Jumat, 08 Maret 2013

Pandangan Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan Modern


A.    Pengertian Ilmu Pengetahuan
Dalam Ensiklopedia Indonesia  penegertian ilmu pengetahuan yaitu suatu sistem darii pelbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan; suatu sistemdar pelbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu.
Menurut epistemologi, setiap pengetahuan manusia adalah hasil dari kontraknya dua macam besara, yaitu;
1.      Benda atau yang diperiksa, diselidiki, dan akhirnya diketahui(objek).
2.      Manusia yang melakukan pelbagai pemeriksaan dan penyelidikan dan akhirnya mengetahui benda atau hal tadi(subjek).[1]
Pengertian Ilmu pengetahuan menurut beberapa ahli:
Mohammad Hatta Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.[2]
Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers UniversityIlmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
Jadi ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tetentu yang merupakan kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab kejadian tersebut.
B. Pandangan Islam terhadap Ilmu pengetahuan Modern
Tolak ukur era modern ini adalah sains dan teknologi. Sains dan teknologi mengalami perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan manusia. Dalam setiap waktu para ahli dan ilmuwan terus mengkaji dan meneliti sains dan teknologi sebagai penemuan yang paling canggih dan modern. Keduanya sudah menjadi simbol kemajuan dan kemodernan pada abad ini. Oleh karena itu, apabila ada suatu bangsa atau negara yang tidak mengikuti perkembangan sains dan teknologi, maka bangsa atau negara itu dapat dikatakan negara yang tidak maju dan terbelakang.
Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini, dianugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.[3]
Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Isra:1-5)
Peradaban Islam pernah memiliki khazanah ilmu yang sangat luas dan menghasilkan para ilmuwan yang begitu luar biasa. Ilmuwan-ilmuwan ini ternyata jika kita baca, mempunyai keahlian dalam berbagai bidang. Sebut saja Ibnu Sina. Dalam umurnya yang sangat muda, dia telah berhasil menguasai berbagai ilmu kedokteran. Mognum opusnya al-Qanun fi al-Thib menjadi sumber rujukan utama di berbagai Universitas Barat.
Selain Ibnu Sina, al-Ghazali juga bisa dibilang ilmuwan yang representatif untuk kita sebut di sini. Dia teolog, filosof, dan sufi. Selain itu, dia juga terkenal sebagai orang yang menganjurkan ijtihad kepada orang yang mampu melakukan itu. Dia juga ahli fiqih. Al-Mushtasfa adalah bukti keahliannya dalam bidang ushul fiqih. Tidak hanya itu, al-Ghazali juga ternyata mempunyai paradigma yang begitu modern. Dia pernah mempunyai proyek untuk menggabungkan, tidak mendikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Baginya, kedua jenis ilmu tersebut sama-sama wajib dipelajari oleh umat Islam.
Adapun kondisi umat Islam sekarang yang mengalami kemunduran dalam bidang sains dan teknologi adalah disebabkan oleh berbagai hal. Sains Islam mulai terlihat kemunduran yang signifikan adalah selepas tahun 1800 disebabkan faktor eksternal seperti pengaruh penjajahan yang dengan sengaja menghancurkan sistem ekonomi lokal yang menyokong kegiatan sains dan industri lokal. Contohnya seperti apa yang terjadi di Bengali, India, saat sistem kerajinan industri dan kerajinan lokal dihancurkan demi mensukseskan “revolusi industri” di Inggris.
Sains dan teknologi adalah simbol kemodernan. Akan tetapi, tidak hanya karena modern, kemudian kita mengabaikan agama sebagaimana yang terjadi di Barat dengan ideologi sekularisme. Karena sains dan teknologi tidak akan pernah bertentangan dengan ajaran Islam yang relevan di setiap zaman.
Sejarah Islam penuh dengan contoh-contoh kecerdikan ilmiah dan budaya. Muslim mewarisi pengetahuan bangsa-bangsa yang datang sebelum mereka, dikembangkan dan ditempatkan dalam konteks kerangka moral yang tepat. beasiswa Muslim membuat sumbangan vital untuk pengayaan dan kemajuan peradaban manusia.
Sementara Eropa masih dalam zaman kegelapan, umat Islam sedang membuat kemajuan besar di bidang kedokteran, matematika, fisika, astronomi, geografi, arsitektur, sastra, dan dokumentasi sejarah untuk menyebutkan tapi beberapa. Banyak prosedur baru yang penting yang dikirim ke Eropa abad pertengahan dari daerah Muslim, seperti angka Arab dengan prinsip dari nol penting untuk kemajuan matematika dan penggunaan aljabar. instrumen canggih, termasuk astrolabe dan kuadran serta peta navigasi yang baik, pertama kali dikembangkan oleh umat Islam. Hanya setelah orang kehilangan pandangan keyakinan agama mereka dan kewajiban melakukan prestasi ilmiah dari dunia Islam berhenti dan jatuh ke dalam ketidakjelasan.[4]
Di dunia Islam, ilmu pengetahuan modern mulai menjadi tantangan nyata sejak akhir abad ke-18, terutama sejak Napoleon menduduki Mesir pada 1798 dan makin meningkat setelah sebagian besar dunia Islam menjadi wilayah jajahan atau pengaruh Eropa. Serangkaian peristiwa kekalahan berjalan hingga mencapai puncaknya dengan jatuhnya Dinasti Usmani di Turki. Proses ini terutama disebabkan oleh kemajuan teknologi militer Barat.
Ketika sains dan teknologi Muslim tertinggal dari Eropa dan berusaha mengejar ketertinggalan itu maka timbulah dua sikap, yaitu merumuskan sikap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi peradaban Barat modern, serta sikap terhadap tradisi Islam. Kedua unsur ini masih mewarnai pemikiran Muslim hingga kini.
Saat ini sains teknologi telah dikuasai dunia Barat yang jelas-jelas ingin menghancurkan umat Islam, seperti yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina. Karena teknologi yang tidak dilandasi dengan akhlakul kharimah akan menjadi penghancur dan merusak bumi. Padahal Islam sejak turunnya kitab suci Al Qur’an dan diutusnya Nabi Muhammad saw. sebagai Rasulullah. Menunjukkan bahwa teknologi yang terkandung di dalam kitab suci Al-Qur’an akan membawa rahmat bagi segenap umat di muka bumi ini.
Contoh lainnya, kemajuan dalam dunia farmasi. Banyak obat-obatan disalahgunakan seperti narkoba, yang dilakukan oleh orang-orang tak bertanggung jawab untuk menghancurkan generasi muda. Begitu juga melalui media-media dengan memasukan unsur-unsur pornografi dan pornoaksi yang mencoba menghancurkan akhlak dan menyebarkan kemaksiatan di muka bumi.
A.    IPTEK dalam Islam
 Sudah terlalu banyak krisis sains modern akibat dari adanya sekulerisasi antara agama dan ilmu pengetahuan. Banyak pandangan bahwa Agama, ilmu dan seni terpisah, sehingga satu sama lain tidak saling menopang. Ilmu tidak memiliki kendali moral, baik dalam kegunaan maupun ruang lingkup pengkajian. Padahal semestinya, ilmu didasarkan pada agama (Islam) dan digunakan berdasarkan syariah untuk kebaikan manusia dan alam semesta.
Untuk itu, diperlukan Islamisasi dalam menyikapi berbagai ilmu pengetahuan baru yang masuk. Hal ini bertujuan untuk :
1. Penguasaan disiplin ilmu modern.
2. Penguasaan warisan Islam.
3. Penentuan relevansi khusus Islam bagi setiap bidang pengetahuan modern.
4. Pencarian cara-cara untuk menciptakan perpaduan kreatif antara warisan Islam dan pengetahuan modern (melalui survey masalah umat Islam dan umat manusia seluruhnya).
5. Pengarahan pemikiran Islam ke jalan yang menuntunnya menuju pemenuhan pola Ilahiyah dari Allah.
6. Realisasi praktis islamisasi pengetahuan melalui: penulisan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka Islam dan menyebarkan pengetahuan Islam.
 7. Kepentingan aqidah, bahwa aqidah Islam adalah dasar ilmu pengetahuan, pengkajian dan aplikasi keilmuan.
8. Kepentingan kemanusiaan, bahwa aktivitas keilmuan yang didasarkan dan dikontrol iman akan mewujudkan manusia seutuhnya sesuai dengan hakikat penciptaannya.
9. Kepentingan peradaban, bahwa kehidupan dengan sistem Islam, dan segala aktivitasnya yang berjalan dalam koridor aturan Allah SWT secara konsisten akan membawa manusia pada peradaban yang agung.
10.Kepentingan ilmiah, bahwa segala aktivitas keilmuan selalu dapat dipertanggungjawabkan secara horisontal (dan tentu saja secara transendental ke hadirat Allah SWT).

Ada 10 konsep Islam yang diharapkan dapat dipakai dalam meneliti sains modern dalam rangka membentuk cita-cita Muslim. Kesepuluh konsep ini adalah:
Paradigma Dasar:
1.      tauhid : meyakini hanya ada 1 Tuhan, dan kebenaran itu dari-Nya.
2.       khalifah : kami berada di bumi sebagai wakil Allah — segalanya sesuai keinginan-Nya.
3.       ibadah (pemujaan) : keseluruhan hidup manusia harus selaras dengan ridha Allah, tidak serupa kaum Syu’aib yang memelopori akar sekularisme: “Apa hubungan sholat dan berat timbangan (dalam dagang)”.
Sarana:
4.       islam : tidak menghentikan pencarian ilmu untuk hal-hal yang bersifat material, tapi juga metafisme, semisal diuraikan Yusuf Qardhawi dalam “Sunnah dan Ilmu Pengetahuan”.
Penuntun:
5.       halal (diizinkan).
6.       adil (keadilan) : semua sains bisa berpijak pada nilai ini: janganlah kebencian kamu terhadap suatu kaum membuat-mu berlaku tidak adil. (Q.S. Al-Maidah 5 : 8). Keadilan yang menebarkan rahmatan lil alamin, termasuk kepada hewan, misalnya: menajamkan pisau sembelihan.
7.       istishlah (kepentingan umum).
Pembatas :
8.      haram (dilarang).
9.      zhulm (melampaui batas).
10.   dziya’ (pemborosan) : “Janganlah boros, meskipun berwudhu dengan air laut”.

            Kesepuluh konsep tersebut harus kita pegang teguh dan wajib kita yakini, agar umat Islam mempunyai karakteristik IPTEKnya sendiri, dan tidak hanya mengikuti apa yang sudah ada, namun juga harus disertai pedoman- pedoman yang bersumber dari ajaran Islam, agar ilmu yang kita dapatkan dari sains modern semakin bermanfaat. Memang pada akhirnya tidak harus setiap ilmu pengetahuan bersumber dari Aqidah Islam. Karena memang tidak semua ilmu pengetahuan berpangkal dari aqidah Islam. Tapi, setiap ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan keimanan dan hukum (tsaqafah) haruslah bersumber dari aqidah Islam. Selain itu, meletakkan aqidah Islam sebagai dasar dari ilmu pengetahuan juga dimaksudkan agar aqidah Islam dijadikan sebagai standar penilaian strategis. Artinya, gagasan apapun yang bertentangan dengan aqidah Islam tidak boleh diambil apalagi diyakini.


[1] Lihat Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Karya Drs.Burhanuddin Salam.M.M
[3] http://mustikasilvia.wordpress.com/sains-dan-teknologi-dalam-pandangan-islam/

[4] http://www.gainpeace.com/index.php?option=com_content&view=article&id=108:what-is-islams-view-about-education-science-and-technology&catid=54catid=54&Itemid=108

Tidak ada komentar:

Posting Komentar