pada koridor standar akun-tansi tetapi
diikat pula dengan pertanggungjawaban dihadapan Tuhan (normatif religius).
Dari
segi tujuan, antara akuntansi konvensioanal dengan akuntansi syari’ah memiliki
kemiripan yang hampir sepadan, karena beberapa poin tujuan memang sama, seperti
dalam hal laporan keuangan sebagai pemasok informasi, hanya pada titik tekan
tertentu akuntansi konvensional memberikan laporan kinerja historis yang
memberikan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan sebagai alat dalam
pengambilan keputusan bisnis, sedangkan akuntansi syari’ah bukanlah merupakan
tujuan, tetapi sarana untuk mencapai tujuan yakni pemenuhan kewajiban zakat
secara benar, hal ini menjadikan akuntansi syari’ah memiliki titik tekan tujuan
pada pertanggungjawaban (akuntabilitas) dihadapan Tuhan. Dengan kata lain
laporan keuangan akuntansi konvensional titik tekan tujuan pada pemberian
informasi, sedangkan laporan keuangan akuntansi syari’ah titik tekannya pada
pertanggungjawaban (akuntabilitas).
Laporan
keuangan pokok akuntansi konvensional yang terdiri dari neraca, laporan
laba-rugi, dan laporan arus kas, sedangkan pada akuntansi syari’ah masih
ditambah lagi laporan keuangan lainnya yang harus disampaikan yaitu laporan
zakat. Bahkan ada beberapa laporan keuangan yang dibutuhkan oleh bank syari’ah
antara lain laporan investasi tidak bebas penggunaan, laporan sumber dan
penggunaan dana qardh (Media
Akuntansi, 2000:21).
Menurut Haniffa dan Hudaib (2001);
Muhammad (2002:16) Perbedaan Postulat antara akuntansi konvensional dengan
akuntansi syari’ah, yang meliputi:
1. Entitas, akuntansi konvensional mengakui adanya
pemisahan antara entitas bisnis dan pemilik, dalam akuntansi syari’ah entitas
tidak memiliki kewajiban yang terpisah dari pemilik.
2. Going
concern, bisnis terus beroperasi
sampai dengan tujuan tercapai (akuntansi konvensional), kelangsungan usaha
tergantung pada kontrak dan kesepakatan yang didasari oleh saling ridha (akuntansi syari’ah).
3. Periode akuntansi, meskipun ada kesamaan dalam
menentukan periode akuntansi selama 12 bulan (satu tahun) namun akuntansi
konvensional periode dimaksudkan mengukur kesuksesan kegiatan perusahaan,
sedangkan dalam akuntansi syari’ah periodisasi bertujuan untuk penghitungan
kewajiban zakat.
4. Unit pengukuran, akuntansi konvensional
menggunakan unit moneter sebagai unit pengukuran, akuntansi syari’ah
menggunakan harga pasar untuk barang persediaan, dan emas sebagai alat ukur
dalam penghitungan zakat.
5. Pengungkapan penuh (menyeluruh), pengungkapan ini
ditujukan sebagai alat dalam pengambilan keputusan, dalam akuntansi syari’ah
pengungkapan penuh ditujukan untuk memenuhi kewajiban kepada Allah swt.,
kewajiban sosial, dan kewajiban individu.
6. Obyektivitas, bebas dari bias subyektif, dalam
akuntansi syari’ah obyektivitas dimaknai dengan konsep ketakwaan, yaitu pengeluaran
materi maupun non-materi untuk memenuhi kewajiban,
7. Meterialitas, ukuran materialitas dihubungkan
dengan kepentingan relatif mengenai informasi terhadap pengambilan keputusan,
sedangkan akuntansi syari’ah mengakui materialitas berkaitan dengan pengu-kuran
yang adil dan pemenuhan kewajiban kepada Allah, sosial, dan individu.
8. Konsistensi, yang dimaksudkan adalah pencatatan
dan pelaporan secara konsisten sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
diterima oleh umum, dalam akuntansi syari’ah konsistensi dimaknai dengan
pencatatan dan pelaporan secara konsisten sesuai dengan prinsip syari’ah.
9. Konservatisme, akuntansi konvensional memilih
teknik akuntansi yang paling memberikan pengaruh kecil terhadap pemilik,
sedangkan akuntansi syari’ah memilih teknik akuntansi yang paling
mengun-tungkan (berdampak posistif) bagi masyarakat. Secara jelas perbandingan
dapat diamati dalam tabel berikut.
Perbedaan Postulat
Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syari'ah
|
|
|
|
|
|
No.
|
Postulat
|
Akuntansi Konvensional
|
Akuntansi Syari'ah
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Entitas
|
Pemisahan
antara entitas bisnis dan pemilik
|
Entitas
didasarkan pembagian laba
|
|
|
|
|
Entitas
tidak memiliki kewajiban
|
|
|
|
|
terpisah
dari pemilik.
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Going Concern (Kesinambungan)
|
Bisnis
terus beroperasi sampai ter capai tujuan dan semua asset ter jual.
|
Kelangsungan
usaha tergantung pa da kontrak persetujuan anatar pihak yang terlibat dalam
kegaiatan bagi hasil.
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Periode
Akuntansi
|
Akuntansi
tidak dapat menunggu sampai akhir kehidupan perusahaan untuk mengukur
sukses-tidaknya kegiatan perusahan
|
Tahun
hijriyah untuk perhitungan zakat, kecuali untuk sektor pertanian berdasarkan
musim panen
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Unit
Pengukuran
|
Pengukuran
nilai moneter
|
Kuantitas
atau harga pasar untuk
|
|
|
|
|
ternak,
barang pertanian, dan emas untuk memenuhi kewajiban zakat.
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Pengungkapan
Penuh (Menyeluruh)
|
Untuk
tujuan pengambilan keputusan.
|
Untuk
menunjukkan pemenuhan kewajiban kepada Allah, kewajiban sosial, dan kewajiban
individu.
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Obyektivitas
|
Kepercayan
terhadap pengukuran yaitu bebas dari bias subyektif
|
Berhubungan
erat dengan konsep ketaqwaan, yaitu pengeluaran materi maupun non-materi
untuk memenuhi kewajiban.
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Materialitas
|
Dihubungkan
dengan kepentingan relatif mengenai informasi terhadap pengambilan keputusan
|
Berkaitan
dengan pengukuran yang adil dan pemenuhan kewajiban kepada Allah, sosial, dan
individu.
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Konsistensi
|
Dicatat dan
dilaporkan secara kon sisten sesuai GAAP
|
Dicatat dan
dilaporkan secara kon sisten sesuai dengan prinsip syari'ah
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Konservatisme
|
Memilih
teknik akuntansi yang paling memberikan pengaruh kecil terhadap Pemilik
|
Memilih
teknik akuntansi yang paling menguntungkan (dampak posistif) bagi masyarakat.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B.
Perbedaan
Karakteristik Akuntansi Konvensional dan Akuntansi Islam
Menurut Baydoun dan Willet (1994:82)
memetakan perbe-daan karakteristik akuntansi konvensional dengan akuntansi
syari’ah sebagai berikut:
1. Sistem akuntansi, akuntansi konvensioanal
berdasarkan ekonomi yang rasional, sedangkan akuntansi syari’ah berdasarkan pada
ketauhidan.
2. Prinsip, prinsip akuntansi konvensional yang
sekuler, individualis, memaksimalkan keuntungan, dan penekanan pada proses,
akuntansi syari’ah berdasarkan pada prinsip syari’ah, kepentingan umat,
keuntungan yang wajar, persamaan, dan rahmatan
li al-‘alamin.
3. Kriteria, akuntansi konvensional berdasarkan pada
hukum perdagangan masyarakat kapitalis modern, penyajian informasi yang sangat
terbatas, informasi yang diajukan atau pertanggungjawaban kepada pemilik, dalam
akuntansi syari’ah kriteria berdasarkan pada etika yang bersumber pada hukum
Al-Qur’an dan Sunnah, pengungkapan yang menyeluruh (full disclosure) untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan yang
sesuai dengan syari’ah dan memenuhi kebutuhan Islamic Finance Report User, pertanggungjawaban kepada umat
(masyarakat luas) [khususnya dalam memanfaatkan sumber daya] (lihat tabel berikut).
|
|
|
|
|
|
|
Perbedaan Karakteristik Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syari'ah
|
||
|
|
|
|
|
|
No.
|
Karakteristik
|
Akuntansi Konvensional
|
Akuntansi Syari'ah
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Sistem
Akuntansi
|
Ekonomi
yang rasional
|
Ketauhiddan
(unity of God)
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Prinsip
Akuntansi
|
Sekuler
|
Syari'ah
|
|
|
|
Individualis
|
Kepentingan
umat
|
|
|
|
Memaksimalkan
keuntungan
|
Keuntungan
yang wajar
|
|
|
|
Survival of
the fittest
Penekanan
pada proses
|
Persamaan Rahmatan li al-'alamin
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Kriteria
|
Berdasarkan
pada hukum perdagangan masyarakat kapitalis modern
|
Berdasarkan
pada etika yang ber sumber pda hukum Al-Qur'an dan Sunnah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyajian
informasi yang sangat Terbatas
|
Full
disclosure untuk memenuhi
|
|
|
|
|
ketuhan
informasi keuangan yang sesuai dengan syari'ah dan memenuhi kebutuhan Islamic
Financial Report User
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Informasi
yang ditujukan pada per tanggungjawaban kepada pemilik modal
|
Pertanggungjawaban
kepada umat/ masyarakat luas (khususnya dalam memanfaatkan sumberdaya).
|
|
|
|
|
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam menilai penggunaan
postulat dan prinsip akuntansi harusnya kita bisa melihat dalam paparan mana
akuntansi diterapkan, jika kita berbicara mengenai akuntansi maka kita harus
melihat lembaga apa yang menggunakannya. Jika berbicara mengenai akuntansi syariah maka kita harus
melihat tujuan, arah, dan bagaimana komponen syariah itu di dalam akuntansi.
Menurut kelompok kami atas analisa jurnal dan berbagai sumber maka kami lebih
menyepakati bahwa lembaga keuangan syariah harusnya menggunakan sistem
akuntansi yang berbasis pada syariah dimana nilai-nilai ”langit”
terdapat didalamnya dan nilai pertanggungjawaban atas laporan keuangan tidak
hanya kepada manusia namun juga pertanggungjawaban kepada Allah SWT.
B.
Saran
Solusi terbaik adalah sistem
akuntansi syariah untuk lembaga keuangan syariah harus diterapkan secara
konsisten. Semoga cita-cita ini mampu menjadi kenyataan pada suatu hari nanti. Amin.
[1] Citra Ayudiati dkk. Postulat dan Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Perspektif Islam serta
perbandingannya dengan Akuntansi Syariah. http://share.pdfonline.com/400d8a1b6f3b415c9bbb07a7f728d1d9/Kel%202.htm
[2] Ennovialk. 2013. Perbandingan Akuntansi Syariah dengan Akuntansi
Konvensional. http://ennovialk.blogspot.com/2013/04/perbandingan-akuntansi-syariah-dengan.html
[3] Nur Hidayat. 2012. PRINSIP-PRINSIP
AKUNTANSI SYARI’AH: Suatu Alternatif Menjaga Akuntabilitas Laporan Keuangan. jurnals.files.wordpress.com/2012/06/naskah_09_029-kom-d-pmak9.doc
[4] Sofyan Syafri Harahap. 2001. Menuju Perumusan Teori Akuntansi
Islam. (Pustaka
Quantum : Jakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar