PEMBAHASAN[1]
[1] Hery, Auditing I : Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi, (Kencana Perdana
Media Grup, Jakarta : 2011) h.51-69
A. Sifat dan Keputusan Bukti Audit
Bukti audit merupakan informasi yang akan digunakan oleh
auditor untuk menentukan kesesuaian antara yang diaudit dan kriteria tertentu
yang telah ditetapkan. Bukti audit dapat berupa informasi yang sangat persuasif
(sangat meyakinkan) maupun informasi yang kurang persuasif (kurang meyakinkan).
Contoh bukti audit yang sangat persuasif adalah hasil perhitungan ulang oleh
auditor atas besarnya amortisasi premium atau diskonto utang obligasi. Adapun
contoh bukti audit yang kurang persuasif adalah hasil tanya jawab dengan
karyawan klien. Jadi sifat bukti audit dapat sangat bervariasi sesuai dengan
kemampuannya dalam meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Keputusan penting yang dihadapi oleh auditor dalam
menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat adalah meliputi penentuan
prosedur audit, ukuran sampel, metode pemilihan sampel, dan penetapan waktu.
Prosedur audit adalah rincian instruksi yang menjelaskan
bukti audit yang harus diperoleh selama audit berlangsung. Sebagai contoh,
prosedur audit untuk memverifikasi pembelian barang dagang adalah memeriksa
jurnal pembelian dan membandingkannya dengan jumlah yang tertera dalam formulir
permintaan pembelian, laporan penerimaan barang, serta faktur tagihan. Setelah
prosedur audit ditetapkan, auditor menentukan ukuran sampel. Sebagai contoh,
auditor dapat memilih ukuran sampel sebanyak 35 dari 300 faktur tagihan untuk
dibandingkan dengan jurnal pembelian. Ukuran sampel untuk setiap prosedur
mungkin akan berbeda antara audit yang satu dengan audit yang lainnya. Setelah
ukuran sampel untuk suatu prosedur audit ditentukan, auditor harus memutuskan
metode pemilihan sampel. Dalam contoh ini, auditor dapat memilih 35 invoice pertama, atau 35 invoice dengan nilai terbesar, atau 35 invoice secara acak, atau 35 invoice yang menurut auditor paling
mungkin mengandung salah saji, atau bisa juga menggunakan kombinasi dari berbagai
metode tersebut. Keputusan penetapan waktu berkaitan dengan penentuan atau
pemilihan tanggal sampel. Sebagai contoh, auditor memutuskan untuk memeriksa
secara acak sampel jurnal pembelian barang dagang yang terjadi untuk satu tahun
penuh dalam periode laporan keuangan yang diaudit.
B. Tingkat
Keyakinan (Persuasivitas) Bukti Audit
Sesuai dengan standar pekerjaan lapangan yang ketiga, auditor
harus memperoleh cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan prosedur audit
agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan
keuangan yang diaudit. Ada dua penentu tingkat keyakinan bukti audit , yaitu
ketepatan bukti dan kecukupan bukti.
Ketepatan bukti
Bukti dikatakan tepat apabila memenuhi karakteristik
relevansi (kecocokan) dan relialibitas (keandalan). Bukti yang dianggap sangat tepat akan sangat membantu dalam
meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
Ketepatan bukti hanya terkait dengan prosedur audit yang dipilih dan penetapan
waktu, serta tidak dapat diperbaiki dengan menambah ukuran sampel atau mengubah
metode pemilihan sampel. Ketetapan hanya dapat diciptakan melalui pemilihan
prosedur audit yang lebin relevan dan dapat diandalkan.
Sehubungan dengan relevansi bukti, bukti audit dikatakn tepat
jika berkaitan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor. Sebagai contoh, prosedur audit yang
relevan untuk mengidentifikasi
pengiriman atau penjualan barang yang belum ditagih adalah dengan
menelusuri laporan pengiriman barang ke faktur penjualan, bukan sebaliknya.
Menelusuri faktur penjualan kelaporan pengiram barang merupakan prosedur audit
yang relevan untuk menguji tujuan audit khusus: apakah transaksi penjualan yang dicatat benar-benar untuk pengiriman
barang yang dilakukan kepada pelanggan non fiktif relevansi hanya dapat
dipertimbangkan dalam tujuan audit khusus, karna bukti audit mungkin relevan untuk
tujuan audit yang satu tetapi tidak relevan untuk tujuan audit yang lain.
Sehubungan dengan reliabilitas bukti, bukti audit
dikatakan tepat jika dapat diandalkan , dapat dipercaya, atau layak dipercaya. Sama seperti relevansi , bukti dianggap dapat diandalkan
jika bukti tersebut sangat membantu dalam meyakinkan auditor bahwa laporan
keuangan telah disajikan secara wajar. Sebagai contoh,prosedur audit yang dapat
diandalkan untuk menguji eksistensi (keberadaan) saldo kas kecil dan saldo persediaan barang dagang pada tanggal neraca
adalah dengan melakukan pemeriksaan fisik , yaitu masing-masing cash opname dan stock opname. Contoh lainnya, hasil konfirmasi secara tertulis dari bank merupakan bukti audit yang
dapat diandalkan untuk menguji
keberadaan saldo kas dibank.
Secara umum, keandalan
bukti audit sangat tergantung pada:
·
Indenpenden penyediaan bukti
Bukti yang diperoleh dari pihak ketiga atau pihak yang berada
diluar klien (bukti eksternal) tentu saja lebih dapat diandalkan dibanding
dengan bukti yang berasal dari atau yang
dibuat oleh klien sendiri (bukti internal)
. contoh bukti eksternal adalah hasil
komunikasi dengan pihak bank ,advokat, atau pelanggan, faktur tagihan dari
pemasok,sekuritas, investasi yang diterbitkan oleh perusahaan lain, dan sertifikat deposito
bank,adapun contoh bukti internal adalah formulir permintaan pembeli dan laporan
penerimaan barang.
·
Efektivitas pengendalian internal klien.
Bukti audit akan menjadi lebih dapat diandalkan jika
pegendalian internal diterapkan secara efektif oleh klien. Sebagai contoh, jika
pengendalian internal atas pembayaran kas kecilditerapkan secara efektif, maka
bukti audit yang dapat dindalkan dapat diperoleh dari formulir penerimaan kas
kecil (petty cash receipt atau petty cash voucher) yang bernomor urut
tercetak dan ditandatangani oleh
karyawan yang membayrkan/menangani kas kecil maupun oleh pihak yang menerima
pembayaran kas kecil.
·
Perolehan secara langsung oleh auditor
Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor
melalui pemeriksa fisik,pengamatan,penghitungan ulang,dan inspeksi akan lebih dpat diandalkan dibanding dengan
bukti audit yang diperoleh secara tidak
langsung . sebagai contoh adalah bukti audit
yang diperoleh dari hasil cash opname,stock opname, penghitungan
ulang oleh auditor atas beban penyusutan
aktiva tetap ,dan pengamatan atau observasi langsung atas proses
produksi klien.
·
Kualifikasi penyediaan informasi dan juga auditor
Meskipun penyediaan
informasi adalah pihak yang indenpenden namun bukti audit akan menjadi tidak
dapat diandalkan jika penyediaan informasi ini tidak memilliki pemahaman
mengenai arti pentingnya bukti tersebut. Sebagaai contoh,hasil komunikasi
dengan advokat dan bank pada umumnya akan lebih layak dipercaya (secara
prpfesional) dibanding dengan hasil konfirmasi piutang dari pelanggan,khususnya
untuk pelanggan yang tidak memahami maksud dan tujuan dari dilakukannya
komunikasi atau konfirmasi tersebut. Selain itu, bukti yang diperoleh secara
langsung oleh auditor juga akan menjadi tidak dapat diandalkan jika auditor
tersebut tidak atau kurang memiliki pengetahuan (kecakapan) untuk mengevaluasi
bukti terkait,sebagai contoh,audit atas persediaan batu bara oleh auditor yang
tidak terlatih untuk membedakan jenis kualitas kalori batu bara bukanlah
merupakan bukti audit yang dapat diandalkan bagi tujuan klasifikasi.
·
Objektivitas
Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan dibandingkan
dengan bukti yang memerlukan pertimbangan tertentu. Contoh bukti yang
bersifat objektif adalah hasil konfirmasi atas piutang usaha dan kas
di bank,pemeriksaan fisik atas saldo kas
kecil,persediaan, dan aktiva tetap
berwujud,serta bukti pembelian perlengkapan dan peralatan. Adapun contoh
bukti yang bersifat subjektif
(melibatkan justifikasi dan pertimbangantertentu dari manajemen) adalah hasil
tanya jawab dengan manajer akuntansi mengenai besarnya estimasi atas
nilai residu dari beberapa aktiva tetap tertentu dan estimasi atas besarnya
pencadangan piutang tak tertagih.
·
Ketepatan waktu
Ketepatan waktu bukti audit
berkaitan dengan kapan bukti ini
dikumpulkan serta bagaimana menentukan
tanggal sampel. Untuk akun-akun neraca, ketepatan waktu bukti audit berkaitan
dengan kapan bukti ini dikumpulkan,
sedangkan untuk akun-akun laporan laba rugi, ketepatan waktu bukti audit
berkaitan dengan pemilihan tanggal smapel atau penentuan bagian periode yang
akan diaudit.sebagai contoh,penghitungan oleh auditor atas posisi kas pada
tanggal neraca akan lebih dapat
diandalkan dibanding dengan jika penghitungan jika penghitungan dilakukan pada
dua bulan sebelumnya. adapun untuk akun laporan laba rugi , bukti yang
diperoleh akan lebih dapat diandalkan jika sampel diambil dari keseluruhan periode yang diaudit.contohnya adalah memeriksa
secara acak sampel jurnal pemberian barang dagang yang terjadi untuk satu tahun penuh dalam
periode laporan keuangan yang diaudit ,bukan hanya dari sebagian periode saja (misalkan sampel yang
terbatas hanya ntuk kwartal terakhir).
Kecukupan bukti
Kuantitas bukti yang dikumpulkan akan
menentukan kecukupannya. Kecukupan bukti diukur
dari ukuran sampel yang dipilih auditor. Untuk prosedur audit
tertentu.bukti yang diperoleh dari
sampel sebanyak 100 pada umumnya lebih mencukupi di banding dengan dari
sampel sebanyak 35. Selain ukuran sampel ,metode pemilihan sampel juga akan
menentukan kecukupan bukti audit.sampel yang terdiri dari item-item populasi
dengan nilai moneter yang besar pada umumnya dianggap sudah
mencukupi terutama apabila item-item ini
merupakan bagian terbesar dari
jumlah total populasi.
C. Jenis
Bukti Audit
Dalam memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan,auditor dapat
memilihnya dari delapan jenis bukti audit berikut:
Pemeriksa
fisik
Jenis bukti ini paling sering dilakukan
atas saldo kas kecil dan persediaan, tetapi juga dapat diterapkan untuk
mrmverifikasi sertifikat deposito, sekuritas investasi,wesel tagih,dan
aktiva tetap berwujud.pemeriksaan fisik merupakan cara langsung untuk
memverivikasi apakah suatu aktiva yang ada tersebut telah dicatat (tujuan
kelengkapan). Pada umumnya, pemeriksaan
fisik adalah cara yang objektif
untuk mengetahui kuantitas maupun
deskripsi aktiva. Dalam beberapa kasus ,pemeriksaan fisik juga berguna
untuk megevaluasi kondisi atau kualitas
aktiva. Akan tetapi, pemeriksaan fisik bukanlah merupakan bukti yang mencukupi untuk memverifikasi bahwa
aktiva yang ada memang merupakan milik klien (tujuan hak dan kewajiban)
.sebagai contoh adalah bahwa untuk barang konsinyasi yang dititipkan kepada
pihak lain tentu saja tidak dapat diuji lewat pemeriksaan fisik, melainkan
melalui prosedur konfirmasi,selain itu, penilaian dan alokasinyang tepat untuk tujuan
pelaporan keuangan juga tidak dapat diuji oleh pemeriksa fisik (tujuan
keakuratan).
Konfirmasi
Konfirmasi adalah proses untuk
mendapatkan respons (tertulis atau lisan)
dari pihak ketiga sebagai jawaban
atas suatu permintaan informasi
tentang unsur tertentu yang berkaitan
dengan asersi manajemen dan tujuan
audit.biasanya,auditor lebih memilih
konfirmasi tertulis dibanding konfirmasi lisan karna konfirmasi tertulis
lebih mudah di-review oleh supervisor
audit dan memberikan dukungan keandalan . pada umunya, konfirmasi relatif mahal
dan dapat menimbulkan beberapa
ketidaknyamanan bagi pihak -pihak yang diminta untuk menyediakan konfirmasi ini.
Proses konfirmasi mencangkup:
a.
Pemilihan unsur yang akan dimintakan konfirmasi
b.
Perancangan atas isi permintaan konfirmasi
c.
Pengkomunikasian permintaan konfirnasi kepada pihak ketiga yang bersangkutan
d.
Perolehan jawaban dari pihak ketiga ,dan
e.
Penilaian terhadap informasi atau tidak adanya informasi yang
disediankan oleh pihak ketiga mengenai
tujuan audit,termasuk keandalan informasi ini.konfirmasi dilaksanakan untuk
memperoleh bukti dari pihak ketiga mengenai asersi laporan keuangan yang dibuat
oleh manajemen . bukti audit yang diperoleh dari sumber indenpenden diluar erusahaan klien pada umumnya
memberikan keyakinan yang lebih besar,karena lebih dapat diandalkan untuk
tujuan audit indenpenden dibandingkan dengan bukti audit yang berasal dari
dalam perusahaan klien tersebut.
Auditor harus menetapkan apakah bukti
yang diperoleh dari konfirmasi dapat mengurangi resiko audit. Dalam menetapkan
ini, auditor harus mempertimbangkan
materialitas saldo akun dan risiko
pengendalianya. Jika auditor berkesimpulan bahwa
bukti yang diperoleh dari konfirmasi ternyata tidak memadai , prosedur tambahan
harus dilaksanakan. Sebagai contoh, untuk mencapai risiko audit pada tingkat
yang cukup rendah , yang bersangkutan dengan asersi eksistensi dan
kelengkapan piutang usaha ,auditor dapat
melaksanakan pengujian pisah batas penjualan sebagai tambahan terhadap
konfirmasi piutang usaha.
Permintaan konfirmasi, jika dirancang secara memadai oleh
auditor, dapat ditujukan untuk satu atau lebih asersi. Namun, konfirmasi tidak
ditujukan untuk semua asersi secara bersama-sama. Sebagai contoh, konfirmasi
atas barang konsinyasi kepada perusahaan yang dititipkan (consignee) merupakan cara yang lebih efektif untuk membuktikan
asersi eksistensi serta hak dan kewajiban dibandingkan dengan untuk asersi
penilaian dan alokasi. Konfirmasi atas piutang usaha kemungkinan akan lebih
efektif untuk membuktikan asersi eksistensi dibandingkan dengan untuk asersi
kelengkapan serta penilaian dan alokasi. Oleh sebab itu, apabila konfirmasi
tidak mencukupi untuk memperoleh bukti, maka auditor harus mempertimbangkan prosedur
audit lain untuk melengkapi atau menggantikan prosedur konfirmasi.
Auditor harus menerapkan skeptisisme profesional pada
tingkat memedai selama proses konfimasi. Skeptisisme profesional ini sangat di
perlukan dalam merancang, melaksanakan, dan menilai hasil konfirmasi.
Permintaan konfirmasi harus dirancang sesuai dengan tujuan audit tertentu.
Jadi, pada waktu merancang permintaan konfirmasi, auditor harus
mempertimbangkan asersi yang akan diuji dan faktor-faktor yang kemungkinan
berdampak terhadap keandalan konfirmasi. Faktor-faktor seperti bentuk
permintaan konfirmasi, pengalaman audit sebelumnya, sifat informasi yang di
konfirmasi, dan responden yang dituju dapat memengaruhi rancangan permintaan
konfirmasi karena faktor-faktor tersebut mempunyuai dampak langsung terhadap
keandalan bukti yang diperoleh melalui prosedur konfirmasi.
Ada dua bentuk permintaan
konfirmasi yang umum, yaitu bentuk positif dan negatif. Konfirmasi positif
meminta si penerima untuk memberikan respons dalam semua situasi. Beberapa
konfirmasi bentuk positif meminta responden untuk menanggapinya apakah ia
setuju atau tidak setuju dengan konfirmasi yang dicantumkan dalam surat
permintaan konfirmasi. Bentuk konfirmasi positif lainnya tidak menyebutkan
jumlah (atau informasi lain) pada surat permintaan konfirmasi, tetapi meminta
responden untuk mengisi saldo atau informasi lain pada ruang kosong yang
disediakan dalam formulir permintaan konfirmasi. Apabila auditor tidak menerima
respons atas konfirmasi positif, biasanya auditor akan mengirimkan permintaan
kedua, ketiga, dan dalam beberapa kasus bahkan meminta klien untuk menghubungi
pihak ketiga yang independen dan memintanya untuk memberikan respon segera
kepada auditor. Jika upaya ini tetap gagal atau dianggap terlalu mahal, auditor
akan melaksanakan prosedur alternatif.
Bentuk konfirmasi positif
menyediakan bukti hanya jika jawaban diterima oleh auditor dari penerima
permintaan konfirmasi. Permintaan konfirmasi yang tidak dijawab tidak
memberikan bukti audit mengenai asersi laporan keuangan yang dituju oleh
prosedur konfirmasi.karena terdapat resiko bahwa penerima konfirmasi positif
kemungkiunan hanya menandatangani dan mengembalikan konfirmasi tanpa melakukan
vertifikasi atas kebenaran informasi ini,formulir yang berisi ruangan kosong
dapat digunakanuntuk mengurangi resiko ini. Jadi pengunaan konfirmasi dengan
ruang kosong yang harus diisi oleh responden dapat memberikan tingkat keyakinan
yang lebih besar mengenai informasi yang dikonfirmasi. Namun, konfirmasi yang
berisi ruangan kosong yang harus diisi oleh responden dapat mengakibatkan
berkurangnya jumlah jawaban konfirmasi yang diterima oleh auditor karena
diperlukan usaha tambahan dari pihak penerima permintaan konfirmasi, sebagai
akibatnya, auditor kemungkinan harus melaksanakan lebih banyak prosedur
alternatif.
Bentuk konfirmasi negatif
meminta penerima konfirmasi untuk memberikan jawabn hanya jika ia tidak setuju
dengan konfirmasi yang disebutkan dalam surat permintaan konfirmasi, dan tidak ada pengujian tambahan yang dilakukan apabila
respons tidak diterima. Akibatnya, konfirmasi negatif memberikan bukti yang
kurang dapat diandalkan dibanding dengan konfirmasi positif. Permintaan
konfirmasi negatif digunakan jika gabungan tingkat risiko bawaan
dan risiko pengendalian adalah rendah, terdapat banyak saldo yang jumlahnya
kecil-kecil, dan auditor tidak yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi akan
mempertimbangkan pemintaan tersebut. Permintaan konfirmasi negatif dapat
menghasilkan jawaban yang menunjukkan adanya salah saji, dan kemungkinan besar
akan terjadi jika auditor mengirim permintaan konfirmasi negatif dalam jumlah yang banyak dan tersebar secara
luas. Auditor harus menyelidiki informasi relevan yang dihasilkan dari
konfirmasi negatif untuk menentuukan kemungkinan dampk informasitersebut
terhadap audit yang dilakukannya. Jika penyelidikan auditor terhadap jawaban
permintaan konfirmasi negatif menunjukkan suatu pola salah saji, auditor harus
mempertimbangkan gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian serta
mempertimbangkan dampaknya terhadap prosedur audit yang telah direncanakan.
Konfirmasi negatif yang dikembalikan dapat memberikan bukti mengenai asersi
laporan keuangan, sedangkan konfirmasi negatif yang tidak kembali jarang
memberikan bukti signifikan tentang asersi laporan keuangan (selain asersi
keberadaan). Sebagai contoh, konfirmasi negatif dapat memberikan beberapa bukti
mengenai keberadaan pihak ketiga, jika konfirmasi negatif ini tidak kembali
dengan suatu petunjuk bahwa alamat yang dikirimi konfirmasi tidak diketahui.
Namun, konfirmasi negatif ang tidak kembali tidak memberikan bukti yang
jelas bahwa pihak ketiga yang dituju
menerima permintaan konfirmasi dan memverifikasi kebenaran informasi yang
dicantumkan dalam konfirmasi negatif tersebut.
Selain piutang usaha,
konfirmasi juga sering dilakukan atas piutang wesel, kas di bank, persediaan
konsinyasi, premi asuransi, sekuritas investasi, utang usaha, uang wesel,uang
muka dari pelanggan, utang hipotik, tang obligasi, dan saham yang beredar. Agar
dapat dikategorikan sebagai bukti yang andal, konfirmasi harus dikendalikan
oleh auditor,mulai dari saat konfirmasi disiapkan hingga diterima kembali.
Dokumentasi
Dokumetasi adalah pemeriksaan atau penyelidikan oleh auditor atas dokumen dan
catatan klien untuk mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji
dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, formulir permintaan pembelian, laporan
penerimaan barang, serta faktur tagihan dari pemasok merupakn dokumen yang
perlu diperiksa oleh auditor untuk memverifikasi keakuratan catatan klien
tentang transaksi pembelian barang dagang. Dokumentasi telah digunakan secara
luas sebagai bukti audit, karena jenis bukti ini biasanya tersedia dengan biaya
yang relatif murah dan kadang-kadang merupakn satu-satunya jenis bukti audit
yang layak dan tersedia. Proses pemeriksaan atau penyelidikan oleh auditor atas
dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang tersaji atau
seharusnya tersaji dalam laporan keuangan disebut sebagai vouching (pemeriksaan dokumen).
Dokumen dapat
diklasifikasi menjadi dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal
adalah dokumen yang disiapkan dan digunakan dalam organisasi klien dan disimpan
tanpa pernah disampaikan kepada pihak luar.contoh dokumen internal adalah
laporan penerimaan barang, catatan atau lembar biaya pekerjaan catatan
permintaan bahan, dan catatan jam kerja karyawan. Dokumen internal yang
disiapkan serta diproses dalam kondisi pengendalian internal yang lemah mungkin
bukan merupakan bukti audit yng dapat diandalkan. Dokumen eksternal adalah
dokumen yang berasal dari luar organisasi klien, tetapi dokumen tersebut saat
ini berada ditangan klien. Dokumen eksternal dianggap sebagai bukti yang lebih
dapat diandalkan dibanding dengan dokumen internal. Contoh dokumen eksternal
adalah faktur tagihan dari pemaksok, formulir pesanan pelanggan, sertifikat
tanah, surat perjanjia atau kontarak hutang, surat pemberitahuan pajak terhubung,
dan polis asuransi. Dokumen asli dipandang lebih dapat diandalkan dibanding
dengan dokumen yang berupa hasil fotokopi atau faks.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan
untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya tampak wajar atau rasional.
Sebagai contoh, melakukan perbandingan antara total beban gaji dn jumlah tenaga
personel bisa menunjukkan ada tidaknya pembayaran gaji yang tidak semestinya.
Contoh lainnya, auditor dapat membandingkan beban komisi dengan total penjualan
bersih untuk menguji kewajaran atas jumlah komisi yang dibayarkan.
Pada umumnya, prosedur analitis dapat digunakan untuk
tujuan:
§
Memahami industri dan bisnis klien.
Penting bagi auditor untuk memahami aspek-aspek kunci dari
bisnis klien, seperti memahami kekuatan pasar dan pesaing, serta memahami
operasi, strategi, dan sistem kinerja klien. Sebagai contoh, penurunan
presentase margin kotor tahun berjalan dibanding dengan tahun sebelumnya dappat
menunjukkan adanya peningkatan persaingan dan kebutuhan untuk mengubah
kebijakan harga jual, sistem promosi, serta kebijakan saluran distribusi
produk. Demikian juga, penambahan sejumlah besar mesin produk dapat menunjukkan
adanya investasi penting yang harus di telaah secara cermat oleh auditor. Contoh
lainnya, peningkatan yang signifikan atas saldo penyisihan piutang tak tertagih
dapat menunjukkan adanya perubahan kondisi dan operasi bisnis klien (seperti
perubahan dalam sistem atau cara pembayaran, adanya peningkatan penjualan, atau
bahkan peningkatan piutang macet).
§
Menilai kesinambungan usaha klien.
Prosedur analitis sering kali juga dapat berguna untuk
menentukan apakah perusahaan klien sedang mengalami masalah keuangan. Prosedur
analitis tertentu dapat membantu auditor dalam menilai kemungkinan terjadinya
kegagalan bisnis klien. Indikasi adanya risiko kegagalan keuangan dapat dilihat
dari tingginya jumlah kewajiban jangka panjang di banding dengan jumlah modal
(ukuran solvabilitas) dan rendah nya rasio laba bersih terhadap total aktiva
operasi (ukuran profitabilitas). Indikasi ini tidak hanya akan memengaruhi
rencana audit, tetapi juga dapat menunjukkan adanya keraguan yang substansial
mengenai kemampuan klien untuk dapat terus melanjutka kegiatan bisnisnya,
sehingga memerlukan paragraf penjelasan dalam laporan audit wajar tanpa
pengecualian.
§
Menunjukkan adanya kemungkinan salah saji.
Fluktuasi tidak biasa atau perbedaan signifikan yang tidak
diharapkan antara data keuangan tahun berjalan yang belum diaudit dan data
lainnya yang digunakan dalam perbandinga dapat menunjukkan adanya kemungkinan
salah saji. Sebagai contoh, jika perputaran persediaan (hasil bagi antara
harga pokok penjualan dan rata-rata
persediaan) selama periode berjalan mengalami peningkatan dibanding dengan
tahun sebelumnya, sementara besarnya rata-rata persediaan (persediaan awal
ditambah dengan persediaan aakhir kemudian dibagi dua) tidak mengalmi
perubahan, maka harga pokok penjualan periode berjalan yang disajikan lebih
kecil dibanding dengan tahun sebelumnya menunjukkan adanya kurang saji. Contoh
lainnya, jika total penjualan bersih
selam periode berjalan mengalami penurunan dibanding dengan tahun
sebelumnya, sementara besarnya tarif komisi tdak mengalami perubahan, maka
beban komisi periode berjalan yang disajikan lebih besar dibanding dengan tahun
sebelumnya menunjukkan adanya lebih saji.
§
Mengurang pengujian audit yang terinci.
Apabila tidak mengungkapkan adanya salah saji
akun, maka pengujian terinci dapat dikurangi terhadap akun-akun tersebut. Dalam
hal ini, prosedur audit tertentu bahkan dapat di hilangkan dan ukuran sampel
juga bisa di kurangi.
Wawancara
dengan Klien
Wawancara atau tanya jawab dengan klien
merupakan suatu upaya untuk memperoleh informasi secara lisan maupun tertulis
dari klien sebagai bentuk respons atas pertanyaan yang diajukan auuditor.
Walaupun banyak bukti yang dapat diperoleh dari klien melaui tanya jawab ini, namu
jenos bukti ini biasanya tidak dapat dianggap sebagai bukti yang meyakinkan
karena di peroleh bukan dari pihak yang independen dan mungkin berpihak pada
klien. Oleh sebab itu, apabila auditor
memperoleh bukti pendukung melalui prosedur lainnya. Sebagai contoh,
apabila auditor ingin memperoleh informasi tentang metode pendapatan dan
pengendalian atas persediaan, auditor biasanya akan memulai dengan menanyakan
klien bagaimana pengendalian iternal diterapkan, untuk selanjutnnya pengujian
audit dilakukan melalui pemeriksaan fisik, dokumenttasi, penghitungan ulang dan
observasi.
Penghitungan Ulang
Rekalkulasi melibatkan pengecekan
ulang atas sampel hitungan yang telah dilakukan oleh klien. Pengecekan ulang
ini merupakan pengujian atas keakuratan hasil perhitungan klien. Sebagai
contoh, auditor menghitung ulang besarnya beban penyusutan aktiva tetap, beban
amortisasi diskonto atau premium utang obligasi, nilai persedian akhir, harga
pokok penjualan, beban perlengkapan, dan nilai buku sekuritas invenstasi.
Observasi
Observasi
adalah penggunaan alat inden untuk menilai aktivitas klien. Sebagai contoh,
auditor dapat mengunjungi lokasi pabrik untuk memperoleh kesanumum atas
fasilitas klien, atau mengamati jalannya proses produksi, atau mengamati cara
kerja karyawan klien dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk
menentukan tingkat efiseiensi dan efektivitas. Namun
observasi seringkali kurang dapat diandalkan karena ada kemungkinan bahwa
karyawan klien akan mengubah prilakunya pada saat sednag diamati oleh auditor.
Biasanya, dihadapan auditor, karyawan klien akan melaksanakan tanggungjawabnya
sesuai dengan kebijakan perusahaan, tetapi akan kembali melakukan hal yang
biasa dilakukan setelah auditor tidak mengamatinya. Oleh sebab itu, perlu bagi
auditor untuk menindak lanjuti kesan pertama yang diperoleh dengan jenis bukti
pendukung lainnya.
D.
Dokumentasi Audit
Menurut
standar auditing,
dokumentasi audit adalah catatan utama tentang prosedur audit
yang diterapkan bukti yang di peroleh,dan kesimpulan yang dihasilkan auditor
dalam melaksanakan penugasan. Dokumentasi audit harus mencakup semua informasi
yang perlu dipertimbangkan oleh auditor untuk melakukan audit secara memadai
dan untuk mendukung laporan audit. Dokumentasi audit dapat juga di anggap
sebagai kertas kerja, meskipun akhir akhir ini semakin banyak dokumentasi audit
yang diselenggarakan dalam file
komputer.
Tujuan dokumentasi audit secara keseluruhan adalah untuk
membantu auditor dalam memberikan kepastian yang layak bahwa audit yang memadai
telah dilakukan sesuai dengan standar audit. Secara spesifik, dokumentasi audit merupakan :
§
Dasar bagi perencanaan audit berikutnya.
Dalam merencanakan audit yang akan berlangsung, penting bagi
auditor untuk mempelajari kembali dan melihat sejenak terlebih dahulu informasi
deskriptif mengenai pengendalian internal klien bersangkutan, anggaran waktu
untuk masing masing area audit,program audit (kumpulan prosedur audit),dan
hasil audit tahun sebelumnya yang telah didokumentasikandalam kertas kerja atau
dokumentasi (file) audit.
§
Catatan mengenai bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian.
Apabila sewaktu-waktu auditor diminta oleh lembaga pengadilan
atau badan berwenang lainnya untuk menunjukkan bahwa audit telah direncanakan
dengan baik dan diawasi secara memadai, bukti yang dikumpulkan telah tepat dan
mencukupi,serta laporan audit adalah tepat dengan mempertimbangkan hasil audit,
maka dengan adanya dokumentasi audit yang berisi catatan mengenai bukti yang
dikumpulkan dan hasil pengujian, auditor dapat memperlihatkannya.Dokumentasi
atau file audit harus
mengidentifikasi item item yang diuji,serta mendokumentasikan hasil temuan atau
masalah audit yang signifikan, tindakan yang diambil untuk menanganinya, dan
dasar kesimpulan yang diperoleh.
§
Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat.
File audit menyediakan sumber informasi yang
penting untuk membantu auditor dalam memutuskan apakah bukti yang tepat dan
mencukupi telah dikumpulkan guna menjustifikasi laporan audit berdasarkan
kondisi tertentu.Otomatis, berdasarkan bukti audit tersebut, data yang ada
dalam file audit juga kegunaan telah
disajikan secara wajar.
§
Dasar bagi penelaahan oleh supervisor dan partner.
Dokumentasi audit menjadi acuan utama bagi supervisor untuk
menelaah pekerjaan asisten (junior auditor).Telaah secara cermat oleh
suoervisor juga memberikan bukti bahwa audit telah diawasisebagaimana mestinya.
E. Kepemilikan, Kerahasiaan, dan Persyaratan
untuk Menyimpan Dokumentasi Audit
Dokumentasi audit yang
disiapkan selama penugasan merupakan milik auditor. Pada setiap akhir penugasan, file audit
ini akan disimpan dikantor akuntan public untuk digunakan sebagai acuan audit
dimasa penugasan berikutnya. Auditor harus
senantiasa melindungi file auditnya
setiap waktu.
Selama pelaksanaan audit,
auditor biasanya akan memperoleh sejumlah besar informasi yang bersifat rahasia
mengenai kliennya, seperti besarnya gaji
manajer dan direktur, hargga pokok produksi, rencana pengembangan bisnis, perancangan produk baru, dan rencana
kegiatan promosi. Sesuai dengan kode prilaku professional, auditor tidak boleh
mengungkapkan setiap informasi rahasia mengenai kliennya yang diperoleh selama penugasan audit kecuali dengan persetujuan klien atau diminta oleh
pengadilan. Ijin dari klien tidak diperlukan jika dokumentasi audit diminta
oleh pengadilan sebagai bukti hukum, atau digunakan sebagai bagian dari program
peer review di sini adalah hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan public lainnya.
Sarbanes Oxley Act
mensyaratkan akuntan public untuk menyiapkan dan menjaga file audit serta informasi lainnya yang berkaitan dengan setiap
laporan audit secara cukup rinci guna mendukung kesimpulan auditor, selama
periode yang tidak kurang dari tujuh tahun. Undang-undang ini menetapkan bahwa
tindakan pengrusakan atas dokumen audit yang dilakukan dengan sadar dan sengaja
dalam kurun waktu tujuh tahun tersebut dapat dituduh
berbuat kriminal dan akan dikenakan denda keuangan serta hukuman penjara maksimal
10 tahun.
E. Isi File Audit
Pada dasarnya, isi file audit dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu file permanen dan file tahun berjalan. File permanen berisi data historis
mengenai klien yang memiliki keterkaitan secara terus menerusdengan audit saat
ini.File ini dapat menjadi sumber
informasi yang penting mengenai audit dari tahun ketahun.Adapun file tahun berjalan mencakup semua
informasi dan data yang terkait secara khusus denganpenugasan audit dalam tahun
berjalan.
File permanen umumnya meliputi:
§
Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang terus
penting artinya, seperti akte pendirian perusahaan, anggaran rumah tangga,
bagan perkiraan, pedoman akuntansi, struktur organisasi, perjanjian penerbitan
obligasi, dan kontrak kontrak yang terkait dengan program pensiun, sewa
menyewa,opsi saham, kontrak tenaga kerja, dan lain sebagainya.
§
Dokumentasi pengendalian internal, seperti flowcharts, yang digunakan sebagai titik
awal untuk mendokumentasikan pemahaman auditor atas pengendalian internal, yang
dimana sistem tersebut seringkali tidak berubah dari tahun ketahun.
§
Hasil prosedur analitis tahun sebelumnya,yang berguna dalam
membantu auditor untuk memutuskan apakah ada perubahan tidak biasa dalam saldo
akun tahun berjalan yang harus diselidiki secara ekstensif.
File tahun berjalan meliputi:
§
Rencana dan program audit.
Rencana audit berisi tentang strategi yang akan dijalankan
oleh auditor dalam melakukan audit.Dokumen ini menguraikan pemahaman auditor
mengenai klien dan risiko audit potensial, yang berisi kerangka kerjadasar
tentang bagaimana sumber daya audit (jam audit yang dianggarkan) akan
dialokasikan ke berbagai bagian penugasan. Program audit berisi prosedur audit
yang akan dilakukan oleh auditor.Biasanya setiap proses bisnis dan saldo akun
memiliki program audit yang terpisah.
§
Neraca saldo periode berjalan.
Program perangkat lunak akan
memungkinkan auditor untuk mengunduh saldo akhir buku besar klien kedalam file
neraca saldo berjalan.Neraca saldo ini akan menghubungkan angka-angka yang
terdapat dalam laporan keuangan dengan kertas kerja audit.Disamping kolom nama
perkiraan, neraca saldo juga berisi kolom referensi kertas kerja, saldo akun
tahun sebelumnya, saldo akun tahun berjalan sebelum penyesuaian, dan kolom
untuk jurnal penyesuaian serta reklasifikasi.Setiap saldo akun yang ada pada
neraca saldo berjalan akan didukung oleh
lead schedule yang berisi rinciannya dan supporting schedule.
§
Jurnal penyesuaian dan reklasifikasi
Jurnal penyesuaian dibuat untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam catatan klien.Sebagai contoh,jika auditur menemukan
bahwa jenis persediaan tertentu telah dinilai secara tidak tepat,maka jurnal
penyesuaian akan diusulkan untuk memperbaiki jumlah yang salah tersebut.Jurnal
penyesuaian dibukukan baik dalan catatan klien maupun neraca saldo
berjalan.Jurnal rekalasifikasi dibuat untuk menyajikan informasi secara tepat
dalam laporan keuangan.Jurnal reklasifikasi memengaruhi akun laporan laba rugi
atau akun neraca,tetapi tidak kedua-duanya.Sebagai contoh,jurnal reklasifikasi
diperlukan untuk menyajikan besarnya bagian dari kewajiban jangka panjang yang
bersifat lanca.Jurnal reklasifikasi tidak dibukukan ke catatan klien.
§
Skedul Pendukung.
Bagian terbesar dari dokumentasi audit meliputi skedul
pendukung,yang disiapkan oleh klien atau auditor untuk mendukung jumlah
tertentu dalam laporan keuangan. Auditor harus memilih jenis skedul yang
tepat untuk setiap aspek auditit tertentu untuk mendokumentasi kecukupan audit
dan memenuhi tujuan lain dari dokumentasi audit.Sebagai contoh,total harga
perolehan aktiva tetap berikut total akumulasi penyusutannya yang ada dalam
neraca dirinci dalam skedul utama yang menunjukkan jenis aktiva tetap yang
dimiliki oleh perusahaan sehingga membentuk total aktiva tetap.Masing-masing
jenis aktiva tetap tersebut kemudian diuraikan lagi secara individu dalam skedul pendukung yang
menggambarkan harga perolehan, tahun perolehan, perhitungan penyusutan, sampai
pada nilai buku dari masing-masing jenis aktiva tetap secara individu.
hmmmmm
BalasHapusmohon maaf sebelumnya, blog ini akan jauh lebih baik jika bagian yang terdapat tulisan tidak berwarna tranparan, sehingga dapat memudahkan untuk membaca tanpa terganggu gambar back ground
BalasHapuspuyeng lianya -_-
BalasHapus