Sabtu, 06 Juli 2013

Bukti dan Dokumentasi Audit

PEMBAHASAN[1]


[1] Hery, Auditing I : Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi, (Kencana Perdana Media Grup, Jakarta : 2011) h.51-69
A.               Sifat dan Keputusan Bukti Audit
Bukti audit merupakan informasi yang akan digunakan oleh auditor untuk menentukan kesesuaian antara yang diaudit dan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Bukti audit dapat berupa informasi yang sangat persuasif (sangat meyakinkan) maupun informasi yang kurang persuasif (kurang meyakinkan). Contoh bukti audit yang sangat persuasif adalah hasil perhitungan ulang oleh auditor atas besarnya amortisasi premium atau diskonto utang obligasi. Adapun contoh bukti audit yang kurang persuasif adalah hasil tanya jawab dengan karyawan klien. Jadi sifat bukti audit dapat sangat bervariasi sesuai dengan kemampuannya dalam meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Keputusan penting yang dihadapi oleh auditor dalam menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat adalah meliputi penentuan prosedur audit, ukuran sampel, metode pemilihan sampel, dan penetapan waktu.
Prosedur audit adalah rincian instruksi yang menjelaskan bukti audit yang harus diperoleh selama audit berlangsung. Sebagai contoh, prosedur audit untuk memverifikasi pembelian barang dagang adalah memeriksa jurnal pembelian dan membandingkannya dengan jumlah yang tertera dalam formulir permintaan pembelian, laporan penerimaan barang, serta faktur tagihan. Setelah prosedur audit ditetapkan, auditor menentukan ukuran sampel. Sebagai contoh, auditor dapat memilih ukuran sampel sebanyak 35 dari 300 faktur tagihan untuk dibandingkan dengan jurnal pembelian. Ukuran sampel untuk setiap prosedur mungkin akan berbeda antara audit yang satu dengan audit yang lainnya. Setelah ukuran sampel untuk suatu prosedur audit ditentukan, auditor harus memutuskan metode pemilihan sampel. Dalam contoh ini, auditor dapat memilih 35 invoice pertama, atau 35 invoice dengan nilai terbesar, atau 35 invoice secara acak, atau 35 invoice yang menurut auditor paling mungkin mengandung salah saji, atau bisa juga menggunakan kombinasi dari berbagai metode tersebut. Keputusan penetapan waktu berkaitan dengan penentuan atau pemilihan tanggal sampel. Sebagai contoh, auditor memutuskan untuk memeriksa secara acak sampel jurnal pembelian barang dagang yang terjadi untuk satu tahun penuh dalam periode laporan keuangan yang diaudit.

B.   Tingkat Keyakinan (Persuasivitas) Bukti  Audit
Sesuai dengan standar pekerjaan lapangan yang ketiga, auditor harus memperoleh cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan keuangan yang diaudit. Ada dua penentu tingkat keyakinan bukti audit , yaitu ketepatan bukti dan kecukupan bukti.
Ketepatan bukti
Bukti dikatakan tepat apabila memenuhi karakteristik relevansi (kecocokan) dan relialibitas (keandalan). Bukti yang dianggap sangat tepat akan sangat membantu dalam meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Ketepatan bukti hanya terkait dengan prosedur audit yang dipilih dan penetapan waktu, serta tidak dapat diperbaiki dengan menambah ukuran sampel atau mengubah metode pemilihan sampel. Ketetapan hanya dapat diciptakan melalui pemilihan prosedur audit yang lebin relevan dan dapat diandalkan.
Sehubungan dengan relevansi bukti, bukti audit dikatakn tepat jika berkaitan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor. Sebagai contoh, prosedur audit  yang relevan untuk mengidentifikasi  pengiriman atau penjualan barang yang belum ditagih adalah dengan menelusuri laporan pengiriman barang ke faktur penjualan, bukan sebaliknya. Menelusuri faktur penjualan kelaporan pengiram barang merupakan prosedur audit yang relevan untuk menguji tujuan audit khusus: apakah transaksi penjualan yang dicatat benar-benar untuk pengiriman barang yang dilakukan kepada pelanggan non fiktif relevansi hanya dapat dipertimbangkan dalam tujuan audit khusus, karna bukti audit mungkin relevan untuk tujuan audit yang satu tetapi tidak relevan untuk tujuan audit yang lain.
Sehubungan dengan reliabilitas bukti, bukti audit dikatakan tepat jika dapat diandalkan , dapat dipercaya, atau layak dipercaya. Sama seperti relevansi , bukti dianggap dapat diandalkan jika bukti tersebut  sangat membantu  dalam meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Sebagai contoh,prosedur audit yang dapat diandalkan untuk menguji eksistensi (keberadaan) saldo kas kecil dan saldo persediaan barang dagang pada tanggal neraca adalah dengan melakukan pemeriksaan fisik , yaitu masing-masing  cash opname dan stock opname. Contoh lainnya, hasil konfirmasi secara tertulis dari bank merupakan bukti audit yang dapat diandalkan untuk menguji  keberadaan saldo kas dibank.
Secara umum, keandalan  bukti audit sangat tergantung pada:
·         Indenpenden penyediaan bukti
Bukti yang diperoleh dari pihak ketiga atau pihak yang berada diluar klien (bukti eksternal) tentu saja lebih dapat diandalkan dibanding dengan bukti  yang berasal dari atau yang dibuat  oleh klien sendiri (bukti internal) . contoh bukti eksternal adalah  hasil komunikasi dengan pihak bank ,advokat, atau pelanggan, faktur tagihan dari pemasok,sekuritas, investasi yang diterbitkan oleh  perusahaan lain, dan sertifikat deposito bank,adapun contoh bukti internal adalah formulir permintaan pembeli dan laporan penerimaan barang.
·         Efektivitas pengendalian internal klien.
Bukti audit akan menjadi lebih dapat diandalkan jika pegendalian internal diterapkan secara efektif oleh klien. Sebagai contoh, jika pengendalian internal atas pembayaran kas kecilditerapkan secara efektif, maka bukti audit yang dapat dindalkan dapat diperoleh dari formulir penerimaan kas kecil (petty cash receipt atau petty cash voucher) yang bernomor urut tercetak  dan ditandatangani oleh karyawan yang membayrkan/menangani kas kecil maupun oleh pihak yang menerima pembayaran kas kecil.
·         Perolehan secara langsung oleh auditor
Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor melalui pemeriksa fisik,pengamatan,penghitungan ulang,dan inspeksi  akan lebih dpat diandalkan dibanding dengan bukti audit yang diperoleh  secara tidak langsung . sebagai contoh adalah bukti audit  yang diperoleh  dari hasil cash opname,stock opname, penghitungan ulang oleh auditor atas beban penyusutan  aktiva tetap ,dan pengamatan atau observasi langsung atas proses produksi klien.
·         Kualifikasi penyediaan informasi dan juga auditor
Meskipun  penyediaan informasi adalah pihak yang indenpenden namun bukti audit akan menjadi tidak dapat diandalkan jika penyediaan informasi ini tidak memilliki pemahaman mengenai arti pentingnya bukti tersebut. Sebagaai contoh,hasil komunikasi dengan advokat dan bank pada umumnya akan lebih layak dipercaya (secara prpfesional) dibanding dengan hasil konfirmasi piutang dari pelanggan,khususnya untuk pelanggan yang tidak memahami maksud dan tujuan dari dilakukannya komunikasi atau konfirmasi tersebut. Selain itu, bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor juga akan menjadi tidak dapat diandalkan jika auditor tersebut tidak atau kurang memiliki pengetahuan (kecakapan) untuk mengevaluasi bukti terkait,sebagai contoh,audit atas persediaan batu bara oleh auditor yang tidak terlatih untuk membedakan jenis kualitas kalori batu bara bukanlah merupakan bukti audit yang dapat diandalkan bagi tujuan klasifikasi.
·         Objektivitas
Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti yang memerlukan pertimbangan tertentu. Contoh bukti yang bersifat  objektif adalah  hasil konfirmasi atas piutang usaha dan kas di bank,pemeriksaan fisik  atas saldo kas kecil,persediaan, dan aktiva tetap  berwujud,serta bukti pembelian perlengkapan dan peralatan. Adapun contoh bukti yang bersifat  subjektif (melibatkan justifikasi dan pertimbangantertentu dari manajemen) adalah hasil tanya jawab  dengan manajer  akuntansi mengenai besarnya estimasi atas nilai residu dari beberapa aktiva tetap tertentu dan estimasi atas besarnya pencadangan piutang tak tertagih.
·         Ketepatan waktu
Ketepatan waktu bukti audit  berkaitan dengan kapan   bukti ini dikumpulkan serta bagaimana  menentukan tanggal sampel. Untuk akun-akun neraca, ketepatan waktu bukti audit berkaitan dengan kapan  bukti ini dikumpulkan, sedangkan untuk akun-akun laporan laba rugi, ketepatan waktu bukti audit berkaitan dengan pemilihan tanggal smapel atau penentuan bagian periode yang akan diaudit.sebagai contoh,penghitungan oleh auditor atas posisi kas pada tanggal neraca  akan lebih dapat diandalkan dibanding dengan jika penghitungan jika penghitungan dilakukan pada dua bulan sebelumnya. adapun untuk akun laporan laba rugi , bukti yang diperoleh akan lebih dapat diandalkan jika sampel diambil  dari keseluruhan periode  yang diaudit.contohnya adalah memeriksa secara acak sampel jurnal pemberian barang dagang  yang terjadi untuk satu tahun penuh dalam periode laporan keuangan yang diaudit ,bukan hanya dari sebagian  periode saja (misalkan sampel yang terbatas  hanya ntuk kwartal terakhir).

Kecukupan bukti
Kuantitas bukti yang dikumpulkan akan menentukan kecukupannya. Kecukupan bukti diukur  dari ukuran sampel yang dipilih auditor. Untuk prosedur audit tertentu.bukti yang diperoleh dari  sampel sebanyak 100 pada umumnya lebih mencukupi di banding dengan dari sampel sebanyak 35. Selain ukuran sampel ,metode pemilihan sampel juga akan menentukan kecukupan bukti audit.sampel yang terdiri dari item-item populasi dengan nilai  moneter  yang besar pada umumnya dianggap sudah mencukupi  terutama apabila  item-item ini  merupakan bagian  terbesar dari jumlah total populasi.

C.   Jenis Bukti Audit
Dalam memutuskan prosedur  audit mana yang akan digunakan,auditor dapat memilihnya dari delapan jenis bukti audit berikut:

Pemeriksa fisik
Jenis bukti ini paling sering dilakukan atas saldo kas kecil dan persediaan, tetapi juga dapat diterapkan untuk mrmverifikasi sertifikat deposito, sekuritas investasi,wesel tagih,dan aktiva tetap berwujud.pemeriksaan fisik merupakan cara langsung untuk memverivikasi apakah suatu aktiva yang ada tersebut telah dicatat (tujuan kelengkapan). Pada umumnya, pemeriksaan  fisik adalah cara yang objektif  untuk mengetahui  kuantitas maupun deskripsi aktiva. Dalam beberapa kasus ,pemeriksaan fisik juga berguna untuk  megevaluasi kondisi atau kualitas aktiva. Akan tetapi, pemeriksaan fisik bukanlah merupakan bukti  yang mencukupi untuk memverifikasi bahwa aktiva yang ada memang merupakan milik klien (tujuan hak dan kewajiban) .sebagai contoh adalah bahwa untuk barang konsinyasi yang dititipkan kepada pihak lain tentu saja tidak dapat diuji lewat pemeriksaan fisik, melainkan melalui prosedur konfirmasi,selain itu, penilaian   dan alokasinyang tepat untuk tujuan pelaporan keuangan juga tidak dapat diuji oleh pemeriksa fisik (tujuan keakuratan).

Konfirmasi
Konfirmasi adalah proses untuk mendapatkan respons (tertulis atau lisan)  dari pihak ketiga  sebagai jawaban atas suatu permintaan  informasi tentang  unsur tertentu yang berkaitan dengan  asersi manajemen dan tujuan audit.biasanya,auditor lebih memilih  konfirmasi tertulis dibanding konfirmasi lisan karna konfirmasi tertulis lebih mudah di-review oleh supervisor audit dan memberikan dukungan keandalan . pada umunya, konfirmasi relatif mahal dan dapat menimbulkan  beberapa ketidaknyamanan bagi pihak -pihak yang diminta untuk menyediakan  konfirmasi ini.
Proses konfirmasi mencangkup:
a.       Pemilihan unsur yang akan dimintakan konfirmasi
b.      Perancangan atas isi permintaan konfirmasi
c.       Pengkomunikasian permintaan konfirnasi  kepada pihak ketiga  yang bersangkutan
d.      Perolehan jawaban dari pihak ketiga ,dan
e.       Penilaian terhadap informasi atau tidak adanya informasi yang disediankan oleh pihak ketiga  mengenai tujuan audit,termasuk keandalan informasi ini.konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga mengenai asersi laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen . bukti audit yang diperoleh dari sumber indenpenden  diluar erusahaan klien pada umumnya memberikan keyakinan yang lebih besar,karena lebih dapat diandalkan untuk tujuan audit indenpenden dibandingkan dengan bukti audit yang berasal dari dalam perusahaan klien tersebut.
Auditor harus menetapkan apakah bukti yang diperoleh dari konfirmasi dapat mengurangi resiko audit. Dalam menetapkan ini, auditor harus mempertimbangkan materialitas  saldo akun dan risiko pengendalianya. Jika auditor berkesimpulan bahwa bukti yang diperoleh dari konfirmasi ternyata tidak memadai , prosedur tambahan harus dilaksanakan. Sebagai contoh, untuk mencapai risiko audit pada tingkat yang cukup rendah , yang bersangkutan dengan asersi eksistensi dan kelengkapan  piutang usaha ,auditor dapat melaksanakan pengujian pisah batas penjualan sebagai tambahan terhadap konfirmasi piutang usaha.
Permintaan konfirmasi, jika dirancang secara memadai oleh auditor, dapat ditujukan untuk satu atau lebih asersi. Namun, konfirmasi tidak ditujukan untuk semua asersi secara bersama-sama. Sebagai contoh, konfirmasi atas barang konsinyasi kepada perusahaan yang dititipkan (consignee) merupakan cara yang lebih efektif untuk membuktikan asersi eksistensi serta hak dan kewajiban dibandingkan dengan untuk asersi penilaian dan alokasi. Konfirmasi atas piutang usaha kemungkinan akan lebih efektif untuk membuktikan asersi eksistensi dibandingkan dengan untuk asersi kelengkapan serta penilaian dan alokasi. Oleh sebab itu, apabila konfirmasi tidak mencukupi untuk memperoleh bukti, maka auditor harus mempertimbangkan prosedur audit lain untuk melengkapi atau menggantikan prosedur konfirmasi.
Auditor harus menerapkan skeptisisme profesional pada tingkat memedai selama proses konfimasi. Skeptisisme profesional ini sangat di perlukan dalam merancang, melaksanakan, dan menilai hasil konfirmasi. Permintaan konfirmasi harus dirancang sesuai dengan tujuan audit tertentu. Jadi, pada waktu merancang permintaan konfirmasi, auditor harus mempertimbangkan asersi yang akan diuji dan faktor-faktor yang kemungkinan berdampak terhadap keandalan konfirmasi. Faktor-faktor seperti bentuk permintaan konfirmasi, pengalaman audit sebelumnya, sifat informasi yang di konfirmasi, dan responden yang dituju dapat memengaruhi rancangan permintaan konfirmasi karena faktor-faktor tersebut mempunyuai dampak langsung terhadap keandalan bukti yang diperoleh melalui prosedur konfirmasi.
            Ada dua bentuk permintaan konfirmasi yang umum, yaitu bentuk positif dan negatif. Konfirmasi positif meminta si penerima untuk memberikan respons dalam semua situasi. Beberapa konfirmasi bentuk positif meminta responden untuk menanggapinya apakah ia setuju atau tidak setuju dengan konfirmasi yang dicantumkan dalam surat permintaan konfirmasi. Bentuk konfirmasi positif lainnya tidak menyebutkan jumlah (atau informasi lain) pada surat permintaan konfirmasi, tetapi meminta responden untuk mengisi saldo atau informasi lain pada ruang kosong yang disediakan dalam formulir permintaan konfirmasi. Apabila auditor tidak menerima respons atas konfirmasi positif, biasanya auditor akan mengirimkan permintaan kedua, ketiga, dan dalam beberapa kasus bahkan meminta klien untuk menghubungi pihak ketiga yang independen dan memintanya untuk memberikan respon segera kepada auditor. Jika upaya ini tetap gagal atau dianggap terlalu mahal, auditor akan melaksanakan prosedur alternatif.
            Bentuk konfirmasi positif menyediakan bukti hanya jika jawaban diterima oleh auditor dari penerima permintaan konfirmasi. Permintaan konfirmasi yang tidak dijawab tidak memberikan bukti audit mengenai asersi laporan keuangan yang dituju oleh prosedur konfirmasi.karena terdapat resiko bahwa penerima konfirmasi positif kemungkiunan hanya menandatangani dan mengembalikan konfirmasi tanpa melakukan vertifikasi atas kebenaran informasi ini,formulir yang berisi ruangan kosong dapat digunakanuntuk mengurangi resiko ini. Jadi pengunaan konfirmasi dengan ruang kosong yang harus diisi oleh responden dapat memberikan tingkat keyakinan yang lebih besar mengenai informasi yang dikonfirmasi. Namun, konfirmasi yang berisi ruangan kosong yang harus diisi oleh responden dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah jawaban konfirmasi yang diterima oleh auditor karena diperlukan usaha tambahan dari pihak penerima permintaan konfirmasi, sebagai akibatnya, auditor kemungkinan harus melaksanakan lebih banyak prosedur alternatif.
            Bentuk konfirmasi negatif meminta penerima konfirmasi untuk memberikan jawabn hanya jika ia tidak setuju dengan konfirmasi yang disebutkan dalam surat permintaan konfirmasi, dan tidak ada pengujian tambahan yang dilakukan apabila respons tidak diterima. Akibatnya, konfirmasi negatif memberikan bukti yang kurang dapat diandalkan dibanding dengan konfirmasi positif. Permintaan konfirmasi negatif digunakan jika gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian adalah rendah, terdapat banyak saldo yang jumlahnya kecil-kecil, dan auditor tidak yakin bahwa penerima permintaan konfirmasi akan mempertimbangkan pemintaan tersebut. Permintaan konfirmasi negatif dapat menghasilkan jawaban yang menunjukkan adanya salah saji, dan kemungkinan besar akan terjadi jika auditor mengirim permintaan konfirmasi negatif  dalam jumlah yang banyak dan tersebar secara luas. Auditor harus menyelidiki informasi relevan yang dihasilkan dari konfirmasi negatif untuk menentuukan kemungkinan dampk informasitersebut terhadap audit yang dilakukannya. Jika penyelidikan auditor terhadap jawaban permintaan konfirmasi negatif menunjukkan suatu pola salah saji, auditor harus mempertimbangkan gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian serta mempertimbangkan dampaknya terhadap prosedur audit yang telah direncanakan. Konfirmasi negatif yang dikembalikan dapat memberikan bukti mengenai asersi laporan keuangan, sedangkan konfirmasi negatif yang tidak kembali jarang memberikan bukti signifikan tentang asersi laporan keuangan (selain asersi keberadaan). Sebagai contoh, konfirmasi negatif dapat memberikan beberapa bukti mengenai keberadaan pihak ketiga, jika konfirmasi negatif ini tidak kembali dengan suatu petunjuk bahwa alamat yang dikirimi konfirmasi tidak diketahui. Namun, konfirmasi negatif ang tidak kembali tidak memberikan bukti yang jelas  bahwa pihak ketiga yang dituju menerima permintaan konfirmasi dan memverifikasi kebenaran informasi yang dicantumkan dalam konfirmasi negatif tersebut.
            Selain piutang usaha, konfirmasi juga sering dilakukan atas piutang wesel, kas di bank, persediaan konsinyasi, premi asuransi, sekuritas investasi, utang usaha, uang wesel,uang muka dari pelanggan, utang hipotik, tang obligasi, dan saham yang beredar. Agar dapat dikategorikan sebagai bukti yang andal, konfirmasi harus dikendalikan oleh auditor,mulai dari saat konfirmasi disiapkan hingga diterima kembali.
Dokumentasi
            Dokumetasi adalah pemeriksaan atau  penyelidikan oleh auditor atas dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, formulir permintaan pembelian, laporan penerimaan barang, serta faktur tagihan dari pemasok merupakn dokumen yang perlu diperiksa oleh auditor untuk memverifikasi keakuratan catatan klien tentang transaksi pembelian barang dagang. Dokumentasi telah digunakan secara luas sebagai bukti audit, karena jenis bukti ini biasanya tersedia dengan biaya yang relatif murah dan kadang-kadang merupakn satu-satunya jenis bukti audit yang layak dan tersedia. Proses pemeriksaan atau penyelidikan oleh auditor atas dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan disebut sebagai vouching (pemeriksaan dokumen).
            Dokumen dapat diklasifikasi menjadi dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal adalah dokumen yang disiapkan dan digunakan dalam organisasi klien dan disimpan tanpa pernah disampaikan kepada pihak luar.contoh dokumen internal adalah laporan penerimaan barang, catatan atau lembar biaya pekerjaan catatan permintaan bahan, dan catatan jam kerja karyawan. Dokumen internal yang disiapkan serta diproses dalam kondisi pengendalian internal yang lemah mungkin bukan merupakan bukti audit yng dapat diandalkan. Dokumen eksternal adalah dokumen yang berasal dari luar organisasi klien, tetapi dokumen tersebut saat ini berada ditangan klien. Dokumen eksternal dianggap sebagai bukti yang lebih dapat diandalkan dibanding dengan dokumen internal. Contoh dokumen eksternal adalah faktur tagihan dari pemaksok, formulir pesanan pelanggan, sertifikat tanah, surat perjanjia atau kontarak hutang, surat pemberitahuan pajak terhubung, dan polis asuransi. Dokumen asli dipandang lebih dapat diandalkan dibanding dengan dokumen yang berupa hasil fotokopi atau faks.

Prosedur Analitis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya tampak wajar atau rasional. Sebagai contoh, melakukan perbandingan antara total beban gaji dn jumlah tenaga personel bisa menunjukkan ada tidaknya pembayaran gaji yang tidak semestinya. Contoh lainnya, auditor dapat membandingkan beban komisi dengan total penjualan bersih untuk menguji kewajaran atas jumlah komisi yang dibayarkan.
Pada umumnya, prosedur analitis dapat digunakan untuk tujuan:
§  Memahami industri dan bisnis klien.
Penting bagi auditor untuk memahami aspek-aspek kunci dari bisnis klien, seperti memahami kekuatan pasar dan pesaing, serta memahami operasi, strategi, dan sistem kinerja klien. Sebagai contoh, penurunan presentase margin kotor tahun berjalan dibanding dengan tahun sebelumnya dappat menunjukkan adanya peningkatan persaingan dan kebutuhan untuk mengubah kebijakan harga jual, sistem promosi, serta kebijakan saluran distribusi produk. Demikian juga, penambahan sejumlah besar mesin produk dapat menunjukkan adanya investasi penting yang harus di telaah secara cermat oleh auditor. Contoh lainnya, peningkatan yang signifikan atas saldo penyisihan piutang tak tertagih dapat menunjukkan adanya perubahan kondisi dan operasi bisnis klien (seperti perubahan dalam sistem atau cara pembayaran, adanya peningkatan penjualan, atau bahkan peningkatan piutang macet).
§  Menilai kesinambungan usaha klien.
Prosedur analitis sering kali juga dapat berguna untuk menentukan apakah perusahaan klien sedang mengalami masalah keuangan. Prosedur analitis tertentu dapat membantu auditor dalam menilai kemungkinan terjadinya kegagalan bisnis klien. Indikasi adanya risiko kegagalan keuangan dapat dilihat dari tingginya jumlah kewajiban jangka panjang di banding dengan jumlah modal (ukuran solvabilitas) dan rendah nya rasio laba bersih terhadap total aktiva operasi (ukuran profitabilitas). Indikasi ini tidak hanya akan memengaruhi rencana audit, tetapi juga dapat menunjukkan adanya keraguan yang substansial mengenai kemampuan klien untuk dapat terus melanjutka kegiatan bisnisnya, sehingga memerlukan paragraf penjelasan dalam laporan audit wajar tanpa pengecualian.
§  Menunjukkan adanya kemungkinan salah saji.
Fluktuasi tidak biasa atau perbedaan signifikan yang tidak diharapkan antara data keuangan tahun berjalan yang belum diaudit dan data lainnya yang digunakan dalam perbandinga dapat menunjukkan adanya kemungkinan salah saji. Sebagai contoh, jika perputaran persediaan (hasil bagi antara harga  pokok penjualan dan rata-rata persediaan) selama periode berjalan mengalami peningkatan dibanding dengan tahun sebelumnya, sementara besarnya rata-rata persediaan (persediaan awal ditambah dengan persediaan aakhir kemudian dibagi dua) tidak mengalmi perubahan, maka harga pokok penjualan periode berjalan yang disajikan lebih kecil dibanding dengan tahun sebelumnya menunjukkan adanya kurang saji. Contoh lainnya, jika total penjualan bersih  selam periode berjalan mengalami penurunan dibanding dengan tahun sebelumnya, sementara besarnya tarif komisi tdak mengalami perubahan, maka beban komisi periode berjalan yang disajikan lebih besar dibanding dengan tahun sebelumnya menunjukkan adanya lebih saji.
§  Mengurang pengujian audit yang terinci.
Apabila tidak mengungkapkan adanya salah saji akun, maka pengujian terinci dapat dikurangi terhadap akun-akun tersebut. Dalam hal ini, prosedur audit tertentu bahkan dapat di hilangkan dan ukuran sampel juga bisa di kurangi.

Wawancara dengan Klien
Wawancara atau tanya jawab dengan klien merupakan suatu upaya untuk memperoleh informasi secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai bentuk respons atas pertanyaan yang diajukan auuditor. Walaupun banyak bukti yang dapat diperoleh dari klien melaui tanya jawab ini, namu jenos bukti ini biasanya tidak dapat dianggap sebagai bukti yang meyakinkan karena di peroleh bukan dari pihak yang independen dan mungkin berpihak pada klien. Oleh sebab itu, apabila auditor  memperoleh bukti pendukung melalui prosedur lainnya. Sebagai contoh, apabila auditor ingin memperoleh informasi tentang metode pendapatan dan pengendalian atas persediaan, auditor biasanya akan memulai dengan menanyakan klien bagaimana pengendalian iternal diterapkan, untuk selanjutnnya pengujian audit dilakukan melalui pemeriksaan fisik, dokumenttasi, penghitungan ulang dan observasi.

Penghitungan Ulang  
           Rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas sampel hitungan yang telah dilakukan oleh klien. Pengecekan ulang ini merupakan pengujian atas keakuratan hasil perhitungan klien. Sebagai contoh, auditor menghitung ulang besarnya beban penyusutan aktiva tetap, beban amortisasi diskonto atau premium utang obligasi, nilai persedian akhir, harga pokok penjualan, beban perlengkapan, dan nilai buku sekuritas invenstasi.

Observasi
            Observasi adalah penggunaan alat inden untuk menilai aktivitas klien. Sebagai contoh, auditor dapat mengunjungi lokasi pabrik untuk memperoleh kesanumum atas fasilitas klien, atau mengamati jalannya proses produksi, atau mengamati cara kerja karyawan klien dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk menentukan tingkat efiseiensi dan efektivitas. Namun observasi seringkali kurang dapat diandalkan karena ada kemungkinan bahwa karyawan klien akan mengubah prilakunya pada saat sednag diamati oleh auditor. Biasanya, dihadapan auditor, karyawan klien akan melaksanakan tanggungjawabnya sesuai dengan kebijakan perusahaan, tetapi akan kembali melakukan hal yang biasa dilakukan setelah auditor tidak mengamatinya. Oleh sebab itu, perlu bagi auditor untuk menindak lanjuti kesan pertama yang diperoleh dengan jenis bukti pendukung lainnya. 

D.  Dokumentasi Audit
Menurut  standar  auditing, dokumentasi  audit  adalah catatan utama tentang prosedur audit yang diterapkan bukti yang di peroleh,dan kesimpulan yang dihasilkan auditor dalam melaksanakan penugasan. Dokumentasi audit harus mencakup semua informasi yang perlu dipertimbangkan oleh auditor untuk melakukan audit secara memadai dan untuk mendukung laporan audit. Dokumentasi audit dapat juga di anggap sebagai kertas kerja, meskipun akhir akhir ini semakin banyak dokumentasi audit yang diselenggarakan dalam file komputer.
Tujuan dokumentasi audit secara keseluruhan adalah untuk membantu auditor dalam memberikan kepastian yang layak bahwa audit yang memadai telah dilakukan sesuai dengan standar audit. Secara spesifik, dokumentasi audit merupakan :
§  Dasar bagi perencanaan audit berikutnya.
Dalam merencanakan audit yang akan berlangsung, penting bagi auditor untuk mempelajari kembali dan melihat sejenak terlebih dahulu informasi deskriptif mengenai pengendalian internal klien bersangkutan, anggaran waktu untuk masing masing area audit,program audit (kumpulan prosedur audit),dan hasil audit tahun sebelumnya yang telah didokumentasikandalam kertas kerja atau dokumentasi (file) audit.
§  Catatan mengenai bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian.
Apabila sewaktu-waktu auditor diminta oleh lembaga pengadilan atau badan berwenang lainnya untuk menunjukkan bahwa audit telah direncanakan dengan baik dan diawasi secara memadai, bukti yang dikumpulkan telah tepat dan mencukupi,serta laporan audit adalah tepat dengan mempertimbangkan hasil audit, maka dengan adanya dokumentasi audit yang berisi catatan mengenai bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian, auditor dapat memperlihatkannya.Dokumentasi atau file audit harus mengidentifikasi item item yang diuji,serta mendokumentasikan hasil temuan atau masalah audit yang signifikan, tindakan yang diambil untuk menanganinya, dan dasar kesimpulan yang diperoleh.
§  Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat.
File audit menyediakan sumber informasi yang penting untuk membantu auditor dalam memutuskan apakah bukti yang tepat dan mencukupi telah dikumpulkan guna menjustifikasi laporan audit berdasarkan kondisi tertentu.Otomatis, berdasarkan bukti audit tersebut, data yang ada dalam file audit juga kegunaan telah disajikan secara wajar.
§  Dasar bagi penelaahan oleh supervisor dan partner.
Dokumentasi audit menjadi acuan utama bagi supervisor untuk menelaah pekerjaan asisten (junior auditor).Telaah secara cermat oleh suoervisor juga memberikan bukti bahwa audit telah diawasisebagaimana mestinya.

E.  Kepemilikan, Kerahasiaan, dan Persyaratan untuk Menyimpan Dokumentasi Audit
            Dokumentasi audit yang disiapkan selama penugasan merupakan milik auditor. Pada setiap akhir penugasan, file audit ini akan disimpan dikantor akuntan public untuk digunakan sebagai acuan audit dimasa penugasan berikutnya. Auditor harus  senantiasa melindungi file auditnya setiap waktu.
            Selama pelaksanaan audit, auditor biasanya akan memperoleh sejumlah besar informasi yang bersifat rahasia mengenai kliennya, seperti  besarnya gaji manajer dan direktur, hargga pokok produksi, rencana pengembangan  bisnis, perancangan produk baru, dan rencana kegiatan promosi. Sesuai dengan kode prilaku professional, auditor tidak boleh mengungkapkan setiap informasi rahasia mengenai kliennya yang diperoleh selama penugasan audit kecuali dengan persetujuan klien atau diminta oleh pengadilan. Ijin dari klien tidak diperlukan jika dokumentasi audit diminta oleh pengadilan sebagai bukti hukum, atau digunakan sebagai bagian dari program peer review di sini adalah hasil pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan public lainnya.
            Sarbanes Oxley Act mensyaratkan akuntan public untuk menyiapkan dan menjaga file audit serta informasi lainnya yang berkaitan dengan setiap laporan audit secara cukup rinci guna mendukung kesimpulan auditor, selama periode yang tidak kurang dari tujuh tahun. Undang-undang ini menetapkan bahwa tindakan pengrusakan atas dokumen audit yang dilakukan dengan sadar dan sengaja dalam kurun waktu tujuh tahun tersebut dapat dituduh berbuat kriminal dan akan dikenakan denda keuangan serta hukuman penjara maksimal 10 tahun.

E.  Isi File Audit
         Pada dasarnya, isi file audit dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu file permanen dan file tahun berjalan. File permanen berisi data historis mengenai klien yang memiliki keterkaitan secara terus menerusdengan audit saat ini.File ini dapat menjadi sumber informasi yang penting mengenai audit dari tahun ketahun.Adapun file tahun berjalan mencakup semua informasi dan data yang terkait secara khusus denganpenugasan audit dalam tahun berjalan.
File permanen umumnya meliputi:
§  Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang terus penting artinya, seperti akte pendirian perusahaan, anggaran rumah tangga, bagan perkiraan, pedoman akuntansi, struktur organisasi, perjanjian penerbitan obligasi, dan kontrak kontrak yang terkait dengan program pensiun, sewa menyewa,opsi saham, kontrak tenaga kerja, dan lain sebagainya.
§  Dokumentasi pengendalian internal, seperti flowcharts, yang digunakan sebagai titik awal untuk mendokumentasikan pemahaman auditor atas pengendalian internal, yang dimana sistem tersebut seringkali tidak berubah dari tahun ketahun.
§  Hasil prosedur analitis tahun sebelumnya,yang berguna dalam membantu auditor untuk memutuskan apakah ada perubahan tidak biasa dalam saldo akun tahun berjalan yang harus diselidiki secara ekstensif.
File tahun berjalan meliputi:
§  Rencana dan program audit.
Rencana audit berisi tentang strategi yang akan dijalankan oleh auditor dalam melakukan audit.Dokumen ini menguraikan pemahaman auditor mengenai klien dan risiko audit potensial, yang berisi kerangka kerjadasar tentang bagaimana sumber daya audit (jam audit yang dianggarkan) akan dialokasikan ke berbagai bagian penugasan. Program audit berisi prosedur audit yang akan dilakukan oleh auditor.Biasanya setiap proses bisnis dan saldo akun memiliki program audit yang terpisah.
§  Neraca saldo periode berjalan.
Program perangkat lunak akan memungkinkan auditor untuk mengunduh saldo akhir buku besar klien kedalam file neraca saldo berjalan.Neraca saldo ini akan menghubungkan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan dengan kertas kerja audit.Disamping kolom nama perkiraan, neraca saldo juga berisi kolom referensi kertas kerja, saldo akun tahun sebelumnya, saldo akun tahun berjalan sebelum penyesuaian, dan kolom untuk jurnal penyesuaian serta reklasifikasi.Setiap saldo akun yang ada pada neraca saldo berjalan akan didukung oleh lead schedule yang berisi rinciannya dan supporting schedule.
§  Jurnal penyesuaian dan reklasifikasi
Jurnal penyesuaian dibuat untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam catatan klien.Sebagai contoh,jika auditur menemukan bahwa jenis persediaan tertentu telah dinilai secara tidak tepat,maka jurnal penyesuaian akan diusulkan untuk memperbaiki jumlah yang salah tersebut.Jurnal penyesuaian dibukukan baik dalan catatan klien maupun neraca saldo berjalan.Jurnal rekalasifikasi dibuat untuk menyajikan informasi secara tepat dalam laporan keuangan.Jurnal reklasifikasi memengaruhi akun laporan laba rugi atau akun neraca,tetapi tidak kedua-duanya.Sebagai contoh,jurnal reklasifikasi diperlukan untuk menyajikan besarnya bagian dari kewajiban jangka panjang yang bersifat lanca.Jurnal reklasifikasi tidak dibukukan ke catatan klien.
§  Skedul Pendukung.

Bagian terbesar dari dokumentasi audit meliputi skedul pendukung,yang disiapkan oleh klien atau auditor untuk mendukung jumlah tertentu dalam laporan keuangan. Auditor harus memilih jenis skedul yang tepat untuk setiap aspek auditit tertentu untuk mendokumentasi kecukupan audit dan memenuhi tujuan lain dari dokumentasi audit.Sebagai contoh,total harga perolehan aktiva tetap berikut total akumulasi penyusutannya yang ada dalam neraca dirinci dalam skedul utama yang menunjukkan jenis aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan sehingga membentuk total aktiva tetap.Masing-masing jenis aktiva tetap tersebut kemudian diuraikan lagi secara  individu dalam skedul pendukung yang menggambarkan harga perolehan, tahun perolehan, perhitungan penyusutan, sampai pada nilai buku dari masing-masing jenis aktiva tetap secara individu.